Wakhinuddin’s Weblog


Deskripsi Kerja (umum) Kepala Mekanik Dan Mekanik (3) pada Bengkel Mobil
Juni 21, 2018, 3:23 pm
Filed under: Pendidikan Kejuruan, TEKNIK OTOMOTIF

KEPALA MEKANIK

(HEAD MECHANIC)

 

URAIAN PEKERJAAN

Memeriksa, memperbaiki dan menguji kendaraan ringan, sedang dan berat atau perlengkapan konstruksi ringan, sedang dan berat.

SYARAT UMUM

  1. Memenuhi semua syarat Mechanic I dengan lebih kurang 2 tahun pengalaman, lulus ujian peningkatan kelompok keterampilan yang bersangkutan
  2. Memiliki pengetahuan dan pengertian menyeluruh tentang berbagai perlengkapan ukur, keterampilan dan diagnostik yang di perlukan untuk menentukan keadaan suku cadang dan komponen.
  1. Mampu mengawas 4-8 bawahan

 

MECHANIC III

 URAIAN PEKERJAAN

Memeriksa, memperbaiki dan menguji kendaraan ringan, sedang dan berat atau perlengkapan konstruksi ringan, sedang dan berat.

SYARAT MINIMUM

  1. Memenuhi semua syarat Craft Helper dengan kurang lebih 2 tahun pengalaman, lulus ujian-ujian peningkatan kelompok keterampilan yang bersangkutan.
  2. Harus mampu mencari dan memperbaiki kerusakan dan melakukan penyesuaian rutin pada setiap bagian dari kendaraan atau peralatan.
  3. Harus mampu membaca dan memahami buku pedoman suku cadang dan bengkel.

KETERAMPILAN KHUSUS MECHANIC III

  1. Mengetahui dan dapat menggunakan peralatan yang ada di lapangan
  2. Dapat mengganti komponen undercarriage
  3. dapat memasang dan membuka hose hydraulic
  4. Dapat mengganti bucket dan blades
  5. Dapat mengganti semua alat-alat pengamanan
  6. Mengenali baut dan mur sesuai kegunaanya
  7. Dapat mengganti seal dan O-ring
  8. Dapat mnyesuaikan track dengan standarnya
  9. Mencari spesifikasi dari torqi sesuai manual dan dapat menggunakanya
  10. Dapat menggunakan power tool
  11. Dapat mengenali jenis-jenis oli
  12. Dapat menyetel V belt
  13. Dapat memperbaiki radiator
  14. Dapat mengenali gejala kelainan
  15. Mengetahui nama komponen dalam bahasa inggris
  16. Dapat membuka dan memasang kembali cylinder head dan bak oli

 

 



PRINSIP PROSSER
Agustus 24, 2017, 8:32 am
Filed under: Pendidikan Kejuruan, Uncategorized

Prosser percaya bahwa pendidikan kejuruan di jenjang sekolah menengah atas akan mampu menjadikan para siswa lebih independen.

Prosser terkenal dengan 16 prinsip tentang pendidikan kejuruan yaitu :

  1. Pendidikan kejuruan akan efisien jika lingkungan dimana siswa dilatih merupakan replika lingkungan dimana nanti ia akan bekerja.
  2. Pendidikan kejuruan yang efektif hanya dapat diberikan dimana tugas-tugas latihan dilakukan dengan cara, alat dan mesin yang sama seperti yang ditetapkan di tempat kerja.
  3. Pendidikan kejuruan akan efektif jika melatih seseorang dalam kebiasaan berpikir dan bekerja seperti yang diperlukan dalam pekerjaan itu sendiri.
  4. Pendidikan kejuruan akan efektif jika dapat memampukan setiap individu memodali minatnya, pengetahuannya dan keterampilannya pada tingkat yang paling tinggi.
  5. Pendidikan kejuruan yang efektif untuk setiap profesi, jabatan atau pekerjaan hanya dapat diberikan kepada seseorang yang memerlukannya, yang menginginkannya dan yang mendapat untung darinya.
  6. Pendidikan kejuruan akan efektif jika pengalaman latihan untuk membentuk kebiasaan kerja dan kebiasaan berpikir yang benar diulang-ulang sehingga sesuai seperti yang diperlukan dalam pekerjaan nantinya.
  7. Pendidikan kejuruan akan efektif jika gurunya telah mempunyai pengalaman yang sukses dalam penerapan keterampilan dan pengetahuan pada operasi dan proses kerja yang akan dilakukan.
  8. Pada setiap jabatan ada kemampuan minimum yang harus dipunyai oleh seseorang agar dia tetap dapat bekerja pada jabatan tersebut.
  9. Pendidikan kejuruan harus memperhatikan permintaan pasar.
  10. Proses pembinaan kebiasaan yang efektif pada siswa akan tercapai jika pelatihan diberikan pada pekerjaan yang nyata (pengalaman sarat nilai).
  11. Sumber yang dapat dipercaya untuk mengetahui isi pelatihan pada suatu okupasi tertentu adalah dari pengalaman para ahli okupasi tersebut.
  12. Setiap pekerjaan mempunyai ciri-ciri isi (body of content) yang berbeda-beda antara satu dengan yang lain.
  13. Pendidikan kejuruan akan merupakan layanan sosial yang efisien jika sesuai dengan kebutuhan seseorang yang memang memerlukan dan memang paling efektif jika dilakukan lewat pengajaran kejuruan.
  14. Pendidikan kejuruan akan efisien jika metode pengajaran yang digunakan dan hubungan pribadi dengan peserta didik mempertimbangkan sifat-sifat peserta didik tersebut.
  15. Administrasi pendidikan kejuruan akan efisien jika luwes.

Pendidikan kejuruan memerlukan biaya tertentu dan jika tidak terpenuhi maka pendidikan kejuruan tidak boleh dipaksakan beroperasi.

 



CIRI STANDAR KOMPETENSI
Oktober 16, 2014, 3:35 pm
Filed under: Pendidikan, PENGUKURAN (MEASUREMENT)

CIRI STANDAR KOMPETENSI

Pendekatan standard kompetensi memiliki ciri, antara lain:
 Adanya visi, misi dan tujuan pendidikan yang disepakati secara bersama ditingkat nasional.
 Adanya standard kompetensi lulusan (exit outcome) yang secara konsisten dan jelas dijabarkan dari tujuan pendidikan.
 Adanya kerangka kurikulum dan silabus yang merupakan artikulasi yang ketat dari kompetensi lulusan.
 Adanya sistem penilaian acuan kriteria (criterion-referenced assessment) dan standard pencapaian (performance standard) yang diterapkan secara konsisten



BEBERAPA HAL PENTING PADA STUDI KURIKULUM PENDIDIKAN KEJURUAN
Agustus 10, 2014, 2:39 am
Filed under: Pendidikan, Pendidikan Kejuruan

BEBERAPA HAL PENTING PADA STUDI KURIKULUM PENDIDIKAN KEJURUAN
Wakhinuddin S
FT UNP

Studi kurikulum melibatkan beberapa hal, yaitu:
1. Falsafah sekolah (termasuk visi, misi, strategi)
2. Tujuan program (jurusan, paket atau prodi)
3. Kaitan kurikulum dengan komunitas masyarakat (PII dll) dan pekerjaan
4. Karakteristik, pertumbuhan, dan perkembangan populasi (termasuk APK)
5. Teori belajar
6. Perencanaan guru – siswa
7. Hubungan guru – siswa
8. Artikulasi dari sejumlah bagian system sekolah, keluarga/rumah, komunitas (termasuk adat), indutri (dan pertumbuhannya), profesi, dan pendidikan tinggi.
9. Organisasi, waktu, jadwal, dan level
10. Ruang lingkup umum dan urutan kurikulum
11. Isi, aktivitas, dan pengalaman
12. Unit sampel, modul, dan lembaran kerja
13. Metode, format, catatan, manajemen ruang kelas
14. Materi pembelajaran, perlengkapan, suplai lainnya (diktat dll), multimedia
15. Fasilitas menjalankan tujuan kurikulum
16. Perencanaan pengujian (testing) dan evaluasi (pemberian makna)
17. Bahan (buku) untuk guru dan siswa.



Fondasi Pengembangan Kurikulum Sekolah Kejuruan
Juli 20, 2014, 5:20 am
Filed under: PASCASARJANA, Pendidikan Kejuruan

Fondasi Pengembangan Kurikulum Sekolah Kejuruan

Faktor target dan tujuan sangat penting dalam program sekolah karena semua faKtor (perlengkapan, bahan, metode, dan lainnya) tergantung pada guru mempertimbangkannya yang apa dilaksanakan.
Ada beberapa kriteri menseleksi materi ajar, yaitu:
1. Materi ajar semestinya berkaitan dengan minat siswa
2. Mempunyai konstribusinya kepada siswa
3. Membantu dan mengembangkan siswa dalam kehidupannya
4. Berkaitan dengan kebutuhan utama siswa

Studi kurikulum melibatkan beberapa hal, yaitu:
1. Falsafah sekolah
2. Tujuan program
3. Kaitan kurikulum dengan komunitas masyarakat dan pekerjaan
4. Karakteristik, pertumbuhan, dan perkembangan populasi target
5. Teori belajar
6. Perencanaan guru – siswa
7. Hubungan guru – siswa
8. Artikulasi dari sejumlah bagian system sekolah, rumah, komunitas, indutri, profesi, dan pendidikan tinggi.
9. Organisasi, waktu, jadwal, dan level
10. Ruang lingkup umum dan urutan kurikulum
11. Isi, aktivitas, dan pengalaman
12. Unit sampel, modul, dan lembaran kerja
13. Metode, format, catatan, manajemen ruang kelas
14. Materi pembelajaran, perlengkapan, suplai, multimedia
15. Fasilitas menjalankan tujuan kurikulum
16. Perencanaan evaluasi dan pengujian
17. Bahan untuk guru dan siswa.

(Finch)



Template Informasi Karir
April 1, 2014, 4:56 am
Filed under: Pendidikan Kejuruan

INFORMASI KARIR
by
Wakhinuddin

1. Nama Karir

2. Deskripsi pekerjaan

3. Standar prestasi kerja

4. Lingkungan Kerja, Prasarana dan Sarana

5. Daerah Kerja

6. Status Karir

7. Kualifikasi dan Pendidikan

8. Jenjang Karir

9. Kenaikan Pangkat

10.Penghasilan

11.Prosedur Rekrutmen

12.Lain-lain

:

:

:

:

:

:

:

:

:

:

:

: Tuliskan nama pekerjaan/okupasi/posisi yang akan diuraikan dengan jelas **)

Dalam bagian yang dikemukakan:
a. Uraian tugas pekerjaan, baik berupa tugas pokok maupun kegiatan pendukungnya.
b. Bagaimana melaksanakan uraian tugas tersebut.
c. Sasaran pekerjaan.

Penguasaan, pemahaman dan kemampuan dalam merealisasikan tugas sesuai dengan uraian tugas pokok dan pendukung.

Secara rinci dikemukakan:
a. Wawasan bidang pekerjaan.
b. Kemampuan menyusun/merencanakan pekerjaan.
c. Kemampuan menata, mengelola/melaksanakan pekerjaan.
d. Kemampuan menilai dan menganalisa hasil pekerjaan.
e. Melaksanakan tindak lanjut dan pengembangan profesi/ pekerjaan.

Dalam bagian ini digambarkan:
a. Kondisi tempat bekerja.
b. Sarana dan prasarana.
c. Sarana pendukung.
d. Lingkungan kerja yang diharapkan.

Nyatakan daerah kerja secara jelas sesuai dengan ketentuan yang berlaku, seperti:
a. Sekolah, instansi pemerintah, atau daerah untuk praktek pribadi.
b. Satu sekolah, atau beberapa sekolah, satu wilayah, atau menembus batas administratif yang lain.
c. Negeri atau swasta.

Kemukakan status perkerja yang dapat melayani okupasi/pekerjaan/posisi yang ditawarkan.
Apa pekerjaan: pegawai negeri, pegawai tetap yayasan atau tenaga honorer, atau status lainnya.

Pada bagian ini, dikemukakan secara jelas:
a. Syarat pendidikan untuk dapat diterima menjadi pekerja (ijazah dan latihan).
b. Keterampilan yang dimiliki.
c. Kemampuan khusus yang diperlukan.
d. Ciri-ciri khusus kepribadian.
e. Kemungkinan untuk pendidikan lanjutan.
f. Kemungkinan untuk latihan tambahan.
g. Batas usia minimal/maksimum.
h. Pangkat serendah-rendahnya (kalau dipersyaratkan).

Pada bagian ini, kemukakan dengan jelas status karir, jenis dan tingkat/rentang karir, serta kemungkinan pengembangannya.
Diawali, dari jabatan karir yang paling rendah sampai dengan jenjang yang paling tinggi.

Pada bagian ini, kemukakan dengan jelas sistem kepangkatan dan kenaikan pangkat jabatan yang ditawarkan (pemerintah dan swasta tetap). Bagi jabatan praktik pribadi, perlu pula dikemukakan bahwa kenaikan pangkatnya terkait dengan profesi yang bersangkutan. Oleh karena itu, perlu dikemukakan:
a. Peraturan-peraturan yang berlaku untuk kenaikan pangkat.
b. Hal-hal yang dinilai.
c. Syarat lain yang dibutuhkan.
d. Mekanisme kenaikan pangkat.

Dalam bagian ini perlu dikemukan:
a. Gaji tetap yang diberikan.
b. Tunjangan yang diberikan berdasarkan prestasi kerja seseorang.
c. Penghasilan lainnya.

Perlu pula dikemukakan bahwa bagi pekerja praktik pribadi, penghasilan yang diterima berdasarkan kelayakan jasa profesi yang diberikan.

Perlu dijelaskan secara tuntas pada bagian ini; prosedur rekrutmen pegawai/pekerja, seperti: pengumuman lowongan, pendaftaran calon, pelaksanaan seleksi sampai pengumuman hasil ujian, dan penerimaan menjadi pegawai/pekerja.
Disamping itu perlu juga dikemukakan prosedur rekrutmen bagi tenaga-tenaga yang diperbantukan atau tenaga hanorer, atau untuk izin praktik pribadi.

Tambahan informasi lain kalau masih ada yang dirasa penting, sesuai dengan jabatan yang ditawarkan, seperti:
a. Beberapa beban tugas, apabila seseorang merangkap jabatan lainnya.
b. Tugas lain yang dapat dilakukan oleh jabatan yang ditawarkan.



TAHAP-TAHAP PERKEMBANGAN KARIR
Maret 4, 2014, 2:59 pm
Filed under: Pendidikan Kejuruan

TAHAP-TAHAP PERKEMBANGAN KARIR
oleh
Wakhinuddin

Menurut Ginzberg perkembangan karier dibagi menjadi 3 (tiga) tahap pokok, yaitu:
– Tahap Fantasi : 0 – 11 tahun (masa Sekolah Dasar)
– Tahap Tentatif : 12 – 18 tahun (masa Sekolah Menengah)
– Tahap Realistis : 19 – 25 tahun (masa Perguruan Tinggi)
Pada tahap fantasi anak sering kali menyebutkan cita-cita mereka kelak kalau sudah besar, misalnya ingin menjadi dokter, ingin menjadi petani, pilot pesawat, guru, tentara, dll. Mereka juga senang bermain peran (misalnya bermain dokter-dokteran, bermain jadi guru, bermain jadi polisi, dll) sesuai dengan peran-peran yang mereka lihat di lingkungan mereka. Jabatan atau pekerjaan yang mereka inginkan atau perankan pada umumnya masih sangat dipengaruhi oleh lingkungan, misalnya dari TV, video, majalah, atau tontonan maupun tokoh-tokoh yang pernah melintas dalam kehidupan mereka. Maka tidak mengherankan jika pekerjaan ataupun jabatan yang mereka sebut masih jauh dari pertimbangan rasional maupun moral. Mereka memang asal sebut saja pekerjaan yang dirasa menarik saat itu. Dalam hal ini orang tua dan pendidik tidak perlu cemas atau pun gelisah jika suatu ketika anak ternyata menyebut atau menginginkan pekerjaan yang jauh dari harapan orang tua atau pun pendidik. Dalam tahap ini anak belum mampu memilih jenis pekerjaan/jabatan secara rasional dan obyektif, karena mereka belum mengetahui bakat, minat, dan potensi mereka yang sebenarnya. Mereka sekedar berfantasi saja secara bebas, sifatnya sama sekali tidak mengikat.

Gambar : Hubungan Antara Struktur Sekolah dan Tenaga Kerja di Indonesia

Tahap tentatif dibagi menjadi 4 (empat) sub tahap, yakni: (1) sub tahap Minat (Interest); (2) sub tahap Kapasitas (Capacity); (3) sub tahap Nilai (Values) dan (4) sub tahap Transisi (Transition). Pada tahap tentatif anak mulai menyadari bahwa mereka memiliki minat dan kemampuan yang berbeda satu sama lain. Ada yang lebih berminat di bidang seni, sedangkan yang lain lebih berminat di bidang olah raga. Demikian juga mereka mulai sadar bahwa kemampuan mereka juga berbeda satu sama lain. Ada yang lebih mampu dalam bidang matematika, sedang yang lain dalam bidang bahasa, atau lain lagi bidang olah raga.

Gambar : Klasifikasi okupasi

Pada sub tahap minat (11-12 tahun) anak cenderung malakukan pekerjaan-pekerjaan atau kegiatan-kegiatan hanya yang sesuai dengan minat dan kesukaan mereka saja; sedangkan pada sub tahap kapasitas/kemampuan (13-14 tahun) anak mulai melakukan pekerjaan/kegiatan didasarkan pada kemampuan masing-masing, di samping minat dan kesukaannya. Selanjutnya pada sub tahap nilai (15-16 tahun) anak sudah bisa membedakan mana kegiatan/pekerjaan yang dihargai oleh masyarakat, dan mana yang kurang dihargai; sedangkan pada sub tahap transisi (17-18 tahun) anak sudah mampu memikirkan atau “merencanakan” karier mereka berdasarkan minat, kamampuan dan nilai-nilai yang ingin diperjuangkan.
Pada usia perguruan tinggi (18 tahun ke atas) remaja memasuki tahap reasiltis, di mana mereka sudah mengenal secara lebih baik minat-minat, kemampuan, dan nilai-nilai yang ingin dikejar. Lebih lagi, mereka juga sudah lebih menyadari berbagai bidang pekerjaan dengan segala konsekuensi dan tuntutannya masing-masing. Oleh sebab itu pada tahap realistis seorang remaja sudah mampu membuat perencanaan karier secara lebih rasional dan obyektif. Tahap realistis dibagi menjadi 3 (tiga) sub-tahap, yakni sub-sub tahap (1) eksplorasi (exploration), (2) kristalisasi (chystallization), dan spesifikasi/penentuan (specification).
Pada sub tahap eksplorasi umumnya remaja mulai menerapkan pilihan-pilihan yang dipikirkan pada tahap tentatif akhir. Mereka menimbang-nimbang beberapa kemungkinan pekerjaan yang mereka anggap sesuai dengan bakat, minat, serta nilai-nilai mereka, namun mereka belum berani mengambil keputusan tentang pekerjaan mana yang paling tepat. Dalam hal ini termasuk di dalamnya masalah memilih sekolah lanjutan yang sekiranya sejalan dengan karier yang akan mereka tekuni. Pada sub tahap berikutnya, yakni tahap kristalisasi, remaja mulai merasa mantap dengan pekerjaan/karier tertentu. Berkat pergaulan yang lebih luas dan kesadaran diri yang lebih mendalam, serta pengetahuan akan dunia kerja yang lebih luas, maka remaja makin terarah pada karier tertentu meskipun belum mengambil keputusan final. Akhirnya, pada sub tahap spesifikasi remaja sudah mampu mengambil keputusan yang jelas tentang karier yang akan dipilihnya.

Gambar : Perkembangan karir
Menurut Super perkembangan karier manusia dapat dibagi menjadi 5 (lima) fase, yaitu:
(1) Fase pengembangan (Growth) yang meliputi masa kecil sampai usia 15 tahun. Dalam fase ini anak mengembangkan bakat-bakat, minat, kebutuhan, dan potensi, yang akhirnya dipadukan dalam struktur konsep diri (self-concept structure);
(2) Fase eksplorasi (exploration) antara umur 16-24 tahun, di mana saat ini remaja mulai memikirkan beberapa alternatif pekerjaan tetapi belum mengambil keputusan yang mengikat;
(3) Fase pemantaban (establishment), antara umur 25 – 44 tahun. Pada fase ini remaja sudah memilih karier tertentu dan mendapatkan berbagai pengalaman positif maupun negatif dari pekerjaannya. Dengan pengalaman yang diperoleh ia lalu bisa menentukan apakah ia akan terus dengan karier yang telah dijalani atau berubah haluan.
(4) Fase pembinaan (maintenance) antara umur 44 – 65 tahun, di mana orang sudah mantab dengan pekerjaannya dan memeliharanya agar dia bertekun sampai akhir;
(5) Fase kemunduran (decline), masa sesudah pensiun atau melepaskan jabatan tertentu. Dalam fase ini orang membebaskan diri dari dunia kerja formal.



Pengembangan Model Asesmen Kelas Pembelajaran Materi Ajar Produktif Terintegrasi Dengan Model Pembelajaran Component Display Theory Sebagai Upaya Mewujudkan Standar Penilaian Pada Prodi Teknik Kendaraan Ringan SMK Negeri Di Sumatera Barat
Februari 8, 2014, 8:25 am
Filed under: Pendidikan Kejuruan, PENELITIAN, TEKNIK OTOMOTIF

Pengembangan Model Asesmen Kelas Pembelajaran Materi Ajar Produktif Terintegrasi Dengan Model Pembelajaran Component Display Theory Sebagai Upaya Mewujudkan Standar Penilaian Pada Prodi Teknik Kendaraan Ringan SMK Negeri  Di Sumatera Barat

Oleh

Wakhinuddin

RINGKASAN

Kegiatan asesmen pembelajaran selama ini kebanyakan hanya pada aspek kognitif. Berbeda pada Kurikulum KTSP menerapkan asesmen berbasis kelas, yaitu asesmen terhadap siswa dilakukan dengan  memperhatikan tiga ranah hasil belajar; ranah kognitif, ranah psikomotor dan ranah afektif, dengan metode penilaian otentik.  Dari pengamatan peneliti reviewer sebagai fasilitator pada kegiatan RSBI dapat dikatakan masih banyak guru program keahlian TKR SMK belum dapat membuat soal sesuai dengan tuntutan kurikulum.

Kompetensi dasar SMK teknik kendaraan ringan (TKR) dirumuskan dalam bentuk kompetensi berupa pengetahuan, keterampilan, dan nilai-nilai dasar yang direfleksikan dalam bentuk fakta, konsep, prinsip dan prosedur. Untuk melihat ketercapaian tujuan kurikulum, paper and pencil test dirasa tidak lagi memadai, sehingga diperlukan berbagai alternatif bentuk penilaian (asesmen). Melalui penelitian ini akan dikembangkan perangkat penilaian berbasis kelas yang diharapkan dapat menilai kemampuan siswa secara otentik dan komprehensif.

Penelitian ini didorong oleh keinginan memberi sumbangan dalam memecahkan permasalahan penilaian yang dihadapi guru-guru Teknik Kendaraan Ringan (otomotif) di SMK. Keinginan ini akan direalisasikan dalam bentuk membuat perangkat asesmen berbasis kelas untuk pembelajaran TKR di kelas XI SMK. Secara lebih spesifik penelitian ini bertujuan untuk mengembangkan dan mengimpementasikan perangkat penilaian berbasis kelas yang valid, praktikal dan efektif. Istilah valid, praktikal dan efektif.

Metode penelitian yang digunakan tahap I adalah riset pengembangan dengan metode riset pengembangan Four D-Models. Kegiatan penelitian pada tahun I dimulai dari pendefinisian (define), perancangan (design), pengembangan (develop), dan diseminasi (disemination). Penelitian pada tahun I menghasilkan prototipe prerangkat asesmen berorientasi CDT yang valid dan praktis pada kelompok mata pelajaran Kompetensi kejuruan kelas XI.

Berdasarkan  pengembangan  yang  telah  dilakukan  didapat kesimpulan: Hasil validasi dari validator, angket respon guru dan siswa, dan observasi terhadap guru dan siswa menunjukkan perangkat penilaian dan pembelajaran pada mata pelajaran kompetensi kejuruan menggunakan component display theory (CDT) adalah valid dan praktis; Indikator dampak yang dikembangkan seperti perubahan pengetahuan, sikap dan keterampilan menunjukkan terjadi peningkatan.

 



PETA KONSEP TEKNIK OTOMOTIF

PETA KONSEP TEKNIK OTOMOTIF

by Wakhinuddin S

OTOMOTIF
Ototronik
INTERNAL COMBUSTION ENGINE SISTEM KELISTRIKAN Body
SISTEM PEMINDAH TENAGA SISTEM KRS
MOTOR BENSIN 2  dan 4 Takt MOTOR DIESEL Cat
SISTEM PNGAPIAN SITEM STARTER SSTEM PNRANG SSTEM PNGSIAN
Sistem BB TRANSFER TRANSMISI Chasis
KOMPONEN BERGERAK Konvensional Induksi KEMUDI REM SUSPENSI
TRANSAXEL KOPLING
Pwr steering Biasa Pegas
KOMPONEN TIDAK BERGERAK Manual POROS PROPELLER Konvensional Elektronik ABS Konvnsnl Peredam
Mobil sedan Alternator
Pompa Injeksi Automatic DIFRENSIAL 4WD Regulator Udara Likuid
Governor
Truck Kaku/plat POROS RODA Fluida Vleg
Pneu/Mec/Com Axle Full/3/4/1/2 Roda Ban


Pembelajaran Aktif dan Penilaian Hasil Belajar Pada Pendidikan Kejuruan
Desember 26, 2013, 3:00 am
Filed under: Pendidikan, Pendidikan Kejuruan

Konsep Pembelajaran Aktif dan Penilaian Hasil Belajar Pada Pendidikan Kejuruan

oleh

Dr. Wakhinuddin S. MPd.

Prodi Magister FT UNP

Baru-baru ini, pergeseran paradigma penilaian pada pendidikan kejuruan telah terjadi. Pergeseran ini, terintegrasi dengan perubahan pembelajaran, sekarang kurikulum 2013 penekanan pada pembelajaran aktif, sehingga sangat berbeda dalam hal penilaian hasil belajar siswa, dari format penilaian tradisional ke format penilaian aktif dan tim.

Kemdikbud telah menyerukan perubahan kurikulum, dari kurikulum KTSP ke kurikulum 2013, sehingga metode pengajaran dan penilaian lebih kompleks. Pendekatan mengajar pada pendidikan kejuruan melalui penggunaan pembelajaran aktif dan proyek baru mulai, untuk itu harus ada antisipasi bagi guru.

Ada lima cara mendorong lebih banyak keterlibatan siswa dalam proses pembelajaran, yaitu:

1. Siswa harus menjadi peserta aktif dalam proses pembelajaran;

2. Siswa harus diajarkan mengidentifikasi dan memecahkan masalah yang tidak terstruktur yang memerlukan dan menggunakan dari berbagai sumber informasi;

3. Learning by doing harus ditekankan;

4. Bekerja dalam kelompok harus didorong, dan

5. Penggunaan teknologi kreatif.

Belajar aktif adalah memungkinkan siswa untuk mencapai tingkat yang lebih dalam  pembelajaran. Kegiatan belajar aktif dikaitkan dengan pengembangan tingkat tinggi kemampuan berpikir kognitif (Bloom 1956; atau Anderson dan Krathwohl 2001). Pada pendidikan kejuruan, studi empiris menunjukkan bahwa pembelajaran aktif  teknik dapat menimbulkan kepercayaaan tinggi pada siswa dan menghilangkan ambiguitas siswa, dan meningkatkan kinerja. Ini semaking sesuai dengan kompleksitas materi ajar kejuruan. Dengan pembelajaran aktif, retensi berlangsung lebih lama pada materi ajar.

Di dalam kelas, teknik pembelajaran aktif dapat mencakup latihan pemecahan masalah, latihan yang bersifat informal kelompok kecil, studi kasus, bermain peran, simulasi; yang membuat siswa berpikir kritis, analitis, dan kemampuan memecahkan masalah.