Wakhinuddin’s Weblog


METODE PENELITIAN TINDAKAN KELAS
Mei 26, 2010, 3:08 pm
Filed under: PENELITIAN

METODE PENELITIAN TINDAKAN KELAS

Wakhinuddin S

A. Jenis Penelitian
Penelitian ini merupakan penelitian tindakan kelas (classroom action research) dengan menggunakan pendekatan kualitatif. Penelitian tindakan kelas ini berfokus pada upaya untuk mengubah kondisi riil sekarang ke arah kondisi yang diharapkan (improvemen oriented). Dalam kajian ini, penelitian tindakan dilakukan untuk meningkatkan keterampilan seni grafis mahasiswa melalui pendekatan kontekstual. Peningkatan pada aspek keterampilan berimbas juga pada peningkatan hasil belajar seni mahasiswa. Peningkatan keterampilan seni mahasiswa diharapkan terjadi setelah dosen melakukan penyusunan rancangan model pembelajaran seni grafis dan melaksanakannya dengan menggunakan pendekatan kontekstual. Peningkatan tersebut dilihat dari hasil penilaian proses dan hasil karya seni yang dilakukan mahasiswa selama kegiatan pembelajaran berlangsung.
Penelitian tindakan kelas ini dimaksudkan untuk pemecahan masalah dengan ruang lingkup yang tidak terlalu luas berkaitan dengan hal-hal yang dihadapi dosen sendiri dalam kegiatan pembelajaran yang dilaksanakan di kelas. Ciri-ciri penelitian tindakan kelas adalah: ”diawali dengan adanya hal-hal yang tidak beres dalam praktek pendidikan, dan dapat juga diawali dengan adanya ide atau gagasan untuk melakukan perbaikan atau perubahan”. Berkaitan dengan penelitian ini, perubahan diarahkan pada strategi atau pendekatan pembelajaran yang peneliti lakukan sendiri pada kegiatan pembelajaran di kelas.
Adapun tujuan dilakukannya penelitian ini untuk mengkaji permasalahan yang menyangkut prilaku seseorang atau kelompok tertentu disatu lokasi tertentu dengan penelaahan yang teliti terhadap suatu perlakuan dan mengkaji sampai sejauh mana dampak perlakuan itu dan menghilangkan aspek-aspek negatif dari pelaku yang sedang diteliti. penelitian tindakan kelas merupakan “suatu proses dimana dosen dan mahasiswa menginginkan terjadinya perbaikan, meningkatkan, dan perubahan pembelajaran dapat tercapai secara optimal”.
Penelitian tindakan ini dilakukan dengan mengikuti model yang dikembangkan oleh Kemmis dan Mc Taggart (1988:47), yaitu: ”action reseach is cyclic process of planning, action, observation, and reflection”, atau model yang berdasarkan pada suatu siklus spiral yang terdiri dari empat komponen, yang meliputi: (1) rencana tindakan (planning), (2) pelaksanaan (action), (3) observasi (observtion), (4) refleksi (reflection).
Uraian langkah/tahapan penelitian tindakan kelas di atas adalah sebagai berikut:
1. Perencanaan
Pada tahap perencanaan ini dimulai dari penemuan masalah sampai akhirnya ditentukan rencana tindakan kelas. Secara terperinci langkah-langkah pada tahapan ini dapat diuraikan sebagai berikut:

a. Penemuan masalah di lapangan
Melalui pra-survei peneliti berupaya untuk mendapatkan masalah apa yang dihadapi di dalam kelas, terutama dalam hal pembelajaran seni grafis. Data digali dari wawancara dengan dosen yang mengajar mata kuliah seni maupun melalui pengamatan di lapangan.
b. Pemilihan masalah
Berbagai permasalahan yang diperoleh untuk selanjutnya difokuskan pada suatu permasalahan yang perlu diprioritaskan untuk mendapatkan pemecahan masalah, dalam upaya meningkatkan keterampilan seni grafis mahasiswa melalui pendekatan kontekstual.
c. Perumusan hipotesis tindakan.
Berdasarkan masalah yang telah dirumuskan dan ditetapkan untuk dicarikan pemecahannya, maka peneliti merumuskan hipotesis tindakan, yakni pendekatan kontekstual dapat meningkatkan keterampilan seni grafis mahasiswa. Peningkatan keterampilan seni grafis ini berdampak pula pada peningkatan hasil belajar seni mahasiswa yang bersangkutan.
d. Rancangan pemecahan masalah.
Langkah-langkah pemecahan masalah antara lain:
(1) Membuat Satuan Acara Perkuliahan (SAP) sebagai rencana tindakan atas dasar kesepakatan peneliti dengan dosen mata kuliah seni sebagai praktisi.
(2) Menyampaikan pengarahan dan rambu-rambu kepada dosen mata kuliah seni sebagai praktisi agar dalam melaksanakan tindakan sesuai dengan SAP yang sudah dirancang.
2. Pelaksanaan tindakan
Pelaksanaan tindakan di kelas didasarkan rencana perlakuan yang dituangkan pada SAP yang telah disusun. Oleh karena itu, pelaksanaan tindakan diupayakan tidak menyimpang dari rencana perlakuan.
3. Observasi.
Pada saat tindakan berlangsung, peneliti dibantu kolaborator melaksanakan observasi dengan menggunakan instrumen yang telah disiapkan. Pengamatan dilakukan dengan cermat dari awal hingga akhir pembelajaran berlangsung. Selain mencatat data yang ada, peneliti dan kolaborator juga memberikan catatan atas berbagai masalah yang dijumpai dengan menggunakan catatan lapangan.
4. Refleksi
Hasil observasi kelas, rekaman data, maupun catatan lapangan dan data lainnya dianalisis bersama-sama dengan praktisi (kolaborator) yang terlibat dalam penelitian ini. Refleksi dilakukan pada akhir tindakan setiap siklus. Hasil analisis digunakan untuk merencanakan tindakan pada siklus berikutnya. Tindakan yang telah berhasil dapat dilanjutkan pada pembelajaran berikutnya, sedangkan tindakan yang belum berhasil diubah dan diperbaiki.



PENGEMBANGAN PEMBELAJARAN PENDEKATAN KONTEKSTUAL
Mei 22, 2010, 3:50 am
Filed under: Pembelajaran

PENGEMBANGAN PEMBELAJARAN PENDEKATAN KONTEKSTUAL

Wakhinuddin S

Sebelum dosen melaksanakan pembelajaran di kelas terlebih dahulu harus menyusun Satuan Acara Perkuliahan (SAP). SAP adalah rancangan pembelajaran mata kuliah per unit yang akan diterapkan dosen dalam pembelajaran di kelas. SAP berisi skenario tentang apa yang akan dilakukan mahasiswa sesuai topik atau materi yang akan dipelajari. Rencana pembelajaran memuat komponen-komponen sebagai berikut: (1) Standar kompetensi, kompetensi dasar, dan indikator pencapaian hasil belajar; (2) tujuan pembelajaran; (3) materi pembelajaran; (4) pendekatan dan metode pembelajaran; (5) langkah-langkah kegiatan pembelajaran; (6) alat dan sumber belajar; (7) evaluasi pembelajaran.
Dalam menyusun SAP terdapat beberapa langkah yang seharusnya dilakukan dosen, yaitu sebagai berikut:
1) Dosen mengambil satu unit pembelajaran (dalam silabus) yang akan diterapkan dalam pembelajaran.
2) Menuliskan standar kompetensi, kompetensi dasar yang terdapat dalam unit tersebut.
3) Menentukan indikator untuk pencapaian kompetensi dasar.
4) Menentukan alokasi waktu yang diperlukan.
5) Merumuskan tujuan pembelajaran yang ingin dicapai.
6) Menentukan materi pembelajaran yang akan diberikan.
7) Memilih metode pembelajaran yang sesuai dengan materi dan tujuan pembelajaran.
8) Menyusun langkah-langkah kegiatan yang terdiri dari kegiatan awal, kegiatan inti, dan kegiatan penutup.
9) Menyebutkan sumber/media belajar yang akan digunakan secara konkret dan untuk setiap bagian/pertemuan.
10) Menentukan teknik penilaian, bentuk, dan contoh instrumen penilaian.
Sehubungan dengan hal di atas, dalam menentukan media yang dapat mendukung kegiatan pembelajaran kontekstual hendaknya memenuhi ciri-ciri, antara lain: 1) sesuai dengan tujuan pembelajaran; 2) membangkitkan minat belajar hahasiswa; 3) memberikan kesempatan kepada mahasiswa untuk berpartisipasi aktif; 4) esensial; 5) ketersediaan; 6) kemudahan penerapannya, dan 7) kealamiahan.
Tujuan akhir sebuah pembelajaran adalah meningkatkan mutu belajar mahasiswa. Untuk memperoleh mutu belajar ini, semua komponen yang terlibat dalam proses pembelajaran harus mendukung penerapan strategi pembelajaran yang akan diterapkan. Dukungan ini semata-mata dilakukan dengan tujuan untuk membantu pendidik dan peserta didik menciptakan pengajaran yang bermutu tinggi.



KETERAMPILAN DALAM PERSPEKTIF SENI
Mei 22, 2010, 3:30 am
Filed under: Pendidikan Kejuruan

KETERAMPILAN DALAM PERSPEKTIF SENI

Wakhinuddin S

Aktivitas seni selain berhubungan dengan kreativitas juga berhubungan dengan keterampilan. Bila kreativitas merupakan bagian dari kegiatan berproduksi atau berkarya, maka keterampilan merupakan proses penciptaan karya senirupa. Proses penciptaan karya senirupa yang dimaksud disini bukan hanya berupa kepandaian secara fisik saja dalam proses berkarya saja, melainkan juga termasuk kemampuan mencurahkan segenap potensi pribadinya, baik berupa bakat, kepekaan, pengalaman dan sebagainya. Jadi, keterampilan berkarya senirupa berkaitan dengan kemampuan seseorang.
Menurut Sumanto (2006:10) ada tiga kemampuan yang harus dimiliki seseorang dalam berkarya senirupa, yaitu: 1) mengolah media ungkap sesuai alat yang digunakan sewaktu berkarya, 2) ketepatan dalam mewujudkan gagasan ke dalam karya seni, 3) kecekatan atau keahlian tangan dalam menerapkan teknik-teknik berkarya senirupa.
Peningkatan keterampilan yang dimaksud dalam penelitian ini adalah peningkatan keterampilan yang mengarah pada kecakapan hidup (life skills). Menurut Broling (dalam Depdiknas, 2003:5) “life skills” adalah “interaksi berbagai pengetahuan dan kecakapan yang sangat penting dimiliki oleh seseorang sehingga mereka dapat hidup mandiri”. WHO (1997) mengemukakan bahwa “kecakapan hidup (life skills) adalah berbagai keterampilan/kemampuan untuk beradaptasi dan berprilaku positif, yang memungkinkan seseorang mampu menghadapi berbagai tuntutan dan tantangan dalam hidupnya sehari-hari secara efektif”.
Dengan demikian dapat dirumuskan bahwa hakikat pendidikan kecakapan hidup dalam pendidikan adalah merupakan upaya untuk meningkatkan keterampilan, pengetahuan, sikap, dan kemampuan yang memungkinkan mahasiswa PGSD dapat hidup mandiri dan bisa mengajarkannya di SD nantinya. Penyelenggaraan pendidikan kecakapan hidup berprinsip dari empat pilar pendidikan yaitu: (1) learning to know (belajar untuk memperoleh pengetahuan), (2) learning to do (belajar untuk dapat berbuat/melakukan pekerjaan), (3) learning to be (belajar untuk dapat menjadikan dirinya menjadi orang yang berguna), dan (4) learning to live together (belajar untuk dapat hidup bersama orang lain).



Apakah Saudara Seorang yang Peduli?
Mei 22, 2010, 3:15 am
Filed under: Pendidikan

Apakah Saudara Seorang yang Peduli?

Wakhinuddin S

Saudara nilai sendiri dan putuskan sendiri, apakah saudara seorang peduli sesama orang dan lingkungan.

Pertanyaan:
1. Saya selalu senyum pada sesama orang ? ya – tidak
(Dalam satu hari ini sudah berapa kali senyum?)
2. Saya selalu ramah pada orang ? ya – tidak
3. Saya selalu memberi kepada masyarakat, walaupun bukan dalam bentuk uang? Ya – tidak
4. Saya selalu berusaha bermanfaat bagi orang sekitar saya? Ya – tidak
5. Saya selalu responsif terhadap kebutuhan atau derita orang sekitar saya? Ya – tidak.

Ingatlah, peduli itu bukan dalam bentuk perasaan (kasihan, ibah, mengiris hati, sedih), tetapi dalam bentuk perbuatan!!!

MARI PEDULI SESAMA KITA



Anda warga negara yang baik
Mei 18, 2010, 7:53 am
Filed under: EVALUASI HASIL BELAJAR

Anda warga negara yang baik
Wakhinuddin S

Apakah Anda warga negara yang baik?
Saudara centang pertanyaan berikut, nilai dan putuskan sendiri apakah saudara seorang warganegara yang baik
Pertanyaan:
Saya mempunyai tanggung jawab pada kemajuan pendidikan masyarakat. ya – tidak

Saya bekerja untuk kepentingan bersama. ya – tidak

Saya berpartisipasi melayani masyarakat saat Pemilu/Pilkada. ya – tidak

Saya berusaha menyelamatkan alam lingkungan di sekitar rumah dengan membersihkan selokan atau menanam pohon dan lainnya. ya – tidak.

Saya peduli tertib lalu lintas. ya – tidak

Saya berpikir tidak perlu bertanggung jawab pada orang lain, karena: ——————————————————————————

Ingat, waraga negara adalah seseorang mempunyai tanggung jawab sosial!



METODOLOGI FGD
Mei 18, 2010, 6:06 am
Filed under: PENELITIAN

METODOLOGI FGD
Wakhinuddin S

Penelitian ini adalah penelitian kualitatif, untuk mengungkapkan persepsi masyarakat tentang Pendidikan Dasar gratis. Untuk pengumpulan informasi digunakan metode Focus Group Discussion (FGD). Dengan teknik FGD dapat digali terutama data persepsi dan latar belakang mengenai sesuatu kondisi, dan juga menggali keinginan dari suatu kelompok. Pada diskusi ini merupakan wawancara kelompok. Dalam pelaksanaan FGD, pokok bahasan terlebih dulu ditentukan, dikembangkan dari teori dan hasil wawancara dengan para pakar.
Populasi adalah seluruh orangtua siswa SD dan SLTP kota Bukittinggi. Sampel penelitian adalah orangtua siswa SD dan SMP yang masih aktif belajar, sampel dipilih dengan metode cluster random sampling mewakili kecamatan. Data dianalisis secara kualitatif, sehingga didapat transkrip persepsi ke empat kelompok peserta FGD. Ada empat kelompok FGD dengan jumlah seluruh sampel peserta FGD kota Bukittinggi sebanyak 48. Usia peserta tertua 54 tahun dan usia termuda 27 tahun. FGD dilaksanakan pada tiga lokasi diskusi tempat ditentukan berdasarkan kedekatan. Untuk kelompok orangtua kaya dan guru SD dan SMP pada tempat yang sama gedung Bung Hatta, dengan hari dan waktu berbeda.
Garis besar prosedur: di awal studi dibuat dan dikembangkan Pedoman diskusi mengenai fokus permasalahan atau pokok-pokok pembahasan, jadwal, lama waktu diskusi. Personal utama FGD terdiri atas fasilitator dan notulis. Fasilitator berfungsi sebagai moderasi untuk mengarahkan dan mengendalikan diskusi, dan notulis berfungsi sebagai pencatat informasi hasil diskusi, baik tertulis maupun audio – visual. Dari hasil diskusi dibuat transkrip kegiatan.
Kecamatan Mandiangin Koto Slayan berpenduduknya (40.390 orang), terdiri dari 9 kelurahan, laju pertumbuhan penduduk 2,9. Kecamatan Mandiangin merupakan kecamatan terpadat penduduk, dan pekerjaan masyarakat umumnya sebagai tukang, kuli angkut, supir, dan jualan sayuran di Pasar Banto. Dalam klasifikasi BLT, kebanyakkan penduduk kecamatan Mandiangin termasuk miskin. Kebanyakkan penduduk kecamatan Guguk Panjang bekerja sebagai pedagang dan pegawai swasta atau pegawai negeri, dan umumnya mereka pedagang yang sukses. Kecamatan Aur Birugo berpenduduk 22.593 orang, kecamatan terkecil penduduknya dan terdiri dari 8 kelurahan, laju pertumbuhan penduduk 2,29. Dalam klasifikasi BLT, kecamatan Aur Birugo Tigo Bale, kebanyakan penduduknya termasuk ekonomi menengah. (BPS Propinsi Sumatera Barat, 2006). Informan dari kelompok pendidik adalah penyelenggara pendidikan yang terlibat langsung: guru, pimpinan sekolah dan tenaga kependidikan. Guru dan kepala sekolah berhadapan langsung dengan murid dan kebutuhan pembelajaran. Mereka banyak mengetahui tentang kekurangan atau kelemahan penyelenggaraan pendidikan, termasuk dalam hal pembiayaan pendidikan.
Tempat dan waktu Pelaksanaan: FGD di Kec. Aur Birugo pesertanya berjumlah 12 orang terdiri dari wanita, peserta kebanyakkan berpendidikan SMA, kemudian SMP. Waktu pelaksanaan pukul 9.00 – 12.00 WIB. Lokasi FGD : di Rumah Ibu Ermiwati, perumahan Primavera 2, Guguk Bulek, Bukitttinggi. Pelaksanaan FGD Guru dan Kepala sekolah di kecamatan Aur Birugo Tigo Bale di ruang pertemuan perpustakaan Bung Hatta, Bukittinggi. jumlah peserta sebanyak 12 orang terdiri dari 8 wanita dan 4 pria, peserta kebanyakkan berpendidikan Sarjana. Waktu pelaksanaan pukul 14.00 – 18.00 WIB. FGD kec. Mandiangin dilaksanakan di rumah Pak Mansur di Gulai Bancah Bukittinggi, berjumlah 12 orang, waktu pelaksanaan pukul 9.00 – 12.00 WIB. Usia peserta tertua 52 tahun dan usia termuda 27 tahun, rata-rata usia peserta 35 tahun. Orang tua murid umumnya dapat dikelompokkan sebagai buruh (tukang cuci, buruh tani, tukang beca/ojek).
Jumlah peserta FGD Kec. Guguk Panjang sebanyak 12 orang terdiri dari wanita, peserta kebanyakkan berpendidikan SMA dan Perguruan Tinggi. Waktu pelaksanaan pukul 9.00 – 12.00 WIB. FGD dilaksanakan di ruang pertemuan Perpustakaan Bung Hatta, Bukittingg. Usia peserta tertua 40 tahun dan termuda 28 tahun, rata-rata usia peserta 35 tahun, umumnya peserta bekerja sebagai pedagang dan PNS. Berikut ditampilan foto-foto ke empat kelompok peserta FGD, dilaksanakan tanggal 8 – 12 Januari 2007.



KESIAPAN MEMASUKI DUNIA KERJA WARGA BELAJAR KURSUS PARA PROFESI MEKANIK OTOMOTIF
Mei 15, 2010, 3:31 am
Filed under: PASCASARJANA, Pendidikan Kejuruan, PENELITIAN, TEKNIK OTOMOTIF

KESIAPAN MEMASUKI DUNIA KERJA WARGA BELAJAR KURSUS PARA PROFESI MEKANIK OTOMOTIF
(Kajian Teoritis Pada Warga Belajar Paket B dan Paket C dalam kelompok pelatihan Kursus Para Profesi (KPP) dibengkel UPTD SKB Padang Pariaman, Sumatera Barat)

Wakhinuddin S

Kesiapan adalah segala sesuatu yang harus dipersiapkan dalam melaksanakan sesuatu untuk mencapai suatu tujuan. Untuk itu kesiapan memasuki dunia kerja diperlukan pengetahuan tentang gambaran orang-orang bekerja pada suatu bidang pekerjan tertentu, Smyth dan Cerbner di kutip Wright (1985) memberikan batasan dunia kerja pada kelompok kerja seperti: eksekutif bisnis, pejabat, pegawai kantor, guru, hakim, jaksa, pengacara, wartawan, dokter, ilmuwan, petugas kepolisian, personel militer, artis, mandor, perawat, penjual, pekerja setengah ahli dan tidak memiliki keahlian, penjahit, penghibur, petani, nelayan, pelayan, dan ibu rumah tangga.
Dari pengertian dan batasan-batasan dunia kerja pada kelompok kerja di atas maka pengertian dunia kerja yang dimaksud disini adalah gambaran tentang beberapa jenis dan proporsi pekerjaan yang ada seperti dalam bidang pertanian, usaha dan perkantoran, rekayasa, kesehatan, militer kemasyarakatan, kerumah tanggaan, dan seni budaya.
Dalam era globalisasi seluruh dunia kerja dan industeri berusaha meningkatkan efisiensi dan produktifitas kerja. Adanya peningkatan efisiensi dan produktifitas kerja menunjukkan bahwa perusahaan telah melaksanakan re-engineering dan re-strukturing dalam rangka mempersingkat proses produksi.
Kebangkitan ekonomi setelah krisis moneter telah menumbuhkan berbagai usaha di semua sektor. Seluruh perusahaan di harapkan akan dapat tumbuh dan berkembang menyerap angkatan kerja baru, Sementara mulai banyak perusahaan yang sudah mempersiapkan penempatan calon tenaga kerja.
Pemutusan hubungan kerja yang merupakan salah satu dampak krisis moneter sangat ditakuti oleh para pekerja sudah mulai berkurang, kegiatan usaha sudah mulai bangkit, masa krisis berakhir perekonomian mulai menggeliat, dunia usaha mulai bergairah, demikian juga dengan kebutuhan akan tenaga kerja pada dunia usaha, percepatan pertumbuhan jumlah angkatan kerja dengan kesiapan memasuki dunia kerja haruslah sebanding. Untuk itu para calon tenaga kerja harus mempersiapkan diri segera dengan mengikuti keterampilan tambahan melalui berbagai macam kursus, baik kursus dasar untuk berkomunikasi (Bahasa Inggris) maupun kursus keterampilan yang diselenggarakan oleh SKB, BLK, Panti asuhan Depsos dan badan penyelenggara kursus dan lain-lain. Guna menambah macam-macam keterampilan sesuai dengan minat dan bakat peserta didik, agar menjadi calon pekerja yang siap pakai dan siap memasuki dunia kerja. Oleh karena itu kita berharap dengan adanya globalisasi di semua bidang dapat membuka peluang kerja di dunia usaha dan dunia industri.
Flores A. Maljers, CEO dari Unilever N.V. (Randals, Schuler & Susan E. Jackson, 1992) mengatakan bahwa: Kendala terbesar yang dihadapi perusahaan dalam menghadapi globalisasi adalah keterbatasan sumberdaya manusia bukan terbatasnya modal. Pendapat semacam ini jelas menunjukkan adanya pergeseran paradikma dalam masyarakat industeri yang tidak lagi mendudukan modal sebagai satu-satunya sumber daya utama tetapi telah terbuka kesadaran bahwa manusia akan menjadi yang utama. Hal demikian di karenakan manusia merupakan unsur penting dalam kelancaran proses produksi.
Menurut Harjono (1990:23) mengemukakan bahwa: Kesiapan peserta didik untuk memasuki dunia kerja adalah segala sesuatu yang harus di siapkan dalam melaksanakan sesuatu untuk mencapai suatu tujuan, ada beberapa faktor yang mempengaruhi kesiapan lulusan kelompok belajar paket C untuk memasuki dunia kerja seperti: motivasi kerja, kemampuan kerja, kemampuan beradaptasi dengan pekerjaan, kemampuan beradaptasi dengan lingkungan, kemampuan berkomunikasi, penguasaan informasi tentang dunia kerja, persepsi tentang prospek karir, peluang untuk mendapatkan kesempatan kerja, dan gambaran pekerjaan yang dikerjakan di dunia kerja.
Banyak faktor yang mempengaruhi kesiapan memasuki dunia kerja seperti: motivasi kerja, adalah sesuatu yang mengarahkan timbulnya tingkah laku seseorang, dan memelihara tingkah laku tetrsebut untuk mencapai tujuan, yaitu suatu dorongan dari dalam diri individu untuk dapat mengerjakan tugas-tugas atau pekerjaan yang bermamfaat bagi diri individu sesuai dengan tujuan yang akan dicapai.
Kemampuan kerja juga dipandang sebagai ukuran keberhasilan peserta didik dalam menyelesaikan tugas-tugas dalam berpraktek di bengkel-bengkel dan ini dapat di jadikan sebagai ukuran keberhasilan usaha pendidikan/pelatihan.
Disamping itu, ada faktor lain yang juga berpengaruh dalam kesiapan memasuki dunia kerja seperti: kemampuan beradabtasi dengan pekerjaan adalah kemampuan untuk menyesuaikan diri dengan jenis-jenis pekerjaan, kemampuan beradaptasi dengan lingkungan, adalah kemampuan untuk menyesuaikan diri dengan lingkungan, kemampuan berkomunikasi. Yaitu kemampuan berkomunikasi dengan baik dan benar, penguasan informasi tentang dunia kerja, di mana semakin banyaknya seseorang mendapatkan informasi tentang dunia kerja maka pandangannya tentang dunia kerja akan semakin baik, persepsi tentang prospek karir merupakan pandangan tentang karir masa depan diramalkan dari masa kini dalam mewujudkan cita-cita masa depan, peluang untuk mendapatkan kesempatan kerja, yaitu mempunyai kepercayaan diri yang tinggi untuk bersaing dalam mendapatkan pekerjaan dan gambaran pekerjaan yang tersedia merupakan gambaran kerja yang banyak terdapat di dunia usaha.
Kesiapan untuk memasuki dunia kerja ada beberapa aspek yang harus di siapkan yaitu: (a) kepercayan diri, yaitu mempunyai kepercayaan diri yang tinggi dengan bekal pengetahuan dan keterampilan yang dimiliki dapat menyesuaikan diri dengan lingkungan kerja, (b) komitmen, yaitu kemauan/kesungguhan dalam melaksanakan pekerjaan sesuai dengan aturan yang berlaku, (c) inisiatif/kreatif, yaitu mempunyai inisiatif dan kreatifitas yang tinggi dalam mengembangkan suatu keputusan tentang tugas yang di berikan, (d) ketekunan dalam bekerja, yaitu mempunyai keyakinan dan kesabaran dalam menyelesaikan pekerjaan, (e) kecakapan kerja, yaitu mempunyai kemampuan yang tinggi dalam melaksanakan pekerjaan baik dari segi pengetahuan, maupun keterampilan, (f) kedisiplinan, yaitu mempunyai sikap disiplin yang tinggi, patuh dan taat mengikuti segala peraturan dan ketentuan yang berlaku, (g) motivasi berprestasi, yaitu mempunyai kemauan yang tinggi untuk mengembangkan diri, (h) kemampuan bekerja sama, yaitu mempunyai sikap terbuka dan siap untuk bekerja sama dengan siapa saja dan bekerja dalam satu tim, (i) tanggung jawab, yaitu mempunyai rasa tanggung jawab yang tinggi terhadap pekerjaan yang diberikan, (j) kemampuan berkomunikasi, yaitu mempunyai kemampuan berkomunikasi dengan baik, seperti penguasaan bahasa teknik, bahasa asing dan lain-lain.
Bertolak dari pendekatan, maka beberapa aspek tersebut erat hubungannya dengan masalah ketenagakerjaan, dunia kerja dan dunia industeri membutuhkan tenaga kerja yang mempunyai kopetensi yang baik di sisi lain dengan globalisasi memiliki sisi positif dan negatif, di satu sisi pasar bebas merupakan peluang bagi dunia kerja dan dunia industeri untuk mengembangkan usahanya, karena kran eksport terbuka lebar, sedangkan dampak negatif nya secara terbuka Indonesia akan menjadi serbuan tenaga kerja asing yang secara kualitatif lebih baik dibanding tenaga kerja kita, dan persaingan di dalam dunia kerja, dunia bisnis dan dunia industeri juga kan semakin meningkat karena persaingan tidak hanya dengan sesama pekerja lokal, tetapi sudah dengan pekerja profesional dari negara asing. Ini berarti kita akan segera memasuki persaingan global dalam beberapa aspek pekerja, bisnis, usaha, perdagangan, baik perdagangan umum dan jasa, serta hasil-hasil pertanian, industeri, teknologi, ataupun produksi lainnya.
Jika pertumbuhan ekonomi terus semakin membaik, prospek dunia bisnis, dunia kerja dan dunia industri juga akan terus berkembang sesuai dengan geliat peningkatan dan perkembangan perekonomian negara. Dalam mewujudkan peningkatan dunia usaha, dunia kerja, dunia bisnis, dan dunia industeri memerlukan tenaga atau sumber daya manusia (SDM) yang memiliki kompetensi yang baik dan siap memasuki dunia kerja.
Berdasarkan uraian di atas, dapat disimpulkan bahwa kesiapan memasuki dunia kerja merupakan hasil kerja yang di tunjukkan oleh oleh seorang peserta didik. Hal ini mencerminkan dengan indikator sebagai berikut: a) Kepercayaan diri, b) Rasa Tanggung jawab, c) komitmen, d) Kemampuan bekerja sama, e) Kemampuan bekomunikasi, f) Kecakapan kerja, g) Ketekunan dalam bekerja, h) Kedisplinan kerja, i) Inisiatif/kreatifitas.

(RR)



MEMBEDAKAN STRATEGI, METODE DAN TEKNIK PEMBELAJARAN
Mei 7, 2010, 3:58 am
Filed under: Pembelajaran

MEMBEDAKAN STRATEGI, METODE DAN TEKNIK PEMBELAJARAN
Wakhinuddin S

Mata Kuliah : METODE MANGAJAR KHUSUS (MMK)
Peserta Didik : Mahasiswa Program Studi S1 (Semua jurusan pendidikan)
TIU : Setelah selesai kuliah, mahasiswa dapat menyusun bahan ajar sesuai dengan indikator
TIK : Setelah selesai kuliah, mahasiswa dapat membuat mengembangkan dan menganalisis materi ajar yang akan digunakan sebagai bahan ajar.

Strategi Pembelajaran :
1. Sebelumnya mahasiswa ditugaskan untuk membaca buku tentang Metode pembelajaran atau strategi pembelajaran.
2. Mahasiswa diminta untuk mengemukakan hubungan antar tujuan pembelajaran.
3. Mahasiswa diminta untuk menuangkan hasil analisisnya ke dalam hand out.
4. Mahasiswa diharapkan dapat mendiskusikan urutan materi ajar dengan teman-teman sekelas.

Metode Pembelajaran :
1. Belajar mandiri (1)
2. Metode diskusi untuk strategi pembelajaran (2)
3. Metode praktek langsung untuk strategi pembelajaran (3)
4. Metode diskusi dan curah pendapat untuk strategi pembelajaran (4)

Teknik Pembelajaran:
Untuk mencapai tujuan pembelajaran, pendidik dapat menggunakan berbagai media power point, wall chart, OHP, clip chart, model.



KARAKTER SISWA SLTA
Mei 5, 2010, 2:20 pm
Filed under: Pendidikan

KARAKTER SISWA SLTA

Wakhinuddin S

Karakter adalah sifat pribadi yang relatif stabil pada diri individu yang menjadi landasan bagi penampilan perilaku dalam standar nilai dan norma yang tinggi (Prayitno, 2010). Karakter berbasis pada nilai dan norma (Soemarno, 2009). Lembaga pendidikan baik di tingkat makro dan miikro bertanggung jawab membentuk karakter siswa. Sekarang secara eksplisit pembentukan karakter siswa dan mahasiswa merupakan program Kementerian diknas.

Pada setiap satuan pendidikan mempunyai karakteristik sendiri, dan pada tingkat SLTA (umum) ada sembilan indikator karakter siswa, mencakup: Sifat Dapat Dipercaya, Respek, Tanggung Jawab, Menjaga Kelestarian, Kewarganegaraan, Kejujuran, Keberanian, Ketekunan, Integritas.



MODEL PEMBELAJARAN KONTSRUKTIVISME
Mei 5, 2010, 5:05 am
Filed under: Pendidikan

MODEL PEMBELAJARAN KONTSRUKTIVISME
Wakhinuddin

Pada dasarnya hasil belajar yang baik akan terlihat jika peserta didik memiliki kemampuan dalam membangun konsep-konsep kunci keilmuan yang telah diterimanya. Oleh karena itu seorang pendidikan ataupun pelatih diharapkan mampu melakukan beberapa hal, antara lain :
 Menggunakan model pembelajaran yang membuat materi pembelajaran menjadi lebih bermakna, relevan dengan kebutuhan siswa, misalnya dengan model pembelajaran penemuan.
 Mendorong peserta didik untuk belajar dengan polanya sendiri
 Menyiapkan tahapan belajar yang dapat membantu peserta mencapai tingkat penguasaan oleh dirinya sendiri sebagai perolehan belajar.
Hal penting dari model pembelajaran konstruktif adalah bagaimana siswa harus secara individu menemukan konsep-konsep atau informasi yang komplek dan mengorganisasikannya dalam benaknya untuk menjadi miliknya sendiri.

Dasar pengembangan model pembelajaran konstruktif adalah dari gagasan Piaget dan Vigotsky, yang mengemukakan bahwa perubahan kognitif hanya terjadi bila konsep-konsep telah dipahami sebelumnya, diolah melalui proses ketidakseimbangan dalam upaya mencari ataupun menemukan informasi baru. (Teori Vigotsky).
Empat prinsip teori Vigotsky adalah :
 Penekanan pada hakikat sosial dan pembelajaran peserta , yaitu peserta belajar melalui interaksi dengan orang dewasa dan teman sebaya yang lebih mampu.
 Model pemilikan konsep akan lebih baik jika konsep yang akan diajarkan tersebut berada pada zona perkembangan yang terdekat dengan peserta didik.
 Pemagangan kognitif, dimana untuk meningkatkan hasil belajar, maka peserta yang belajar dalam suatu jenis pekerjaan tertentu dalam belajarnya didampingi oleh pekerja yang sudah berpengalaman, dengan tujuan menjadi model dan mampu memberikan umpan balik kepada peserta yang belajar.
 Pemberian tugas yang komplek, sulit realistik, dimana peserta diberi bantuan untuk menyelesaikannya.

Karakteristik model pembelajaran konstruktif, yaitu :
 Proses pembelajaran Top-Down, artinya peserta didik mulai belajar dari masalah-masalah yang komplek untuk dipecahkan atau dicari solusinya dengan bantuan guru untuk selanjutnya menjadi konsep yang tertanam dalam dirinya dan bermakna bagi diri dan kehidupannya.
 Pembelajaran kooferatif (Cooverative Learning), dimana peserta didik lebih mudah menemukan dan memahami konsep-konsep yang sulit jika mereka saling mendiskusikan dengan temannya.
 Pembelajaran generatif (Generatif Learning ), dimana peserta didik diajarkan bagaimana melakukan kerja mental, menangani informasi baru yang bersumber dari informasi yang sudah diterima sebelumnya.
 Pembelajaran dengan penemuan (Discovery Learning), dimana peserta didik didorong untuk belajar secara aktif, melakukan proses penggunaan konsep dan prinsip-prinsip. Dan pendidik mendorong peserta untuk memperoleh pengalaman dan melakukan percobaan yang memungkinkan mereka menemukan konsep sendiri.
 Pembelajaran dengan pengaturan diri (Self Regulated Learning), adalah model pembelajaran yang mengkondisikan peserta didik untuk memiliki pengetahuan tentang strategi belajar efektif dan bagaimana serta kapan menggunakan pengetahuannya tersebut. Terdapat beberapa hal yang menunjukkan hasil pembelajaran dengan model pengaturan diri, antara lain : (a) mampu memecahkan masalah komplek menjadi langkah-langkah yang lebih sederhana, (b) mengetahui kapan membaca buku secara sepintas, dan kapan harus membaca secara mendalam, (c) mampu menulis untuk dapat meyakinkan orang, (d) termotivasi oleh belajar atau senang belajar bukan memperoleh nilai, (e) mampu menekuni tugas dalam waktu yang lama sampai tugas tersebut selesai.
 Pembelajaran dengan bantuan (Scaffolding), dimana pendidik atau pelatih adalah agen budaya yang memandu pembelajaran, sehingga peserta akan menguasai secara tuntas keterampilan-keterampilan yang memungkinkan penggunaan fungsi kognitif yang lebih tinggi, dan memungkinkan berkembangnya kemampuan belajar mandiri. Pembelajaran dengan bantuan ini biasanya dilakukan pada awal pembelajaran, dan selanjutnya secara bertahap peserta akan belajar mandiri.