Wakhinuddin’s Weblog


UJI PERSYARATAN ANALISIS HOMOGENITAS COCHRAN
Januari 30, 2010, 8:00 am
Filed under: PASCASARJANA, PENELITIAN

UJI HOMOGENITAS COCHRAN
(Contoh)

Wakhinuddin

Menerima H0 karena F (mak) hitung < F (mak)tabel, berarti variansi ke empat kelompok homogen.

Uji homogenitas variansi menggunakan rumus Cochran

Hipotesis
Terima H0 jika C hitung C tabel

Dari perhitungan didapat :

Sd A2 = 10,67 Sd B2 = 10,97 Sd C2 = 32
Sd D2 = 84,67 Sd E2 = 10,67

Jumlah seluruh varian = 10,67+10,97+32+84,67+10,67
= 148,97

Dari hasil perhitungan data di atas diperoleh :

C hitung = Variansi terbesar / Jumlah seluruh variansi
= 84,67 / 148,97
= 0,57

C tabel(5,5) = 0,5065 (untuk tingkat signifikansi 0,05)

Kesimpulan :

Menolak H0 karena C hitung & gt, C tabel yang berarti variansi kelima kelompok tidak homogen.



UJIAN AKHIR SEMESTER GANJIL 2009 STATISTIK
Januari 26, 2010, 6:36 am
Filed under: PASCASARJANA, Pendidikan, PENELITIAN

UJIAN AKHIR SEMESTER GANJIL 2009
STATISTIK

UNP
PROGRAM PASCASARJANA
SENI BUDAYA

———————————————————
Dosen : 1. Dr. Wakhinuddin S. M.Pd
2. Dr. Darmasyah, M.Pd

Penjelasan :
1. Jawab soal berikut sesuai pertanyaan,
2. Take home, kumpul hari Sabtu, jam 14 s/d 15 sama sdr. Didik atau saya di PPs UNP
3. Maksimum 15 halaman folio.
4. Tulis pernyataan ini diakhir jawaban: Dengan ini saya bersumpah bahwa soal ini saya kerjakan sendiri, tanpa mencontek dari teman.
5. Program studi/Kosentrasi yang ikut UAS: Seni Budaya dan B.Ing.

Soal:
1. Jelaskan apa yang dimaksud dengan Frekuensi, Rata-rata, Median, Modus, Varian dan SD, dan jelaskan penggunaannya?

2. Ada satu set data X dan Y:
No. X Y
1 2 2
2 2 1
3 1 1
4 1 1
5 3 5
6 4 4
7 5 7
8 5 6
9 7 7
10 6 8
No. X Y
11 4 3
12 3 3
13 6 6
14 6 6
15 8 10
16 9 9
17 10 6
18 9 6
19 4 9
20 4 10

Hitung:
a. Rerata, JK (SS), SD dan Korelasi antara X dan Y
b. Persamaan regresi Y pada X,
c. Tetapkan taraf Signifikasinya.
d. Beri kesimpulan.

3. Ada satu set data X1, X2 dan Y

No. X1 X2 Y
1 70 41 10
2 71 43 11
3 72 46 12
4 73 47 15
5 74 45 11
6 75 48 12
7 78 49 13
8 79 48 14
9 78 49 15
10 79 52 18
11 76 42 15
12 80 40 14
13 82 39 13
14 81 46 15
15 83 49 18
16 84 43 17
17 84 42 16
18 83 48 19
19 80 46 16
20 85 48 16
21 88 50 18
22 89 51 17
23 86 53 20
24 85 52 19
25 88 53 22
26 90 48 20
27 94 47 19
28 93 54 22
29 95 54 22
30 98 60 25
Hitung:
a. Persamaan regresi X1 pada Y
b. Persamaan regresi X2 pada Y
c. Persamaan regresi X1 dan X2 pada Y.
d. Apakah signifikan, bila ditetapkan α = 0,05
e. Beri makna dari hasil butir a, b, c, dan di atas.

4. Terangkan perbedaan pokok antara rancangan pretes – postes satu kelompok (One-Group Pretest-Posttest Design) dan Rancangan pretes – postes dua kelompok (Static-Group Pretest-Posttest Design).

5. Dalam rancangan faktorial, apa yang dimaksud dengan:
a. Efek utama (Main effect)
b. Simple effect
c. Interaksi
d. Gambarkan desain penelitan di atas dan beri tanda-tanda (panah) antar kelompok yang diuji.

6. Ada pelatihan Ragam hias pada pengrajin bordir, dilakukan Pretes dan postes pada peserta, didapat data sbb:

PretesPengetRagamh:PostesPengetRagamH:PretesKompetenSnR:PostesKompetenSnR

60.00:60.00:55.00:78.00
56.00 67.00 55.00 78.00
60.00 65.00 60.00 68.00
60.00 55.00 56.00 60.00
60.00 60.00 55.00 81.00
55.00 55.00 55.00 60.00
52.00 55.00 52.00 68.00
60.00 70.00 60.00 75.00
55.00 62.00 55.00 70.00
60.00 65.00 60.00 60.00
50.00 59.00 50.00 60.00
55.00 55.00 55.00 62.00
55.00 66.00 55.00 65.00
50.00 68.00 50.00 70.00
60.00 67.00 60.00 70.00

Hitung:
a. Gunakan program SPSS
b. Pilih menu analisis, dan beri alasan kenapa saudara memakai rancangan (design) experimen tersebut!
c. Hitung perbedaan kelompok!
d. Bagaimana keberartiannya?
e. Beri kesimpulan dan maknai hasil perhitungan tersebut.
f. Lampirkan print out analisis.

–Good lucky U–



UAS METODE PENELITAN UNTUK MHS S2 PK PPS UNP
Januari 25, 2010, 4:33 am
Filed under: PASCASARJANA, Pendidikan, Pendidikan Kejuruan, PENELITIAN, Uncategorized

UJIAN AKHIR SEMESTER 2009
METODE PENELITAN

PROGRAM PASCASARJANA
UNP
KOSENTRASI PENDIDIKAN KEJURUAN
Dosen: 1. Prof. Jalius Jama, PhD.
2. Dr. Wakhinuddin S. MPd.

————————————————————————————-
Penjelasan:
1. Jawab soal berikut sesuai pertanyaan,
2. Take home, kumpul hari Jum’at, jam 11.00 s/d 14.00 sama Didik atau saya di PPs
3. Maksimum 7 halaman folio.
4. Tulis pernyataan ini diakhir jawaban: Dengan ini saya bersumpah bahwa soal ini saya kerjakan sendiri, tanpa mencontek dari teman.

Soal:
1. Jelaskan secara singkat perbedaan pokok disertai ciri-ciri antara :
a. Penelitan eksperimen dan PTK (action research)
b. Penelitian expost facto dan survey
2. Variabel utama dalam suatu penelitan survey adalah varabel terikat dan variabel bebas. Jika analisis lebh cermat kita akan menemukan beberapa variabel lain, seperti varabel control, varabel moderator, dan variable intervening.
a. Jelaskan perbedaan varabel intervenng dengan varabel control
b. Jelaskan hubungan antara varabel intervenng dengan varabel bebas dan varabel terkat.
c. Jelaskan dan beri contoh variabel moderator.
3. Jelaskan apa yang dimaksud dengan hipotesis dalam penelitan. Mengapa selain merumuskan hipotesis penelitan (alternatif), kta juga harus merumuskan hipotesis nol secara statistik.
4. Jelaskan perbedaan mendasar antara teknk sampling stratfied dan cluster dalam pengambilan sampel penelitian. Hubungkan penjelasan saudara dengan karakterstk populas, dan berkan contoh.
5. Kita mengenal dua jens instrumen dalam penelitan, yaitu jens Performance maximum (tes) dan typical maximum (non tes). Jelaskan perbedaan kedua jens instrumen tersebut disertai contoh dan penggunaannya.
6. Bantu ke dua peneliti ini:
Judul 1: Hubungan antara pengetahuan bidang studi dan ntenstas supervisi dari kepala sekolah dengan kinerja guru di sekolah.
Judul 2: Efektivitas supervisi dialogis dalam menngkatkan kinerja guru SMK, yang meliputi guru PNS dan Guru Honda.

a. Tuliskan rumusan masalah dar kedua judul tersebut.
b. Sebutkan varabel terkat dan varabel bebas dar kedua judul penelitan tersebut.
c. Sebutkan unit analisis dar ke dua penelitan tersebut.
d. Sebutkan instrumen dan jensnya untuk mengukur masing-masing varabel dari kedua penelitan tersebut
e. Sebutkan sumber data masing-masing variabel dari ke dua judul penelitan tersebut.
f. Gambarkan kerangka berpikir dari ke dua jenis penelitan tersebut.

7. Rendi punya judul penelitan : Peningkatan aktivitas dan Hasil belajar siswa melalui metode pembelajaran Inqury.
Menurut saudara 1. Penelitan ini cocok menggunakan metode penelitian apa?
2. Beri alasan kenapa memakai metode tersebut?
3. Buat rancangan prosedur penelitian tersebut?

Selamat bekerja
Good lucky U



PENGERTIAN PENDIDIK DAN TENAGA KEPENDIDIKAN
Januari 23, 2010, 5:29 am
Filed under: Pendidikan

PENGERTIAN PENDIDIK DAN TENAGA KEPENDIDIKAN
Oleh Wakhinuddin

1. PENGERTAN
• Pendidik merupakan tenaga profesional yang bertugas merencanakan dan melaksanakan proses pembelajaran, menilai hasil pembelajaran, melakukan pembimbingan dan pelatihan, serta melakukan penelitian dan pengabdian kepada masyarakat, terutama bagi pendidik pada perguruan tinggi. (UU No.20 THN 2003, PSL 39 (2))

• Tenaga Kependidikan yang berkualifikasi sebagai guru, dosen, konselor, pamong belajar, widyaiswara, tutor, instruktur, fasilitator, dan sebutan lain yang sesuai dengan kekhususannya, serta berpartisipasi dalam menyelenggarakan pendidikan. (UU No. 20 tahun 2003 pasal 1 (BAB 1  Ketentuan umum)

2. PENDIDIK
• TENAGA PROFESIONAL
• MERENCANAKAN PEMBELAJARAN.
• MELAKSANAKAN PEMBELAJARAN.
• MENILAI HASIL PEMBELAJARAN.
• MEMBIMBING
• MELATIH
• MENILITI
• MENGABDI KEPADA MASYARAKAT.

Seperti:
 GURU
 DOSEN
 TUTOR
 INSTRUKTUR
 PAMOMG BELAJAR
 KONSELOR
 WIDYAISWARA
 FASILITATOR
 PENGUJI
 DST

3. TENAGA KEPENDIDIKAN

• Tenaga kependidikan adalah anggota masyarakat yang mengabdikan diri dan diangkat untuk menunjang penyelenggaraan pendidikan. (UU No. 20 tahun 2003 psl 1, BAB 1  Ketentuan umum)

• Merupakan tenaga yang bertugas merencanakan dan melaksanakan administrasi, pengelolaan, pengembangan, pengawasan, dan pelayanan teknis untuk menunjang proses pendidikan pada satuan pendidikan.
(UU No.20 THN 2003, PSL 39 (1))



KETIDAKWAJARAN SEKOR TES
Januari 18, 2010, 5:02 am
Filed under: EVALUASI HASIL BELAJAR, PENGUKURAN (MEASUREMENT), TES

KETIDAKWAJARAN SEKOR TES

Wakhinuddin S

Hulin (1983;11-112) mengemukakan bahwa pembahasan tentang ketidakwajaran pengukuran terbatas pada keanehan pola jawaban peserta tes (siswa) dalam tes. Pola jawaban yang dihasilkan peserta tes tidak normal. Ada sejumlah jawaban benar terhadap butir-butir sulit pada seperdua tes yang pertama dan dan ada sejumlah jawaban salah terhadap butir-butir tes yang mudah pada seperdua tes berikutnya, atau peserta tes yang kreatif mungkin memberikan penafsiran yang berbeda terhadap butir tes yang mudah. Akibatnya, respons butr seperti n tidak cocok dengan teori respon butir yang mengasumsikan peluang jawaban benar fungs dari kecerdasan peserta tes.

Penyebab lain dari ketdakwajaran pengukuran adalah kecurangan dalam tes, misalnya siswa-siswa yang menyontek. Lembar jawaban bagi sswa curang dalam tes mungkin akan tampak ganjil, kelompok jawaban bag siswa curang dalam tes mungkin akan tampak ganjil, kelompok jawaban benar akan bercampur dengan kelompok jawaban yang hampir semuanya tidak benar. Jenis pola jawaban seperti ini berbeda pada setiap peserta ujian. Keadaan in dapat dideteksi melalui analisis ketidakwajaran pengukuran.

Ketidakwajaran pengukuran dapat pula bersumber dari kondisi penilaian. Nitko (1996:91-94) dan Wiersma dan Jurs (1990:340) menyatakan tekanan mental peserta tes, seperti cemas, khawatir, takut gagal, kekurangmampuan dalam menulis, dapat menyebabkan peserta tes tidak berhasil menjawab secara benar butir-butir tes. Sebagai akibatnya siswa-siswa seperti n akan memperoleh skor yang tidak tepat, yakn tidak sesuai dengan kemampuan mereka sebenarnya.

Berdasarkan uraian d atas dapat disimpulkan bahwa ketidakwajaran skor tes muncul apabila butr-butir tes gagal mengukur secara tepat karakterstik siswa yang hendak diukurnya, kendatipun tes tersebut merupakan ukuran yang cocok untuk siswa keseluruhan. Atau dengan kata lain, ketidakwajaran skor tes menyebabkan siswa memperoleh skor yang tidak sesuai dengan kemampuannya, mungkin lebih rendah atau lebih tinggi dari yang seharusnya dicapainya.



PRINSIP-PRINSIP EVALUASI DALAM PEMBELAJARAN
Januari 13, 2010, 9:14 am
Filed under: EVALUASI HASIL BELAJAR, Pendidikan, PENGUKURAN (MEASUREMENT), TES

PRINSIP-PRINSIP EVALUASI DALAM PEMBELAJARAN

Wakhinuddin S

Evaluasi adalah suatu proses, yakni proses menentukan sampai berapa jauh kemampuan yang dapat dicapai oleh siswa dalam proses belajar mengajar. Kemampuan yang diharapkan tersebut sebelumnya sudah ditetapkan secara operational. Selanjutnya juga ditetapkan patokan pengukuran hingga dapat diperoleh penilaian (value judgement), Kare¬na itu dalam evaluasi diperlukan prinsip-prinsip sebagai petunjuk agar dalam pelaksanaan evaluasi dapat lebih efektif. Prinsip-prinsip itu antara lain:

a. Kepastian dan kejelasan.
Dalam proses evaluasi maka kepastian dan kejelasan yang akan dievaluasi menduduki urutan pertama. Evaluasi akan dapat dilaksanakan apabila tujuan evaluasi tidak dirumuskan dulu secara jelas da¬lam. definisi yang operational. Bila kita ingin mengevaaluasi kemajuan belajar siswa maka pertama-tama kita identifikasi dan kita definisikan tujuan-tujuan instruksional pengajaran dan barulah kita kembangkan alat evaluasinya. Dengan demikian efektifitas alat evaluasi tergantung pada deskripsi yang jelas apa yang akan kita evaluasi. Pada umumnya alat evaluasi dalam pendidikan terutama pengajaran berupa test. Test ini mencerminkan karakteristik aspek yang akan di¬ukur. Kalau kita akan mengevaluasi tingkat intelegensi siswa, maka komponen-komponen intelegensi itu harus dirumuskan dengan jelas dan kemampuan belajar yang dicapai dirumuskan dengan tepat selanjutnya dikembangkan test sebagai alat evaluasi. Dengan demikian keberhasilan evaluasi lebih banyak ditentukan kepada kemampuan guru (evaluator) dalam merumuskan/mendefinisikan dengan jelas aspek-aspek individual ke dalam proses pendidikan.

b. Teknik evaluasi
teknik evaluasi yang dipilih sesuai dengan tujuan evaluasi. Hendaklah diingat bahwa tidak ada teknik evaluasi yang cocok untuk semua ke¬perluan dalam pendidikanl Tiap-tiap tujuan (pendidikan) yang ingin di¬capai dikembangkan tekmk evaluasi tersendiri yang cocok dengan tuju¬an tersebut. Kecocokan antara tujuan evaluasi dan teknik yang diguna¬kan perlu dijadikan pertimbangan utama.

c. Komprehensif.
Evaluasi yang komprehensif memerlukan tehnik bervariasi. Tidak adalah teknik evaluasi tunggal yang mampu mengukur tingkat kemampuan siswa dalam belajar, meskipun hanya dalam satu pertemuan jam pelajar¬an. Sebab dalam kenyataannya tiap-tiap teknik evaluasi mempunyai ke¬terbatasan-keterbatasan tersendiri. Test obyektif misalnya akan mem¬berikan bukti obyektif tentang tingkat kemampuan siswa. Tetapi hanya memberikan informasi sedikit dari siswa tentang apakah ia benar-benar mengerti tentang materi tersee. but, apakah sudah dapat mengembangkan ketrampilan berfikirnya, apakah akan dapat mengubah / mengembang¬kan sikapnya apabila menghadapi situasi yang nyata dan sebagainya. Lebih-lebih pada test subyektif yang penilaiannya lebih banyak tergan¬tung pada subyektivitas evaluatornya.
Atas dasar prinsip inilah maka seyogyanya dalam proses belajar-me¬ngajar, untuk mengukur kemampuan belajar siswa digunakan teknik evaluasi yang bervariasi. Bob Houston seorang ahli evaluasi di Amerika Serikat (Texas) menyarankan untuk mendapatkan hasil yang lebih I obyektif dalam evaluasi, maka variasi teknik tidak hanya dikembangkan dalam bentuk pengukuran kuantitas saja. Evaluasi harus didasarkan pula data kualitatif siswa yang diperoleh dari observasi guru, Kepala Sekolah, catatan catatan harian dan sebagainya.

d. Kesadaran adanya kesalahan pengukuran.
Evaluator harus menyadari keterbatasan dan kelemahan dalam tek¬nik evaluasi yang digunakan. Atas dasar kesadaran ini, maka dituntut untuk lebih hati-hati dalam kebijakan-kebijakan yang diambil setelah melaksanakan evaluasi. Evaluator menyadari bahwa dalam pengukuran yang dilaksanakan, hanya mengukur sebaglan (sampel) saja dari suatu kompleksitas yang seharusnya diukur, lagi pula pengukuran dilakukan hanya pada saat tertentu saja. Maka dapat terjadi salah satu aspek yang sifatnya menonjol yang dimi liki siswa tidak termasuk dalam sampel pe¬ngukuran. Inilah yang disebut sampling error dalam evaluasi.
Sumber kesalahan (error) yang lain terletak pada alat/instrument yang diguriakan dalam proses evaluasi. Penyusunan alat evaluasi tidak mudah, lebih-Iebih bila aspek yang diukur sifatnya komplek. Dalam skoring sebagai data kuantitatif yang diharapkan dapat mencerminkan objektivitas, tidak luput dari “error of measurement”. Test obyektif tidak luput dari guessing, main terka, untung-untungan, sedangtest essai subyektivitas penilai masuk di dalamnya. Karena itu dalam laporan hasil evaluasi, evaluator perlu melaporkan adanya kesalahan pengukuran ini. Pengukuran dengan test, kesalahan pengukuran dapat ditunjukkan dengan koefisien kesalahan pengukuran.

e. Evaluasi adalah alat, bukan tujuan.
Evaluator menyadari sepenuhnya bahwa tiap-tiap teknik evaluasi digunakan sesuai dengan tujuan evaluasi. Hasil evaluasi yang diperoleh tanpa tujuan tertentu akan membuang waktu dan uang, bahkan merugi¬kan anak didik. Maka dari itu yang perlu dirumuskan lebih dahulu ialah tujuan evaluasi, baru dari tujuan ini dikembangkan teknik yang akan di¬gunakan dan selanjutnya disusun test sebagai alat evaluasi. Jangan sam¬pai terbalik, sebab tanpa diketahui tujuan evaluasi data-yang diperoleh akan sia-sia. Atas dasar pengertian tersebut di atas maka kebijakan-kebi¬jakan pendidikan yang akan diambil dirumuskan dulu dengan jelas sebelumnya dipilih prosedur evaluasi yang digunakan dengan demikian.



PENGERTIAN TES
Januari 9, 2010, 8:57 am
Filed under: EVALUASI HASIL BELAJAR, PENGUKURAN (MEASUREMENT), TES

PENGERTiAN TES

Oleh Wakhinuddin S

Tes adalah alat untuk memperoleh data tentang perilaku individu ( Allen dan Yen, 1979: 1). Karena itu, didlam tes terdapat sekumpulan pertanyaan yang harus dijawab atau tugas yang harus dikerjakan, yang akan memberikan informasi mengenai aspek psikologis tertentu ( sampel perilaku ) berdasarkan jawaban yang diberikan individu yang dikenaites tersebut ( anastari, 1982:22 ).
Pada buku psychological Testing, Anastari, ( 1982:22 ) menyatakan tes merupakan pengukuran yang obyektif dan standard. Cronbach menanbahkan bahwa tes adalah prosedur yang sitematis guna mengopservasi dan member deskripsi sejumblah atau lebih cirri seseorang dengan bantuan skala numerik atau suatu system kategoris.
Dengan demikian cepat dinyatakan bahwa tes adalah prosedur yang sistematis. Ini berarti butir tes disusun berdasarkan cara dan aturan tertentu, pemberian skor harus jelas dan dilakukukan secara yrtperinci, serta individu yang menempuh tes tersebut harus mendapat butir tes yang sama dan dalam kondisi yang sebanding. Selain itu tes berisi sampelm perilaku, yang berarti kelayakan tes tergantung pada sejauh mana butir tes siswa adalah tes pelajaran matematika yang pada umumnya disusun oeh guru sendiri.
Peranan tes prestasi belajar paling signifikan adalh padaa program pengajaran di sekolah. Jadi tes prestasi menjadi bagian integral PBM dan berpengaruh langsung rehadap perkembangan belajar siswa. Dalam hal ini, baik tes prestasi belajar buatan guru maupun standar, keduanya mengukur prestasi siswa di kelas. Tetapi tes buatan guru paling dominan dan banyak digunakan ( Gronlund, 1968:1 ) .
Selanjutnya, Gronlund ( 1968: 4-11 ) merumusakan beberapa prinsip sasar pengukuran prinsip pelajaran, yaitu tes harus mengukur hasil belajar yang sesuai deengantujuan instruksional, merupakan sampel yang respresentataif dari materi pelajaran, berisi butuir tes dengan tipe yang paling tepat, dirancang sesuai tujuan, mempunyai reliabilitas dan validitas yang baik sehingga hasilnya ditafsirkan dengan tepat guna meningkatkan hasil belajar siswa.
• Salah satu alat penilaian kemapuan mengajar guru di sekolah adalah kemampuan guru untuk melaksanakan evaluasi belajar siswa dalam PBM yang dilaksanakan. Pada umumnya, evaluasi yang dilaksanakan berupa evaluasi formatif, sumatif, dan remedial/her ( perbaikan).
Evaluasi formatif digunakan oleh guru dan siswa. Untuk guru, formatif merupakan umpan balik untuk mengetahui penguasan siswa akan pelajaran yang diberikan (indikator) menilai keberhasilan metode mengajar, meramalkan nilai penilaian sumatif. Untuk siswa, membantu merencanakan urutan belajar dan perbaikan kelemahan penguasan pelajaran. Evaluasi ini menitikberatkan pad pengukura ketercapaian indikator yang telah ditentukan, dan system yang digunakan adalah Criterion Referencedtest (CRT) atau penilaian Acuan Patokan (PAP) (Woolfolk dan nicolich, 1984:566).
Evaliasi sumatif digunakan untuk menentukan nilai siswa, keterangan tentang keterampilan dan kecakapan, keberhasilan belajar siswa, titik tolak peljaran berikutnya, indicator prestasi siswa dalam kelompoknya. Evaluasi ini menitik beratkan pada status individu siswa alm kelompok. Pada umumnya, sitem penilaian adalah norm referenced Test (NRT) atau Penilaian Acuan Norma (PAN) (Woolfolk dan Nicolich, 1984:570). Sedangkan her (perbaikan) digunakan memperbaiki skor siswa yang diperoleh dalm tes sumatif.
Dengan mempertimbangakan prinsip dasar tes prestasi dan fungsinya dalm evaluasi belajar siswa di sekolah maka jelas bahwa tes buatan guru yang digunkan (formatif, sumatif, dan her) penting peranananya menentukan prestasi siswa, keberhasialn PBM yang dikelola guru, program pengajran di sekolah dan selakigus menentukan mutu pendidikan.
Karena itu, dalam membuat dan mengembangka tes, guru harus menyusunnya dengan baik. Dengan demikian mempertimbangkan hal itu maka guru harus mengetahui kriteia tes yang baik, pedoman pengembanhan tes, dan teknik pemberian skor.



ANALISIS SWOT UNTUK ROADMAP IKM
Januari 8, 2010, 2:16 am
Filed under: Konsultan

ANALISIS SWOT UNTUK ROAD MAP IKM
Bagian dari kegiatan
PENYUSUNAN PETA PANDUAN PENGEMBANGAN SENTRA IKM
KERAJINAN SULAMAN BORDIRAN KOTA PAYAKUMBUH (Proyek Roadmap IKM – Deprindag/Tahun 2009

Oleh tim konsultan : Wakhinuddin

Analisis SWOT merupakan identifikasi sistemtis dari faktor dan strategi yang merefleksi keduanya. Berdasarkan analisis SWOT dapat dipilih strategi SO (peluang kekuatan), WO (peluang kelemahan), ST (ancaman kekuatan), WT (ancaman kelemahan).

3.1 Kekuatan (Strength)
• Membordir dan menyulam sudah menjadi budaya masyarakat
• Pangsa pasar besar (ditengah masyarakat Islam dan etnis melayu baik di dalam maupun diluar negeri)
• Citra produk baik (Keunikan dalam produk bordir dan sulaman Nasional, khususnya bordir kerancang dan sulaman terawang Payakumbuh telah dikuasai secara turun temurun).
• Keunikan teknik hias bordir dengan mesin hitam yang memiliki nilai estetis tinggi dan spesifik daerah Sumbar.
• Bermacam jenis produk bordir dan sulaman sudah cukup terkenal di luar negeri (mukena, kebaya, baju kurung, jilbab, baju gunting cina/teluk belanga, lilit songkok haji)
• Tersedianya jumlah tenaga kerja yang cukup memadai dibidang kerajinan bordir dan sulaman (banyak SDM wanita yang menganggur)
• Memiliki peralatan mesin membordir yang memadai (mesin jahit biasa/mesin hitam, mesin puth, mesin yuki).
• Penyebaran unit usaha kerajinan bordir dan sulaman ada disetiap kecamatan
• Tersedianya sumber bahan baku kain alternatif dengan kualitas baik yang bisa dipakai pada kerajinan bordir dan sulaman (seperti: kain tenun Silungkang, tenun Halaban dan tenun Pandai sikek)
• Ditetapkannya sentra IKM kerajinan bordir dan sulaman sebagai salah satu industri prioritas dalam pengembangan industri Nasional (Dukungan pemerintah untuk pengembangan IKM kerajinan bordir dan sulaman)
• Tingginya kemampuan sentra IKM kerajinan bordir dan sulaman dalam penyerapan tenaga kerja dipedesaan.

3.2 Kelemahan (Weakness)
• Kapasitas produksi relatif kecil;
• Penyerapan jumlah tenaga kerja terampil kecil;
• Teknologi produksi relatif sederhana, mengakibatkan tingkat produktivitas rendah dan kapasitas produksi rendah (keterbatasan wawasan dan keterampilan SDM, keterbatasan dana, keterbatasan peralatan dan sarana),
• Teknologi desain dilakukan secara tradisional ( mutu rendah, pemahaman terhadap trend masih lamah, belum menyentuh selera pasar, cendrung menggunakan dan meniru desain yang dibuat pengusaha sejenis, dan masing-masing unit usaha belum memiliki desain yang spesifik);
• Belum adanya standar kualitas ukuran, desain, teknik dan lay-out sistem produksi di sentra IKM kerajinan bordir dan sulaman yang menunjang konsistensi produk dan quality control;
• Sistim produksi dilakukan dengan upah borongan, sehingga tingkat kerapihan terbatas;
• Distribusi bahan baku kain dan benang yang berkualitas baik, kurang lancar (pengadaan bahan baku di pasar Aur Bukitinggi dan Payakumbuh dihadapkan pada harga mahal dan untuk jenis dan kualitas tertentu sulit didapat dipasar lokal);
• Desain, jenis produk bordir dan sulaman monoton (belum menyentuh selera pasar baik untuk luar negeri, regional maupun domestik ).
• Daya saing produk kerajinan bordir dan sulaman Payakumbuh masih rendah dipasar domestik dan regional.
• Diversifikasi produk bordir dan sulaman belum ada dalam bentuk pakaian jadi (pada umumnya dipasarkan masih berupa lembaran meteran);
• Tingkat pendidikan formal rendah, sehingga produk kurang kreativ dan inovatif;
• SDM pengusaha umumnya kurang profesional dalam manajemen (manajemen produksi, pengelolaan usaha, administrasi dan keuangan);
• Keterampilan SDM tenaga kerja masih rendah, sehingga mutu rendah dan produktivitas rendah (kurang terlatih mendesain, teknik membordir, teknik menyulam dan teknik menjahit pakaian jadi);
• Pemasaran terbatas (76% masih mengandalkan pasar lokal dan kurangnya penggarapan pasar potensial terutama negara-negara Islam nilai ekspor rendah);
• Belum berperan lembaga pemasaran: trading house, BDC, otlet, maupun kemitraan berbagai sektor)
• Pelayanan purna jual lemah;
• Lemahnya riset, monitoring dan pengembangan pasar;
• Belum terbentuk sentra, baik sentra formal maupun sentra informal yang dapat mendukung terbentuknya lembaga koperasi, lembaga pemasaran, ataupun kelompok usaha lainnya;
• Dana investasi dan modal kerja terbatas,

3.3 Peluang (Opportunity)
• Permintaan tinggi untuk produk bordir kerancang (mukena, jilbab dan kebaya bagi masyarakat Islam dan etnis melayu luar negeri);
• Kebutuhan tinggi untuk semua jenis produk bordir dan sulaman (terutama pada musim hari-hari besar: lebaran, liburan sekolah);
• Globalisasi (adanya peluang pasar yang sangat luas, baik di dalam negeri maupun di dunia International);
• Tersedianya tenaga terampil yang belum dimanfaatkan secara optimal
• Trend menggunakan busana muslim (peluang meningkatkan produktivitas dan diversifikasi produk);
• Konsumen wanita masa kini lebih cendrung menggunakan pakaian jadi (siap pakai)
• Letak pasar Aur Kuning berdekatan dengan sentra produksi bordir dan sulaman Payakumbuh merupakan peluang peningkatan pemasaran untuk membuka showroom dan promosi. ( pasar konveksi no.2 setelah Tanah Abang);
• Kebijakan pemerintah mendukung;
• Perbankan menyediakan kemudahan kredit yang lebih besar

3.4 Ancaman (Threat)
• Adanya musibah gempa dapat mengurangi daya beli masyarakat domestik;
• Resesi ekonomi dunia, daya beli masyarakat menurun ;
• Mutu desain dan diversifikasi rendah, produk jenuh dipasaran, sehingga tingkat produktivitas menurun dan kapasitas produksi kecil;
• Karena tidak ada kontrak resmi, pasar luar negeri sering tidak jujur (Malaysia: jika tidak laku barang dikembalikan, sering pembayaran macet, keterlambatan pengiriman barang karena keterlambatan kontainer tidak jadi jual beli);
• Saingan produk dari daerah regional (saingan bordir Tasikmalaya dan sulaman Gorontalo);
• Saingan produk dari luar Negeri (produk Cina);
• Munculnya pesaing baru yang potensial, seperti: Malaysia, dan Vietnam
• Jenis produk bordir dan sulaman berupa kebaya, baju kurung dan baju muslim dari Payakumbuh tidak laku dipasaran (karena konsumen wanita masa kini cendrung menyukai bentuk produk siap pakai);
• Dana pemerintah untuk pembinaan bordir dan sulaman terbatas.
Matriks Analisis SWOT pengembangan sentra IKM kerajinan bordir dan sulaman ditunjukan pada Tabel 16 berikut :