Wakhinuddin’s Weblog


PENSKALAAN

PENSKALAAN
Oleh Wakhinuddin S

Skala adalah seperangkat lambang atau angka yang dibuat sehingga melalui aturan lambang atau angka itu dapat ditempatkan posisi individu atau perilaku yang menjadi sasaran penggunaan skala. Selanjutnya, dapat dikatakan penskalaan (scaling) adalah suatu pengukuran kontinum pada suatu objek, person, atau peristiwa. Sehingga, penskalaan adalah prosedur dalam menentukan letak stimulus atau respon pada suatu garis kontinum. Dengan demikian dapat dikatakan, penskalaan merupakan fasilitas yang sengaja dibuat untuk menghasilkan angka pada kontinum, dan ini dapat dijadikan sekor bagi siswa.
Skala mempunyai informasi, semakin besar informasi yang diberikan semakin tinggi level skalanya, level skala terrendah sampai tertinggi dapat diurut sebagai berikut: skala nominal, skala ordinal, skala interval dan skala rasio. Bila ditinjau dari orientasi pengukuran skala dapat dibagi atas pendekatan sitimulus, pendekatan respons, dan pendekatan subjek. Pendekatan orientasi berpusat pada respons sesuai dengan karakteristik penskalaan penelitian. Karakteristik itu adalah jawaban yang disusun bertingkat, dimulai dari butir jawaban rendah hingga ke butir jawaban tinggi. Prosedur yang demikian dikenal dengan penskalaan Guttman (analisis skalogram). Jika siswa dapat mengerjakan salah satu aktivitas, maka aktivitas yang lebih rendah semestinya dapat juga dikerjakannya.
Dalam proses pengukuran menggunakan skala, yang terjadi adalah skala sebagai stimulus dan mengharapkan ada respons (jawaban) dari siswa atau penilai. Respons dari siswa disebut pengukuran langsung (direct), sedangkan respons melalui penilai (juri) disebut pengukuran tidak langsung (indirect).
Skala pada penelitian ini pada awalnya memakai level rasio, karena memakai bilangan nyata (real-number), skala ini sesuai dengan keadaan sesungguh bahwa siswa yang tidak mempunyai kompetensi dinilai dengan angka nol (0). Dalam kondisi demikian, penilai (juri) harus memberhentikan siswa tampil, bila tidak diberhentikan siswa dapat merusak komponen mesin. Secara numerik dapat dikatakan pemakaian angka nol (0) adalah suatu kewajaran, sebab garis kontinum dimana sajapun berada tetap dimulai dari angka nol; bahkan tidak wajar bila dimulai dari angka bukan nol.
Namun Lee J. Cronbach (dalam Randall E. Schumacker), tidak percaya suatu skala pengukuran mempunyai titik nilai absolut. Seiring dengan itu, opini Cronbach tentang model Rasch menyebut data ‘kotor’ (messy) . Kritik ini terutama diarahkan kepada pengukuran unidimensi suatu variabel (faktor), Cronbach mempunyai persepsi bahwa suatu suatu faktor memiliki multidimensi. Peneliti menyolang pendapat Cronbach, karena teknik analisis statistik kecocokan (X2) dan analisis faktor (analisis komponen utama) dapat mendeteksi residu data.
Pada proses pengolahan data, karena mempertimbangkan angka tujuh (7) sebagai kriteria batas lulus pada mata pelajaran produktif di SMK, maka level skala dibuat menjadi ordinal, yang dikategorikan atas empat kelompok kompetensi; kategori pertama siswa tidak kompeten, kategori kedua siswa kurang kompetensi, kategori ketiga siswa mempunyai kompetensi minimal, kategori keempat siswa mempunyai kompetensi bagus.



METODE MENGAJAR
Juni 24, 2009, 9:36 am
Filed under: Pendidikan

METODE MENGAJAR
Oleh Wakhinuddin S

a.Pengertian Metode
Metode dapat diartikan sebagai satu cara yang sistematis yang digunakan untuk mencapai tujuan. Dalam pembelajaran metode merupakan alat yang harus berorientasi pada tujuan yang akan dicapai. Hal ini diungkapkan oleh Alipadie (1984:72).
Cara atau metode mengajar sebagai alat pencapaian tujuan, memerlukan pengetahuan tentang tujuan itu sendiri, karena itu perumusan tujuan dengan sejelas-jelasnya merupakan persyaratan penting sebelum seorang guru menentukan dalam memilih metode mengajar yang tepat. Pemilihan metode mengajar yang tepat akan menumbuhkan minat siswa, semakin banyak variasi metode mengajar yang diberikan kepada siswa akan menumbuhkan minat dan motivasi siswa untuk mau belajar, seperti yang diungkapkan oleh Alipadie (1984:72):
“Cara mengajar yang menggunakan teknik berbagai jenis dan dilakukan secara tepat dan penuh perhatian oleh guru, akan memperoleh minat belajar para siswa dan karena itu pula akan mempertinggi hasil belajar pada siswa”.

Menurut Surachman dalam suryosubroto (1997:148), menyatakan bahwa: “metode pengajaran, adalah cara pelaksanaan proses pengajaran atau saat bagaimana atau teknisnya sesuatu bahan pelajaran diberikan kepada siswa atau murid-murid di sekolah”.
Berdasarkan pendapat tersebut kemampuan mengajar dengan menggunakan metode yang tepat merupakan tuntunan yang harus dipenuhi guru. Menurut Zuhairini (dalam Nasution, 2001:40), dalam memilih metode mengajar seorang guru harus memperhatikan beberapa hal, yaitu:
1. Kesesuaian metode mengajar yang digunakan dengan kemampuan pelajar.
2. Kemampuan pengajar dalam menggunakan metode tersebut.
3. Kesesuaian metode mengajar yang digunakan dengan fasilitas yang tersedia.
4. Kesesuaian metode mengajar yang digunakan dengan lingkungan pendidikan.
Dalam proses belajar mengajar, penggunaan metode mengajar tidaklah sama untuk setiap mata diklat, seperti yang telah dijelaskan di atas bahwa metode mengajar tersebut harus sesuai dengan kondisi yang ada. Penggunaan metode yang tidak tepat dalam proses belajar mengajar akan menyebabkan siswa tidak termotivasi untuk belajar atau dapat menyebabkan siswa menjadi pelajar yang pasif, sehingga hasil belajar rendah. Hal ini juga dialami oleh siswa kelas 11 MO di SMK Negeri 1 Pariaman.
b. Kedudukan metode dalam belajar mengajar
1. Metode sebagai alat motivasi eksrinsik, tidak ada satupun kegiatan belajar mengajar yang tidak menggunakan metode.
2. Metode sebagai strategi pengajaran.
3. Metode sebagai alat sebagai mencapai tujuan. Tujuan belajar mengajar tidak akan pernah tercapai selama komponen lainnya tidak diperlukan, salah satunya adalah komponen metode menurut Djamarah (2002:120).
c. Macam-macam metode mengajar
Menurut Hasan (1994:114), metode pengajaran dapat dibedakan menjadi:
1) Metode mengajar individual
a. Metode ceramah
b. Metode tanya jawab
c. Metode diskusi
d. Metode demonstasi
e. Metode karya wisata
f. Metode driil
2). Metode mengajar kelompok
a. Seminar
b. Simposium
c. Forum
d. Panel
e. Musyawarah kerja
Ada bermacam-macam metode, seperti metode mengajar individual dan metode belajar kelompok. Metode tersebut dapat dipilih sesuai dengan tujuan pembelajaran.
2. Tinjauan Tentang Metode Diskusi
Suryosubroto (1996:179), menyatakan bahwa metode diskusi merupakan suatu cara penyajian bahan pelajaran dimana guru memberikan kesempatan kepada siswa (kelompok-kelompok siswa), untuk mengadakan perbincangan ilmiah guna mengumpulkan pendapat, membuat kesimpulan atau menyusun alternatif pemecahan atau suatu masalah.
Ciri-ciri diskusi, adalah:
a. Berlangsung dua orang atau lebih.
b. Berlangsung dalam interaksi tatap muka dengan mengemukakan media bahasa, semua anggota memperoleh kesempatan mendengarkan dan mengeluarkan pendapat secara bebas langsung.
c. Mempunyai tujuan atau sasaran yang akan dicapai melalui kerja sama antar anggota.
d. Berlangsung dalam suasana bebas, teratur dan sistematis dengan aturan main yang telah disepakati bersama.

Dengan metode diskusi kelompok siswa dapat belajar bagaimana belajar dari orang lain, bagaimana menanggapi pendapat orang lain, bagaimana memelihara kesatuan kelompok dan belajar tentang teknik-teknik pengambilan keputusan yang sangat berguna bagi mereka dalam kehidupan bermasyarakat.
Pengalaman belajar yang demikian tidak akan terjadi, jika guru menyajikan pelajaran dengan metode ceramah.
Menurut Alipade (1984:83) keuntungan metode diskusi, antara lain:
a. Suasana kelas sangat hidup sebab siswa sepenuhnya mengarahkan perhatian dan pikirannya kepada masalah yang sedang didiskusikan.
b. Dapat mempertinggi prestasi kepribadian individu, seperti semangat toleransi, jiwa demokratis, kritis dalam berfikir, tekun, sabar dan sebagainya.
c. Hasil-hasil diskusi mudah dipahami dan dilaksanakan bersama, karena siswa ikut serta aktif dalam pembahasan sampai pada suatu kesimpulan.
d. Siswa dilatih mematuhi peraturan-peraturan dan tata tertib dalam suatu diskusi, sebagai pengalaman berharga bagi kehidupan sesungguhnya kelak di masyarakat.

Beberapa kelemahan dari metode diskusi, adalah:
a. Terutama dalam kelompok besar mungkin sekali ada antara siswa yang tidak aktif ambil bagian, sehingga diskusi merupakan kesempatan melepaskan dari tanggung jawab.
b. Biasanya guru sulit menduga arah penyelesaian dan hasil diskusi, karena waktu yang dipergunakan cukup panjang serta beberapa faktor lain yang mempengaruhi lancar tidaknya diskusi.
c. Tidak selamanya mudah bagi siswa untuk mengatur cara berfikir sistematis dan rapi, apalagi secara ilmiah.

Berdasarkan keuntungan metode diskusi, siswa akan lebih aktif dalam proses belajar. Siswa dapat mengemukakan pemikirannya dan dapat menghargai pendapat orang lain. Metode diskusi juga memiliki kelemahan, karena ada beberapa orang siswa yang tidak aktif, jika diskusi dilakukan dalam kelompok besar. Diskusi akan sulit mencapai penyelesaian, karena waktu yang digunakan sangat terbatas.

4. Tinjauan tentang metode diskusi menggunakan pendekatan ORID
Salah satu pendekatan yang bisa digunakan dalam metode diskusi, adalah dengan pendekatan ORID. Sesuai dengan namanya metode diskusi dengan menggunakan pendekatan ORID (Objective-Reflective-Interpretative-Decisional) akan menggulirkan diskusi dalam proses mengalir dari pembahasan pada tahap objective hingga tahap decisional.
Metode diskusi ORID digunakan untuk mempermudah komunikasi dalam suatu kelompok. Menurut Cendikia (2002:7), dengan metode diskusi menggunakan pendekatan ORID memungkinkan:
a. Setiap anggota kelompok memberikan kontribusinya (ide, masalah, usulan dan sebagainya), sehingga aktif dalam proses pembelajaran.
b. Terjadinya proses diskusi yang terfokus dan berarti.
c. Diskusi ini dirancang melalui tahap-tahap yang terencana, sehingga diskusi dapat terfokus dan tidak keluar dari materi yang dibicarakan.
d. Hadir berbagai perspektif mengenai suatu topik dalam dialog yang tidak kontrontatif.
e. Terjadinya kedalaman pemahaman secara bersama-sama dalam kelompok, karena materi yang dipermasalahkan dibicarakan bersama.
f. Dihasilkan solusi dan rencana aksi yang spesifik, realitis dan masuk akal.

Berdasarkan kegunaan metode diskusi dengan pendekatan ORID, maka diskusi akan berjalan dengan lancar. Dimana setiap kelompok harus memberikan kontribusinya, sehingga aktif dalam pembelajaran. Proses diskusi ini dilakukan secara bertahap-tahap agar topik atau objek yang dibahas tidak keluar dari jalurnya. Dengan adanya tahapan tersebut, maka solusi yang dihasilkan akan lebih spesifik dan masuk akal.
Menurut Cendikia (2002:9), menyatakan bahwa metode diskusi menggunakan pendekatan ORID berusaha menghindari:
a. Terjadinya dominasi satu (beberapa) anggota kelompok dalam forum karena setiap anggota kelompok memberikan kontribusi yang berupa ide, pertanyaan, usulan dan lainnya.
b. Terjadinya pembicaraan yang berlarut-larut tak terfokus dan membosankan. Setiap anggota berpartisipasi aktif, sehingga diskusi tidak monoton yang membuat kebosanan dan diskusi diarahkan ke tujuan yang diharapkan.
c. Adanya anggota kelompok yang tidak dapat menyampaikan pendapat, karena setiap anggota kelompok diminta kontribusinya, berupa apa pun baik ide atau pernyataan-pernyataan.
d. Terjadinya kesulitan menemukan kata sepakat dalam forum dengan banyaknya masukan pemikiran dari anggota kelompok akan semakin memudahkan menemukan kesepakatan bersama.

Berdasarkan kegunaan metode diskusi pendekatan ORID, maka berusaha untuk menghindari tidak terjadinya dominasi satu (beberapa) kelompok dalam diskusi, sehingga diharapkan seluruh siswa dapat terlibat aktif dalam mengemukakan idenya. Adapun topik yang dibicarakan hendaklah menarik untuk dibahas secara kelompok, sehingga anggota tidak bosan dalam mengikuti diskusi dari seluruh masukan atau ide yang dikemukakan anggota, maka akan memudahkan bagi anggota untuk mengambil kesimpulan.
Menurut Cendikian (2002:10-12), alur proses diskusi ORID yang dilaksanakan melalui tahap-tahap:
a. Definisikan tujuan
Definisikan tujuan objektif diskusi agar jelas apa yang akan didiskusikan atau jelas tujuan yang didiskusikan dan tujuan eksperimental ini melihatkan proses dari diskusi yang dilakukan.
1). Tujuan objektif, meliputi:
Apa saja yang hendak diketahui, dipahami atau diputuskan dalam diskusi, sehingga jelas apa yang akan dibahas.
2). Tujuan eksperimental, meliputi:
a) Bagaimana situasi dan interaksi antar peserta yang ingin dialami oleh peserta selama proses diskusi.
b) Isu apa atau pengalaman apa yang ingin dialami oleh kelompok.
b. Pembukaan dan penjelasan konteks masalah
Penjelasan kepada peserta masalah (topik) yang akan didiskusikan cukup global saja, tidak terlalu detail. Penjelasan yang terlalu detai dapat mengakibatkan kerangka berfikir peserta terbatasi, dan cepat bosan. Yang terpenting dari tahap ini adalah keikutsertaan (inveloment) peserta, baik secara fisik, fikiran dan emosi.
c. Tahap Objective
Pertanyaan yang diajukan fasilitator dalam tahap objective, adalah:
1). Apa yang diketahui, dilihat, didengar, dibaca atau diingat oleh peserta mengenai topik yang dibahas (berupa fakta dan data). Dengan pertanyaan ini akan memancing siswa untuk mengemukakan apa yang diketahuinya.
2). Pengalaman apa yang pernah dialami oleh peserta dan relevan dengan topik yang dibahas (kapan, kejadian apa, dan dimana), karena berupa pengalaman yang dialami siswa akan membuat siswa tertarik untuk mengikuti diskusi yang dilakukan dan siswa akan menyampaikan apa yang menjadi pengalaman yang pernah dialami.
d. Tahap Reflective
Pada tahap reflective pertanyaan yang diajukan mengenai respon emosional peserta atas fakta dan data yang telah didapat pada tahap objective. Pada tahap ini akan semakin memperjelaskan apa sebenarnya permasalahan yang sedang dibahas dalam diskusi.
e. Tahap Interpretative
Tujuan dari tahap Interpretative adalah pengetahuan esensi dari topik yang dibahas. Pernyataan-pernyataan dalam tahap ini, misalnya: apakah dampak dari masalah itu, dan sebagainya. Dengan pernyataan ini siswa dapat mencari solusi dari permasalahan, karena mengetahui inti dari topik yang dibicarakan.
f. Tahap Decisional
Review poin-poin penting dari diskusi dan mengingatkan peserta pada tujuan objectif yang harus dicapai. Dalam tahap ini fasilitator mengajak atau memotivasi kelompok untuk membuat keputusan berdasarkan hasil diskusi pada tahap-tahap sebelumnya.
g. Konfirmasi dan penutupan
Melakukan review kembali setiap poin-poin penting yang disepakati atau diterima dalam diskusi. Menuliskan kembali poin-poin tersebut di tempat yang bisa diperhatikan oleh seluruh peserta. Menelusuri sejarah, mulai dari bagaimana poin tersebut diusulkan, dibahas sampai disepakati. Menanyakan pada forum apakah ada yang salah atau kurang memuaskan dalam proses diskusi.
Adapun diagram tentang diagram di atas, yaitu:

Berdasarkan alur proses diskusi, maka terlebih dahulu guru menjelaskan tujuan diskusi dan tujuan eksperimental yang hendak dicapai. Kemudian guru menjelaskan konteks permasalahan secara global. Pada tahap objective, guru memberikan pertanyaan tentang objek yang pernah dialami siswa. Tahap reflective, guru menilai bagaimana respon emosional siswa tentang pertanyaan yang diberikan pada tahap objective kemudian guru lebih memperjelas tentang topik yang akan dibahas. Pada tahap interpretative, diharapkan siswa dapat mencari jawaban atau pemecahan permasalahan dan tahap decisional, guru mengajak siswa untuk dapat membuat keputusan atas hasil diskusi yang telah dilakukan.
5. Strategi pembelajaran konvensional
Strategi pembelajaran konvensional, merupakan strategi yang berorientasi pada guru “teacher oriented”. Hal ini sesuai dengan pendapat Roejikers (1984:52), bahwa strategi konvensional adalah strategi pembelajaran yang dilakukan dengan komunikasi satu arah, sehingga situasi pembelajaran berpusat pada pengajar.
Strategi konvensional yang dimaksud di sini adalah strategi pembelajaran yang biasa di mana strategi mengajar guru lebih menekankan pada metode ceramah. Menurut Suryosubroto (1997:165), metode ceramah adalah penerapan dan penuturan secara lisan oleh guru terhadap kelasnya. Hal ini sejalan dengan pendapat Sagala (2003:201), bahwa metode ceramah adalah sebuah bentuk interaksi penerapan dan penuturan lisan dari guru kepada peserta didik.
Berdasarkan pendapat ahli di atas dapat disimpulkan bahwa metode ceramah adalah guru memahami kondisi dan situasi siswa dalam kelas. Dimana dalam metode ceramah guru yang aktif, setiap siswa hanya berperan sebagai pendengar dengan cara mencatat pokok-pokok penting yang dikemukakan oleh guru.
Meskipun metode ceramah ini sederhana dan mudah dilakukan namun metode ini mempunyai kelemahan-kelemahan (Sagala, 2003:2002), yaitu:
a. Metode ceramah tidak dapat memberikan kesempatan kepada peserta berdiskusi memecahkan masalah, sehingga proses penyerapan pengetahuannya kurang tajam.
b. Metode ceramah kurang memberikan kesempatan kepada peserta didik untuk mengembangkan keberanian mengemukakan pendapatnya.
c. Pertanyaan lisan dalam ceramah kurang dapat ditangkap oleh pendengarnya apalagi menggunakan kata-kata asing.
Sagala (2003:202), mengemukakan beberapa hal yang harus diperhatikan dalam metode ceramah yang baik, yaitu:
a. Metode ceramah dipakai jika jumlah siswa sangat banyak, sehingga tidak mungkin guru menggunakan metode lain.
b. Guru hendak menyampaikan materi pelajaran baru.
c. Siswa telah mampu menerima informasi melalui kata-kata.
d. Sebaiknya ceramah diselingi oleh penjelasan melalui gambar atau alat visual lainnya.
Sagala (2003:202) mengemukakan langkah-langkah yang harus dipersiapkan guru agar metode ceramah efektif dalam pelaksanaanya, yaitu:
a. Melaksanakan pendahuluan sebelum bahan baru dengan cara:
1. Menjelaskan tujuan terlebih dahulu kepada peserta didik agar peserta didik mengetahui arah kegiatan dalam belajar bahkan dapat membangkitkan motivasi belajar jika berhubungan dengan kebutuhan mereka.
a. Kemukakan pokok-pokok materi yang akan dibahas.
2. Mamancing pengalaman peserta didik yang cocok dengan materi yang akan dipelajari.
b. Pelaksanaan
Menyajikan bahan baru, maka diperhatikan faktor-faktor, berikut:
1. Perhatian peserta didik dari awal sampai akhir pelajaran harus tetap terpelihara.
2. Menyajikan materi pelajaran secara sistematis.
3. Kegiatan belajar mengajar diciptakan secara variatif.
4. Memberikan ulangan.
5. Membangkitkan motivasi belajar dengan situasi belajar yang menyenangkan.
6. Menggunakan media pelajaran.
c. Menutup pelajaran pada akhir pelajaran, yaitu:
1. Menyimpulkan materi pelajaran.
2. Memberikan kesempatan kepada peserta didik untuk menanggapi materipelajaran.
3. Melaksanakan penilaian secara komprehensif untuk mengetahui hasil belajar atau mengukur perubahan tingkah laku.

Note: Tulisan ini sebagaian dari penelitian eskperimen di kelas dengan desain Randomized Control Group Pretest-Posttest Desaign



DATA PENDIDIKAN
Juni 23, 2009, 5:13 am
Filed under: Konsultan, MONEV, PASCASARJANA, Pendidikan

DATA PENDIDIKAN
Oleh: Wakhinuddin S

Data pendidikan yang diperlukan untuk penelitian, atau untuk melengkapi database anda, mencakup: data pokok sekolah, data sarana dan prasarana pendidikan. Untuk Monev atau Peneliti, data ini sesuaikan dengan variabel penelitian anda.

Data rekap kecamatan (Kabupaten dan Propinsi)
a. Jumlah penduduk
• Usia 1 – 3 tahun (usia pendidikan PAUD)
Usia 4 – 6 tahun (usia pendidikan TK)
Usia 7 – 12 tahun (usia pendidikan SD)
Usia 13 – 15 tahun (usia pendidikan SLTP)
Usia 16 – 18 tahun (usia pendidikan SLTA)
Usia 19 – 23 tahun (usia pendidikan PT)
b. Jumlah sekolah berdasarkan kecamatan
• Sekolah Dasar (SD)
• Sekolah Menengah Pertama (SMP)
• Sekolah Menengah Atas (SMA)
• Sekolah Menengah Khusus (SMK)
c. Jumlah siswa
• Sekolah Dasar (SD)
• Sekolah Menengah Pertama (SMP)
• Sekolah Menengah Atas (SMA)
• Sekolah Menengah Khusus (SMK)
d. Daya tampung / ruang kelas yang ada
• Sekolah Dasar (SD)
• Sekolah Menengah Pertama (SMP)
• Sekolah Menengah Atas (SMA)
• Sekolah Menengah Khusus (SMK)
e. Jumlah guru
• Sekolah Dasar (SD)
• Sekolah Menengah Pertama (SMP)
• Sekolah Menengah Atas (SMA)
• Sekolah Menengah Khusus (SMK)
f. Index kemiskinan : Nasional/propinsi/kabupaten, ada di kantor BPS atau Bappeda
g. Pekerjaan orang tua
• Petani
• Pedagang
• PNS Sipil
• TNI / POLRI
• Swasta / Karyawan
• Lain-lain

Data individu sekolah

a. Identitas sekolah
• Nama sekolah
• Alamat sekolah
• Kode Pos
• Nomer telpon
• Kecamatan
• Wilayah
• Propinsi DKI Jakarta
b. Jumlah siswa menurut kelompok usia dan jenis kelamin
• Usia 15 tahun, L, P, L + P
• Total, L, P, L + P
c. Jumlah ruang kelas, siswa dan rombongan belajar
• Sekolah Dasar (SD)
 Jumlah ruang kelas
 Jumlah siswa, L, P, L + P
 Jumlah rombongan belajar
• Sekolah Menengah Pertama (SMP)
 Jumlah ruang kelas
 Jumlah siswa, L, P, L + P
 Jumlah rombongan belajar
• Sekolah Menengah Atas (SMA)
 Jumlah ruang kelas
 Jumlah siswa, L, P, L + P
 Jumlah rombongan belajar
• Sekolah Menengah Khusus (SMK)
 Jumlah ruang kelas
 Jumlah siswa, L, P, L + P
 Jumlah rombongan belajar
d. Jumlah guru menurut mata pelajaran yang diajarkan
e. Jumlah guru menurut jenjang pendidikan tertinggi
• < SLTA
• D1
• D2
• D3
• D4
• S1
• S2
• S3
• Total
f. Jumlah siswa baru, mengulang, putus sekolah, lulus dan UAN
• Siswa baru
• Siswa mengulang
• Putus sekolah
• Siswa lulus
• UAN
g. Jumlah alat pendidikan dan buku penunjang
• Alat pendidikan :
 Bahasa
 IPA
 IPS
 Komputer
 Matematika
 Olah raga
 dlsb.
• Buku penunjang :
 Judul
 Eksemplar
h. Jumlah ruang penunjang belajar
• Jumlah ruang kelas
• Jumlah laboratorium :
 Bahasa
 IPA
 IPS
 Komputer
• Ruang ketrampilan
i. Jumlah / kondisi bangunan
• Baik
• Rusak ringan
• Rusak berat
j. Jumlah / luas tanah dan status pemilikan tanah
• Sertifikat (m2)
• Belum sertifikat (m2)
• Total (m2)
• Bukan milik
• Milik
k. Jumlah / luas bangunan dan status pemilikan
• Bangunan sekolah (m2)
• Rumah dinas (m2)
• Bukan milik
• Milik
l. Jumlah penerimaan dan pengeluaran biaya
• Penerimaan (Rp)
• Pengeluaran (Rp)
m. Jumlah Unit Sekolah Baru
• Jenis sekolah
• Tingkat pendidikan
• Jumlah ruang kelas/lokal
n. Angka Partisipasi Pendidikan Kec/Kab/Prov
• APK
• APM



PENILAIAN PORTOFOLIO PADA PTK

PENILAIAN PORTOFOLIO PADA PTK

TEORI
Portofolio adalah koleksi berharga dan berguna berisikan pekerjaan siswa yang menceritakan atau menerangkan sejarah prestasi atau pertumbuhan siswa. Sharp (2006:1) menambahkan, bahwa portofolio umumnya suatu fakta bahwa siswa mengumpulkan, menseleksi dan merefleksi penilaiannya. Pada penelitian ini portofolio adalah hasil karya mahasiswa dalam bentuk busana.
Portofolio kelas banyak kegunaannya, diantaranya: dokumentasi perkembangan, catatan tampilan, alat untuk evaluasi diri dan refleksi, acuan profesi masa depan, dan pengalaman latihan. Kegunaan lain disebut sebagai ‘passportfolio’, yang mengindikasikan bahwa portofolio digunakan untuk sertifikasi kompetensi untuk naik ke tingkat lanjut (melanjut). Pada contoh ini portofolio digunakan dalam dua kategori utama, yaitu penilaian dan pembelajaran. Karena itu portofolio harus menunjukan koleksi pekerjaan terbaik siswa atau usaha terbaiknya, dan dokumen-dokumen yang sesuai dengan pertumbuhan dan perkembangan ke arah penguasaan hasil belajar yang diidentifikasi (Siregar, 2003:140).
Portofolio mesti konsisten dengan kurikulum, karena itu, portofolio pada penelitian ini dikembangkan dari tujuan dan target pembelajaran yang ada pada kurikulum Tata busana dan dilakukan secara konsisten (Nitko, 1996:279). Perencanaan pelaksanaan portofolio dan isinya memperhatikan, 1) tujuan kurikulum dan tujuan pembelajaran, 2) standar dan kriteria yang digunakan untuk evaluasi, 3) cara pelaksanaan dan penggunaan portofolio konsisten dengan nilai-nilai aktivitas pengajaran.
Kegunaan utama portofolio adalah evaluasi, yang dapat dinilai oleh tim pengajar, profesor, siswa atau orang atau kelompok terakreditasi. Dalam hal ini ada dua hal penting pada portofolio, yaitu perkembangan (progress) siswa dan pertumbuhan (growth) siswa. Portofolio dijalankan dengan metode pembelajaran. Dalam penelitian ini portofolio disandingkan dengan metode pembelajaran khusus (training model), yaitu pemberian tugas latihan secara berulang-ulang.

PELAKSAAAN PADA PENELITIAN
Proses penilaian portofolio dimulai dengan selektif,refleksif dan kolaboratif. Proses penilaian pada siklus 1, latihan 1 pada penelitian ini dimulai dengan proses: (1) selektif, yaitu: pengamatan metode kerja pada proses menggambar desain, pengamatan produk setelah tugas latihan 1; (2) refleksif, yaitu pemberian umpan balik tentang kelemahan-kelemahan yang ditemukan pada proses dan produk gambar tiap mahasiswa, diberikan nilai hasil belajar; (3) kolaboratif, yaitu peneliti diskusi dengan mahasiswa dan dengan dosen tim pengajar busana daerah tentang hasil yang didapat dari penerapan pengembangan ini , metode, waktu serta kelemahan-kelemahan yang ditemukan dalam proses. Selanjutnya dilakukan latihan 2 pada siklus 1, dan demikian selanjutnya sampai siklus 3 berakhir.
Penilaian portofolio dilakukan berbarengan dengan pelaksanaan metode training model. Pada setiap siklusnya penilaian metode kerja dilakukan saat maha-siswa membuat tugas latihan 1 proses menggambar desain fashion illustration, latihan 2 proses menggambar desain ragam hias, latihan 3 proses menyusun presentation drawing portofolio. Sedangkan penilaian kebaruan dan estetis produk dilakukan setelah akhir latihan 1, akhir latihan 2 dan akhir latihan 3 (yaitu hasil produknya).
Penilaian hasil belajar dengan penerapan metode pembelajaran training model dan penilaian portofolio pada siklus 1 dilakukan setelah tugas presentation drawing portofolio pada latihan 1,2,3 selesai, yaitu diakhir siklus 1 dan pada tahap proses refleksi dari pengembangan penelitian ini. Pada tahap ini peneliti memberikan umpan balik pada mahasiswa tentang hasil pelaksanaan siklus 1. Selanjutnya pelaksanaan siklus 2 akan dipengaruhi oleh hasil refleksi siklus 1, demikian juga pelaksanaan siklus 3 dipengaruhi oleh siklus 2.

NOTE:
Tulisan ini potong-potongan dari suatu penelitian Action reserach, harap maklum ini semata karena space yang terbatas. Lebih lengkap hubungi saya atau beri komentar. Thank U.



MENGKRITISI HASIL LEMBAGA SURVEY PEMILU KITA
Juni 13, 2009, 5:28 am
Filed under: EVALUASI PROGRAM DAN LEMBAGA, MONEV, PENGUKURAN (MEASUREMENT)

MENGKRITISI HASIL LEMBAGA SURVEY PEMILU KITA
Oleh Wakhinuddin S

Dalam minggu lalu ramai dibicarakan media, adanya perbedaan hasil lembaga survey tentang persentase memilih CaPres dan Cawapresnya. Perbedaannya sangat mencolok ada yang hasil survey menyatakan persentase memilih CapresX jauh lebih banyak dari Capres Y dan Z, dan sebaliknya ada lembaga survey lain mengumumkan persentase memilih Capres Y jauh lebih banyak dari Capres X dan Z, dan seterusnya. Kenapa bisa berbeda hasil surveynya?

Bermacam tanggapan dari masyarakat muncul, diantaranya:
Ada yang berasumsi hasil survey sesuai dengan pesanan?
Ada yang berasumsi lembaga tersebut afiliasi dari partai X, Y, Z?
Ada yang berasumsi siapa yang bayar tinggi itu yang dimenangkan (besarkan) persentasenya? dan lainnya…..

Lepas dari asumsi negatif di atas, suatu penelitian dapat kita kritisi dari metodologi, yaitu:
1. Cocokah tipe/ metode/jenis penelitian ini dengan tujuan penelitian ?
2. Apakah metoda penenlitiannya tepat?
3. Apakah jelas siapa saja populasi?
4. Apakah jelas siapa saja sampel?
5. Apakah sampel sesuai dengan permasalahan?
6. Apakah sesuai teknik sampling yang dipapai?
7. Apakah ukuran dan kateristik sampel dijelaskan?
8. Adakah metoda statistik yang digunakan sesuai dengan tujuan penelitian?
9. Berapa tingkat kepercaya (Alpha level) yang dipakai?
10. Apakah kriteria variabel tepat?
11. Apakah jenis instrumen yang dipakai?
12. Bagaimana cara mengambil data?
13. Berapa tingkat reliabilitas instrument?
14. Berapa tingkat validitas instrument?
15. Metode statistik apa yang digunakan ?,
16. Apakah metode statistik tersebut sesuai dengan tujuan penelitian?
17. Apakah saran/kesimpulan konsisten dengan ruang lingkup penelitian?
18. Apakah generalisasi dibatasi hanya sekitar populasi?
19. Apakah peneliti menyatakan pendapatnya sehubungan dengan temuan?
20. Apakah hasil survey diseminasi (uji publik) didepan para ahli penelitian?

Paling tidak dari 20 butir pertanyaan di atas dapat kita ajukan pada pelaksanaan survey tersebut. Salah satu yang utama dari butir diatas perlu dipertanyaan adalah teknik sampling; apakah telah terwakili semua strata, suku, agama, lokasi sampel survey? Ini merupakan titik kritis dari suatu survey. Sebenarnya, jika lembaga memakai istilah survey, itu harus mencerminkan semua populasi harus didata, namun kenyataanya lembaga survey menggunakan teknik sampling. Jika, ya.., paling tidak memakai teknik sampling proposional random sampling.

Pertanyaan :
1. Apakah hasil-hasil survey ini masih ilmiah?
2. Apakah masih ada etika ilmiah pada lembaga survey ini?

Bagaimana tanggapan Saudara???



EVALUASI PENELITIAN
Juni 4, 2009, 10:03 am
Filed under: PASCASARJANA, Pendidikan, PENGUKURAN (MEASUREMENT)

EVALUASI PENELITIAN
By Wakhinuddin, PPs UNP
A. METODA
1. Apa tipe/metode/jenis penelitian ini?
2. Cocokah tipe/ metode/jenis penelitian ini dengan tujuan penelitian ?

B. PERMASALAHAN
1. Apakah pemasalahannya jelas?
2. Adakah hipotesa, pertanyaan penelitian ditulis secara jelas dan operasional?
3. Adakah permasalahan ada terkait dengan teori/referensi?
4. Apakah independen variable?
5. Apakah dependen variable?
6. Apakah hubungan X dan Y itu logis?

C. DESAIN PENELITIAN
1. Apakah metoda penenlitiannya tepat?
2. Adakah dijelaskan tentang populasi?
3. Adakah dijelaskan tentang sampel?
4. Adakah control group/observasi diambil secara ilmiah?
5. Adakah penunjukkan salah satu group yang menerima treatment dilakukan secara acak?
6. Adakah penelitian ini merupakan statu replika? Jika, Ya…, apakah hal ini ada dinyatakan secara eksplisit oleh peneliti?
7. Adakah Alpha level ditetapkan sebelum penelitian berlangsung?

D. PROSEDUR
1. Adakah treatment yang dilakukan serta prosedur pengambilan data diterangkan secara lengkap, rinci sehingga orang lain juga dapat melakukan secara persis?
2. Adakah ukuran dan kateristik sampel dijelaskan?
3. Adakah metoda statistik yang digunakan sesuai dengan tujuan penelitian?

E. ANALISA
1. Adakah kriteria untuk dependen variabel tepat?
2. Adakah dijelaskan tentang instrumentasi (sumber, prosedur pembuatan, reliabilitas, validitas)?
3. Adakah metode statistik yang digunakan sesuai dengan tujuan penelitian?

F. INTERPRETASI
1. Adakah saran/kesimpulan konsisten dengan ruang lingkup penelitian?
2. Adakah generalisasi dibatasi hanya sekitar populasi?
3. Adakah peneliti menyatakan pendapatnya shubungan dengan temuan?

G. UMUM
1. Apakah referensi yang dipakai dicantumkan secara lengkap dan jelas?
2. Apakah penelitian ini bisa disimpulkan sebagai bermanfaat?
3. Apakah referensi lima tahun belakangan?



MENILAI PROGRAM SBY MENGELIMINIR KEMISKINAN
Juni 1, 2009, 8:22 am
Filed under: EVALUASI PROGRAM DAN LEMBAGA, Konsultan, MONEV

A. RASIONAL

Kondisi Indonesia yang masih banyak masyarakat miskin membuat pemerintah bereaksi dengan membentuk program-program. Adapun tujuan utama dari pembuatan program ini adalah mengeliminir (mengentaskan) kemiskinan. Dalam pemerintahan SBY program ada dalam bentuk Bantuan langsung dan ada juga bentuk pemberdayaan. Program pengentasan kemiskinnan SBY diantaranya diantaranya: BLT, Jamkesmas, PNPM mandiri, dan menurunkan harga bbm. Paling tidak ke-4 program ini mencerminkan bahwa pemerintahan SBY bukanlah neo-lib, sebab ke-4 program merupakan program yang berbasis kemasyarakatan.

B. TUJUAN PENULISAN
Menilai suatu program pemberdayaan terhadap manfaat/dampak program tersebut di masyarakat miskin.

C. PENYEBAB KEMISKINAN
Penyebab dasar Kemiskinan, antara lain :
1. kegagalan pemilikan, terutama tanah dan modal;
2. terbatasnya ketersediaan bahan kebutuhan dasar, sarana, dan prasarana;
3. kebijakan pembangunan yang bias perkotaan dan bias sektor;
4. adanya perbedaan kesempatan di antara anggota masyarakat dan dan sistem yang kurang mendukung;
5. adanya perbedaan sumber daya manusia dan perbedaan antar sektor ekonomi (ekonomi tradisional versus ekonomi modern);
6. rendahnya produktivitas dan tingkat pembentukan modal dalam masyarakat;
7. budaya hidup yang dikaitkan dengan kemampuan seseorang mengelola sumber daya alam dan lingkungannya;
8. tidak adanya tata pemerintahan yang bersih dan baik (good governance);
9. pengelolaan sumber daya alam yanag berlebihan dan tidak berwawasan lingkungan.

Selain penyebab dasar di atas, bahwa kemiskinan disebabkan :
1. keterbatasan pendapatan, modal, dan sarana untuk memenuhi kebutuhan dasar, termasuk:
• modal sumber daya manusia, misalnya pendidikan formal, ketrampilan, dan kesehatan yang memadai;
• modal produksi, misalnya lahan dan akses terhadap kredit;
• modal sosial, misalnya jaringan sosial dan akses terhadap kebijakan dan keputusan politik;
• sarana fisik, misalnya akses terhadap prasarana jalan seperti jalan, air bersih, listrik;
• termasuk yang hidup di daerah terpencil.
2. kerentanan dan ketidakmampuan menghadapi goncangan-goncangan karena :
• krisis ekonomi;
• kegagalan panen karena hama, banjir, atau kekeringan;
• kehilangan pekerjaan (PHK);
• konflik sosial dan politik;
• korban kekerasan sosial dan rumah tangga;
• bencana alam (longsor, gempa bumi, perubahan iklim global);
• musibah (jatuh sakit, kebakaran, kecurian atau ternak terserang wabah penyakit).
3. tidak adanya suara yang mewakili dan terpuruk dalam ketidakberdayaan di dalam institusi negara dan masyarakat karena :
• tidak ada kepastian hukum;
• tidak ada perlindungan dari kejahatan;
• kesewenang-wenangan aparat;
• ancaman dan intimidasi;
• kebijakan publik yang tidak peka dan tidak mendukung upaya penanggulangan kemiskinan;
• rendahnya posisi tawar masyarakat.

Deskripsi di atas menggambarkan bahwa selain terbatasnya ketersediaan bahan kebutuhan dasar, sarana dan prasarana serta dimensi struktutal kultural telah menyebabkan masyarakat menjadi miskin dan tidak berdaya. Dimensi struktural kultural tersebut telah membatasi inisiatif dan semangat masyarakat untuk berkembang. Sehubungan dengan persoalan kemiskinan dan ketidakberdayaan masyarakat sebagaimana diuraikan di atas, dan belajar dari penanggulangan kemiskinan yang telah dilaksanakan, menunjukkan bahwa di dalam penanggulangan kemiskinan, proses sama pentingnya, atau lebih mungkin lebih penting daripada hasil akhir. Satu unsur penting dari proses adalah tingkat partisipasi dari para pihak (stakeholders) mulai dari penyusunan program, pelaksanaan sampai dengan pemantapan dan pengawasannya. Salah satu jenis cara mengentaskan kemiskinan melalu pemberdayaan masyarakat.

C. Pemberdayaan
Upaya penanggulangan kemiskinan melalui proses pemberdayaan masyarakat. Beberapa program pemberdayaan masyarakat dari berbagai program serupa yang telah dan sedang dilaksanakan oleh pemerintah, adalah P2KP, CERD, WSLIC, dan P2D, sekarang SBY membuat program PNPM. Program-program pemberdayaan tersebut selain memberikan pengalaman kepada masyarakat mengenai bagaimana penyusunan program, pelaksanaan sampai dengan pemantapan dan pengawasannya, juga membangun sarana dan prasarana dasar serta stimulan kegiatan ekonomi. Atau pembangunan sarana dan prasarana yang dilaksanakan sebagai media pemberdayaan masyarakat melalui pemberian pengalaman serta peningkatan partisipasi masyarakat.

D. BEBERAPA JENIS PEMBERDAYAAN MASYARAKAT

Tabel 1: Misi/Tujuan dan Sasaran Program Pemberdayaan Masyarakat
U r a i a n
Misi/Tujuan Program Sasaran Program
1. P2KP Penanggulangan kemiskinan:
1. Pengembangan kapasitas.
2. Penyediaan sumberdaya.
3. Budaya kemitraan sinergis antar masyarakat dan pelaku pembangunan
4. Prinsip-prinsip: partisipasi, desentralisasi, demokrasi, transparansi, dan akuntabilitas. 1. Perbaikan prasarana dan sarana perumahan dan pemukiman.
2. Mengenalkan dan membangun upaya peningkatan pendapatan secara mandiri dan berkelanjutan.
3. Terciptanya organisasi masyarakat warga.
4. Pemerkuatan agen lokal.
2. CERD Meningkatkan taraf hidup:
1. Peningkatan kapasitas sumberdaya manusia desa.
2. Peningkatan kapasitas lembaga
3. Peningkatan hubungan ekonomi desa-kota.
4. Pembangunan dan pengembangan prasarana dan sarana
5. Prinsip-prinsip: partisipasi, akseptabel, transparansi, akuntabel, keberlanjutan, keterpaduan, kebutuhan nyata masyarakat, otonomi dan gender/peran wanita. 1. Penyediaan modal usaha.
2. Penguatan lembaga ekonomi masyarakat desa
3. Terbentuknya jaringan bisnis desa-kota.
4. Tersedianya prasarana dan sarana penunjang ekonomi
5. Peningkatan kapasitas masyarakat dalam perencanaan, pelaksanaan, dan pengelolaan kegiatan.

3. P2D 1. Meningkatkan kapasitas kelembagaan
2. Meningkatkan kerjasama antarpelaku.
3. Prinsip-prinsip: demokrasi, transparansi, akuntabel, keberlanjutan, responsif 1. Penyediaan prasarana pedesaan.
2. Pemerataan.
3. Pengurangan kemiskinan

4. WSLIC 1. Meningkatkan derajat kesehatan
2. Meningkatkan produktivitas dan kualitas masyarakat berpenghasil an rendah.
3. Adanya perubahan perilaku, pelayanan kesehatan berbasis lingkungan, penyediaan air bersih dan sanitasi yang aman, cukup dan mudah.
4. Terbentuknya partisipasi masyarakat kesehatan. 1. Peningkatan kapasitas kelembagaan
2. Peningkatan kesehatan dan sanitasi.
3. Pembangunan sarana air bersih
4. Manajemen proyek
5 PNPM Penanggulangan kemiskinan:
1. Pengembangan wirausaha.
2. Penyediaan sumberdaya manusia
3. Budaya kemitraan antar masyarakat dan pelaku pembangunan
4. Prinsip-prinsip: partisipasi, desentralisasi, demokrasi, transparansi, dan akuntabilitas. 1. Mengenalkan dan membangun upaya peningkatan pendapatan secara mandiri dan berkelanjutan.
2. Terciptanya organisasi masyarakat warga.
3. Pemerkuatan agen lokal.

E. MANFAAT PEMBERDAYAAN

Tabel 2: Dampak/Manfaat Program Pemberdayaan
No Dimensi Indikator
1. Pemahaman masyarakat mengenai kemiskinan dan upaya pengentasannya a. Pemahaman masyarakat mengenai permasalahan kemiskinan
b. Pemahaman masyarakat mengenai upaya pengentasan kemiskinan
2. Pemahaman masyarakat mengenai pemberdayaan dan program pemberdayaan a. Pemahaman masyarakat mengenai permasalahan pemberdayaan masyarakat
b. Pemahaman masyarakat mengenai program pemberdayaan masyarakat
3. Partisipasi masyarakat dalam upaya pengentasan kemiskinan dan pemberdayaan masyarakat a. Keterlibatan masyarakat dalam upaya dan program pengentasan kemiskinan
b. Keterlibatan masyarakat dalam upaya dan program pemberdayaan masyarakat
4 Kelangsungan bantuan kepada masyarakat
a. Keberlanjutan perguliran dana dan kegiatan
b. Penciptaan lapangan kerja
5. Kemanfaatan pembangunan prasarana/ sarana a. Manfaat langsung
b. Manfaat tidak langsung
6. Perubahan kondisi pada masyarakat pasca pelaksanaan program a. Perubahan di bidang ekonomi
b. Perubahan di bidang sosial
c. Perubahan perilaku masyarakat

F. KESIMPULAN DAN SARAN
1. Program pengentasan kemiskinan SBY bermanfaat bagi masyarakat miskin
2. Program PNPM mandiri, BLT dan Jamkesmas perlu dilanjutkan
3. Program pengentasan kemiskinan adalah baik untuk dipertahankan
4. Dengan demikian Pemerintahan SBY hendaklah dilanjutkan.