Wakhinuddin’s Weblog


Undang-undang Tentang Evaluasi (Pendidikan)

Undang-undang Republik Indonesia nomor 20 tahun 2003, pada bab XVI pasal 57 sampai dengan 59 tentang Evaluasi menyatakan bahwa dalam rangka pengendalian mutu pendidikan secara nasional dilakukan evaluasi sebagai bentuk akuntabilitas penyelenggara pendidikan kepada piha-pihak yang berkepentingan. Lebih lanjut dinyataka bahwa evaluasi dilakukan oleh lembaga yang mandiri secara berkala, menyeluruh, transparan, dan sistematik untuk menilai pencapaian standar nasional pendidikan dan proses pemantauan evaluasi tersebut harus dilakukan secara berkesinambungan.



Tujuan Khusus (penelitian)
Oktober 24, 2011, 1:34 pm
Filed under: PENELITIAN

Tujuan Khusus
Penelitian ini dilandasi oleh keinginan untuk memberikan kontribusi dalam memecahkan permasalahan asesmen yang dihadapi dosen-dosen teknik otomotif di FT UNP. Keinginan ini direalisasikan dengan merancang perangkat asesmen berbasis kelas untuk pembelajaran sistem pemindah tenaga di jurusan Teknik otomotif UNP. Secara lebih spesifik penelitian ini bertujuan untuk mengembangkan dan mengimpementasikan perangkat asesmen berbasis kelas yang valid, praktikal dan efektif. Istilah valid, praktikal dan efektif yang digunakan mengacu pada kriteria yang dikemukakan oleh Guskey (1999, 2000), Kirkpatrick (1987) dan Nieveen (1997, 1999).
Dalam penelitian ini cakupan ketiga kriteria tersebut dibatasi sebagai berikut:
• Perangkat asesmen berbasis kelas dikatakan valid atau mencerminkan “state of the art knowledge” jika perangkat tersebut oleh pakar pendidikan teknik otomotif dan pakar evaluasi dinyatakan layak digunakan untuk mengukur pemahaman konsep, kemampuan pemecahan masalah, penalaran, komunikasi, dan koneksi mahasiswa.
• Praktikal mengacu pada kondisi di mana dosen dan mahasiswa dapat menggunakan perangkat asesmen berbasis kelas sesuai dengan kriteria yang diharapkan.
• Perangkat asesmen berbasis kelas dikatakan efektif jika dapat meningkatkan pemahaman konsep, kemampuan pemecahan masalah, penalaran, komunikasi, dan koneksi mahasiswa. Di samping itu, hasil asesmen dengan menggunakan perangkat ini dapat digunakan oleh dosen-dosen teknik otomotif untuk mendeskripsikan profil hasil belajar mahasiswa secara otentik dan komprehensif.



UJI PERSYARATAN ANALISIS
Oktober 14, 2011, 4:38 pm
Filed under: PENELITIAN

UJI PERSYARATAN ANALISIS
(Untuk Korelasional)
by Wakhinuddin S

Karena dalam penelitian ini digunakan analisis regresi, terdapat asumsi yang dipersyaratkan yang perlu dipenuhi terlebih dahulu. Andy Field (2005: 170), Draper (1966:144), dan Santoso (2001:203) menyatakan bahwa syarat penggunaan analisis regresi adalah menguji asumsi-asumsi yaitu : (1) asumsi multikolinieritas; (2) asumsi Homosedastisitas; (3) asumsi normalitas; dan (4) asumsi linieritas. Persyaratan tersebut dijelaskan berikut ini :
a. Uji Multikolinieritas, untuk menguji apakah di dalam model regresi yang digunakan ditemukan adanya korelasi yang sempurna antara variabel dependen dan independen atau tidak. Persyaratan besaran VIF (Variance Inflation Factor) yang bebas dari persoalan multikolinieritas adalah <10 dan Toleransi yang bebas multikolinieritas adalah <0.5. Hasil uji multikolinieritas dapat dilihat pada tabel 7 berikut ini :
Tabel 7. Hasil Uji Multikolinieritas
Coefficients(a)

Model Collinearity Statistics
Tolerance VIF
1 (Constant)
persepsi .418 2.392
bim_bk .418 2.392
a Dependent Variable: minat

b. Uji homosedastisitas, untuk menguji apakah varians dari residual tidak berubah dengan berubahnya satu atau lebih variabel bebas. Jika terdapat bentuk pola tertentu pada scatterplot, maka terjadi homosedastisitas. Jika tidak ada pola yang jelas, serta titik-titik menyebar di atas dan di bawah angka 0 (nol) pada sumbu Y, maka terjadi heterosedastisitas. Hasil uji homosedastisitas dapat dilihat pada grafik 3. berikut ini :

Grafik 3. Hasil Uji Homosedastisitas
SCATTERPLOT

c. Uji Normalitas, bertujuan untuk menguji apakah dalam model regresi, variabel terikat dan variabel bebas mempunyai distribusi normal. Model regresi yang baik adalah distribusi data normal atau mendekati normal. Deteksi normalitas adalah dengan melihat penyebaran data (titik) pada sumbu diagonal dari grafik, jika data menyebar di sekitar garis diagonal dan mengikuti arah garis diagonal maka model regresi memenuhi asumsi normalitas. Jika data menyebar jauh dari garis diagonal dan atau tidak mengikuti arah garis diagonal maka model regresi tidak memenuhi asumsi normalitas. Hasil uji normalitas dapat dilihat pada grafik 4 berikut ini :
Grafik 4. Hasil Uji Normalitas
Normal P-P Plot of Regression Standardized Residual

d. Uji Linieritas, untuk mengetahui apakah antara variabel X1 dan Y atau antara X2 dan Y memiliki hubungan yang linier. Dalam penelitian ini, uji linieritas dilakukan dengan melihat grafik Scatter Plot antar variabel. Hasil uji linieritas dapat dilihat pada grafik 5 dan 6 berikut ini :
Grafik 5. Hasil Uji Linieritas antara variabel X1 dan Y

Grafik 6. Hasil Uji Linieritas antara variabel X2 dan Y



Tujuan pembelajaran = Hasil Pembelajaran
Oktober 14, 2011, 4:36 pm
Filed under: EVALUASI HASIL BELAJAR

Tujuan pembelajaran = Hasil Pembelajaran
Wakhinuddin S

Hasil Pembelajaran merupakan target dari Pengukuran dan Penilaian :
Seperti : Apakah hasil yang ingin dicapai dari suatu hasil pembelajaran?

Tujuan Pembelajaran suatu yang spesifik, dalam bentuk suatu pernyataan yang terukur (measurable statements) dari suatu hasil pembelajaran

Taksonomi Bloom disebut juga taksonomi tujuan pembelajaran, dengan demikian dengan mengukur dan menilai ketercapaian hasil belajar berarti telah melakukan proses penilaian prestasi hasil belajar peserta didik.



Evaluasi Program Praktik Kerja Industri Luar Negeri Siswa SMK Negeri 6 Padang dengan Model CIPP
Oktober 9, 2011, 3:50 am
Filed under: EVALUASI PROGRAM DAN LEMBAGA, Uncategorized

KESIMPULAN
(Evaluasi Program Praktik Kerja Industri Luar Negeri Siswa SMK Negeri 6 Padang dengan Model CIPP by Wakhinuddin S dan Tursina)

Setelah diadakan penelitian tentang pengaruh evaluasi program praktik kerja industri luar negeri siswa SMK Negeri 6 Padang dengan model CIPP maka dapat ditarik kesimpulan :
1. Konteks (context) dalam program praktik kerja industri luar negeri siswa SMK Negeri 6 Padang, ditinjau dari tujuan program, dan lingkungan program.
Berdasarkan analisis deskriptif terhadap variabel context yang terdiri dari dua indikator tujuan program prakerin dan lingkungan tempat prakerin. Berdasarkan analisis deskriptif indikator tujuan program prakerin dengan tingkat capaian sebesar 93.33% dalam kategori sangat baik. Hal tersebut di atas di dukung hasil wawancara peneliti bahwa, tujuan di adakannya program prakerin luar negeri di SMK Negeri 6 Padang: 1) meningkatkan kompetensi siswa sesuai dengan kompetensi keahliannya, 2) membuka wawasan siswa tentang kompetensi keahlian yang dimilikinya, 3) untuk mencetak tenaga-tenaga yang propesional dibidangnya sehingga setelah tamat dapat diterima di dunia industri, 4) memenuhi salah satu persyaratan Sekolah Rintisan Bertaraf Internasional (SRBI). Hal tersebut sesuai dengan yang ditetapkan oleh Depdiknas (2005:1).
Berdasarkan analisis deskriptif indikator lingkungan tempat prakerin dengan tingkat capaian sebesar 90.37% dalam kategori sangat baik. Hal tersebut di atas di dukung hasil wawancara peneliti bahwa, mengenai lingkungan industri prakerin sesuai dengan kompetensi keahlian siswa dan di tempat prakerin dapat meningkatkan kompetensi produktif siswa. Hal tersebut sesuai dengan yang ditetapkan oleh Depdiknas (2005: 8).
2. Masukan (input) dalam program praktik kerja industri luar negeri siswa SMK Negeri 6 Padang, ditinjau dari SDM siswa, pengelola outlet, guru pembimbing, instruktur, serta sarana prasarana pendukung, sumber dana dan relevansi pelaksanaan program dengan kebutuhan siswa.
Berdasarkan hasil analisis deskriptif indikator SDM siswa SMK Negeri 6 Padang dengan tingkat capaian sebesar 92.59% dalam kategori sangat baik. Hal tersebut di atas di dukung hasil wawancara peneliti bahwa, persyaratan siswa prakerin luar negeri antara lain: a) minimal 17 tahun pada saat pemberangkatan, b) ada izin dari orang tua, c) sehat fisik dan mental, dan disiplin, d) mampu berbahasa inggris, e) memiliki kompetensi dasar dan kejuruan, e) lulus tes dari industri. Hal ini sesuai dengan Depdiknas (2005:3) tentang kriteria siswa yang disiapkan untuk mengikuti prakerin luar negeri.
Berdasarkan hasil analisis deskriptif indikator SDM pengelola outlet SMK Negeri 6 Padang, dengan tingkat capaian sebesar 77.78% dalam kategori cukup. Hal tersebut di atas di dukung hasil wawancara peneliti bahwa, kurang optimal manajemen pengelola Outlet melengkapi dokumen prakerin luar negeri antara lain : a) buku jurnal, b) format penilaian kegiatan siswa industri, c) instrument monitoring yang standar untuk guru pembimbing prakerin, d) tidak adanya secara tertulis persyarat dan tugas guru pembimbing, e) jadwal pemberangkatan siswa tidak sesuai dengan program yang ada di sekolah sehingga mempengerahui nilai ketuntasan belajar siswa.
Berdasarkan hasil analisis deskriptif indikator SDM guru pembimbing SMK Negeri 6 Padang, dengan tingkat capaian sebesar 74.69% dalam kategori cukup. Hal tersebut di atas di dukung hasil wawancara peneliti bahwa pengelola outlet SMK Negeri 6 Padang tidak menentukan persyaratan khusus untuk menjadi guru pembimbing prakerin luar negeri. Hal ini kurang sejalan dengan Dikmenjur (dalam tantang, 2000:35) menjelaskan “Guru PSG adalah individu yang memiliki kemampuan kompetensi, profesi keguruan atau pendidik secara dominan tetapi juga harus memiliki kompetensi teknis keahlian tertentu dan memiliki jiwa enterpreneurship). Dalam pelaksanaan PSG guru dipersyaratkan harus memiliki sejumlah kompetensi atau kemampuan dasar yang dibutuhkan untuk melaksanakan keprofesiannya dalam melaksanakan tugas dan tanggung jawabnya sebagai guru PSG.
Berdasarkan hasil analisis deskriptif indikator SDM Instruktur (Pembimbingan Prakerin) luar negeri dengan tingkat capaian sebesar 83.70% dalam kategori baik. Hal tersebut di atas di dukung hasil wawancara peneliti bahwa peranan instruktur di industri memberikan arah dan petunjuk-petunjuk praktis tentang pekerjaan, sesuai dengan perkembangan teknologi. Hal ini sudah sesuai menurut Nolker dalam Tatang (2000 : 35) “Instruktur memberikan bimbingan ahli bagi peserta didik dalam melakukan pekerjaan latihan serta memberikan petunjuk-petunjuk praktis, sesuai dengan perkembangan teknologi mutakhir. Instruktur juga menyiapkan pertemuan pengajaran dengan mempertimbangkan prinsip-prinsip didaktik dan ia juga memberikan nilai terhadap hasil pekerjaan latihan dan berperan serta dalam penyelenggaraan ujian.
Berdasarkan hasil analisis deskriptif indikator sarana prasarana pendukung prakerin luar negeri dengan tingkat capaian sebesar 92.59% dalam kategori sangat baik. Hal tersebut di atas di dukung hasil wawancara peneliti bahwa, sarana prasaran yang ada ditempat prakerin sesuai dengan komptensi keahlian siswa. Hal ini sesuai menurut Depdiknas, (2005:3) tentang klasifikasi industri antara lain : a) memiliki fasilitas sesuai dengan standar kompetensi, b) bidang usaha yang sesuai dengan kompetensi siswa.
Berdasarkan hasil analisis deskriptif indikator sumber dana prakerin luar negeri dengan tingkat capaian sebesar 77.04% dalam kategori cukup. Hal tersebut di atas di dukung hasil wawancara peneliti bahwa: 1) sumber dana prakerin luar negeri dari ortua siswa dan industri, 2) kurang ketrasparan pihak pengelola outlet tentang pengunaan dana prakerin kepada orang tua.
Berdasarkan hasil analisis deskriptif indikator relevansi program prakerin keluar negeri relevan dengan kebutuhan siswa dengan tingkat capaian sebesar 86.67% dalam kategori baik. Hal tersebut di atas di dukung hasil wawancara peneliti bahwa relevansi program prakerin keluar negeri sudah relevan dengan kebutuhan siswa.
3. Proses (process) pelaksanaan program praktik kerja industri luar negeri siswa SMK Negeri 6 Padang, ditinjau dari persiapan, pelaksanaan, monitoring dan hambatan pelaksanaan program prakerin.

Berdasarkan hasil analisis deskriptif diperoleh indikator persiapan pelaksanaan program prakerin dengan tingkat capaian sebesar 76.85% dalam kategori cukup baik. Hal tersebut di atas di dukung hasil wawancara peneliti bahwa, tidak adanya pengarahan pengisian buku jurnal karena buku jurnal tidak ada dan tidak di ikut sertakan guru pembimbing dalam pembekalan prakerin. Hal ini kurang sejalan dengan Wahyu, (2008:222) .
Berdasarkan hasil analisis deskriptif diperoleh indikator pelaksanaan program prakerin dengan tingkat capaian sebesar 82.55% dalam kategori baik. Hal tersebut di atas di dukung hasil wawancara peneliti bahwa dalam pelaksanaan program prakerin belum dilengkapi dengan uji kompetensi siswa di industri. Hal ini belum yang sesuai dengan kebijakan Dikmenjur (2005:9) evaluasi pelaksanaan praktik kerja industri dilakukan uji kompetensi di industri. Sebagai bukti bahwa telah terlaksananya evaluasi kompetensi prakerin siswa memperoleh sertifikasi dari industri. Sedangkan menurut Nolker dalam Tatang (2000:35) menyebutkan, bahwa instruktur memberikan nilai terhadap hasil pekerjaan latihan dan berperan serta dalam penyelenggaraan ujian.
Berdasarkan hasil analisis deskriptif diperoleh indikator monitoring pelaksanaan program prakeri luar negeri tingkat capaian sebesar 67.26% dalam kategori cukup. Hal tersebut di atas di dukung hasil wawancara peneliti bahwa 1) kegiatan monitoring yang dilakukan oleh guru pembimbing baru sebatas kunjungan dan pengamatan lapangan dan belum menggunakan instrumen monitoring yang standar, 2) evaluasi pelaksanan prakerin luar negeri siswa SMK Negeri 6 Padang hanya sebatas wawancara dengan siswa dan pihak industri dan belum pernah melakukan evaluasi program prakerin luar negeri. Hal ini sesuai dengan kebijakan Depdiknas (2009) program prakerin yang sudah dilakukan peserta didik perlu dievaluasi untuk melihat kesesuaian antara program dengan pelaksanaannya. Hal ini dimaksudkan sebagai dasar untuk penyusunan program tindak lanjut yang harus dilakukan, baik terhadap pencapaian kompetensi peserta didik maupun terhadap program prakerin.
Berdasarkan hasil analisis deskriptif diperoleh indikator hambatan pelaksanaan program prakerin dengan tingkat capaian sebesar 53.78% dalam kategori kurang sekali. Hal tersebut di atas di dukung hasil wawancara peneliti bahwa adanya hambatan dalam pelaksanaan program prakerin antara lain: 1) berbeli-belitnya biokrasi dalam melengkapi dan pengurusan dokumen pemberangkatan prakerin luar negeri, 2) jadwal pemberangkatan tidak sesuai dengan program sekolah sehingga sering terjadi masalah dengan nilai ketuntasan siswa.
4. Hasil (product) yang telah dicapai dari program praktik kerja industri luar negeri siswa SMK Negeri 6 Padang, ditinjau dari daya serap siswa di industri.

Berdasarkan data hasil penelurusan terhadap siswa yang telah mengikuti prakerin keluar negeri dapat disimpulkan bahwa daya serap siswa yang mengikuti prakerin luar negeri secara keseluruhan baik yang melanjutkan kuliah maupun bekerja lebih tinggi dibanding dengan siswa yang mengikuti prakerin di dalam negeri.



Evaluasi Model CIPP
Oktober 4, 2011, 5:37 am
Filed under: EVALUASI PROGRAM DAN LEMBAGA, MONEV, PENELITIAN

EVALUASI MODEL CIPP
Wakhinuddin

Evaluasi model CIPP merupakan model yang banyak dikenal dan diterapkan oleh para evaluator. Model CIPP dikembangkan oleh Stufflebeam,dkk (1986) di Ohio State University. CIPP merupakan singkatan dari :
Context Evaluation : Evaluasi terhadap konteks
Input Evaluation : Evaluasi terhadap masukan
Process Evaluation : Evaluasi terhadap proses
Product Evaluation : Evaluasi terhadap hasil
Keempat kata yang disebutkan dalam singkatan CIPP merupakan sasaran evaluasi, yang tidak lain adala komponen dari proses sebuah program kegiatan. Model CIPP adalah model evaluasi yang memandang program yang dievaluasi sebagai sebuah sistem.