Wakhinuddin’s Weblog


BAGAIMANA PTK BEKERJA
Agustus 13, 2009, 6:27 am
Filed under: PASCASARJANA, Pendidikan, PENELITIAN

BAGAIMANA PTK BEKERJA
Oleh Wakhinuddin S

Secara sederhana penelitian tindakan berupa suatu lingkaran atau siklus yang mencakup perencanaan, tindakan, monitoring, dan refleksi:

PTK kerja 1

Gambar 1: Prinsip Siklus Penelitian Tindakan
Struktur dasar Penelitian tindakan banyak ragamnya, namun dalam hal prosesnya hampir sama, seperti pada konsep: Elliott (1981), Kemmis and McTaggart (1982), Ebbutt, (1985), McKernan (1988) – each of which promotes the same cyclical or spiral approach to action and reflection.
McNiff (1988, p 45), menggambarkan penelitian tindakan seperti gelembung berantai, tampaknya rumit,

Gambar 2: suatu proses spiral di atas spiral



UJI HOMOKEDASTISITAS
Agustus 11, 2009, 6:30 am
Filed under: PASCASARJANA, PENELITIAN

UJI HOMOKEDASTISITAS

Oleh Wakhinuddin S

Sebelum data diolah dengan analisis statistik, beberapa persyaratan mesti dilakukan. Pada analisis statitik regresi uji persyaratan analisis mencakup: Uji normalitas, Uji lineritas, Uji Homokedastisitas, dan Uji Persyaratan Multikolinieritas. Pada kesempatan ini disampaikan tentang uji homokedastisitas.

Uji homokedastisitas menguji apakah dalam sebuah regresi terjadi kesamaan varian dari residual dari satu pengamatan ke pengamatan yang lain. Jika varian dari residual dari suatu pengamatan kepengamatan lain berbeda maka disebut heterokedastisitas. Sarat uji regresi tidak terjadi heterokedastisitas.
Hasil uji asumsi Homokedastisitas dapat dilihat pada grafik 3.3. berikut ini :

Grafik : Hasil Uji Homokedastisitas
UJI HOMOKEDASTISITAS

Dari grafik di atas, terlihat titik-titik menyebar secara acak, tidak membentuk sebuah pola tertentu yang jelas, serta sebaran baik di atas maupun di bawah angka 0 pada sumbu Y. Hal ini berarti tidak terjadi heterokedastisitas pada model regresi. Sehingga model regresi layak dipakai untuk memprediksi kesiapan kerja berdasar masukan variabel independent-nya.



ANGKA PARTISIPASI DALAM PENDIDIKAN

ANGKA PARTISIPASI DALAM PENDIDIKAN

Oleh Wakhinuddin S

Angka partisipasi dalam suatu kegiatan penting diketahui, dengan mengetahui angka partisipasi tersebut dapat dinilai apakah kegiatan tersebut disukai masyarakat atau tidak disukai. Semakin besar angka partisipasi suatu program pendidikan berarti, program, lembaga, daerah tersebut berkualitas, sebaliknya kurang dan peserta banyak berhenti dalam proses pelaksanaan program berarti program, lembaga dan daerah tersebut tidak berkualitas. Berikut disampaikan beberapa konsep tentang berkaitan dengan Partisipasi dalam pendidikan.

Angka Partisipasi Kasar (APK)

Angka Partisipasi Kasar (APK) didefinisikan sebagai perbandingan antara jumlah murid pada jenjang pendidikan tertentu (SD, SLTP, SLTA dan sebagainya) dengan penduduk kelompok usia sekolah yang sesuai dan dinyatakan dalam persentase. Hasil perhitungan APK ini digunakan untuk mengetahui banyaknya anak yang bersekolah di suatu jenjang pendidikan tertentu pada wilayah tertentu.
Semakin tinggi APK berarti semakin banyak anak usia sekolah yang bersekolah di suatu jenjang pendidikan pada suatu wilayah. Nilai APK bisa lebih bes dari 100 % karena terdapat murid yang berusia di luar usia resmi sekolah, terletak di daerah kota, atau terletak pada daerah perbatasan.
Rumus :

Jumlah murid di tingkat pendidikan tertentu *
APK = ———————————————— 100%
Jumlah penduduk usia tertentu

*) Keterangan :

• Tingkat Sekolah Dasar (SD) : Kelompok usia 7 – 12 tahun
• Tingkat Sekolah Lanjutan Tingkat Pertama (SLTP) : Kelompok usia 13 – 15 tahun
• Tingkat Sekolah Lanjutan Tingkat Atas (SLTA) : Kelompok usia 16 – 18 tahun

Angka Partisipasi Murni (APM)

Angka Partisipasi Murni (APM) didefinisikan sebagai perbandingan antara jumlah siswa kelompok usia sekolah pada jenjang pendidikan tertentu dengan penduduk usia sekolah yang sesuai dan dinyatakan dalam persentase. Indikator APM ini digunakan untuk mengetahui banyaknya anak usia sekolah yang bersekolah pada suatu jenjang pendidikan yang sesuai.
Semakin tinggi APM berarti banyak anak usia sekolah yang bersekolah di suatu daerah pada tingkat pendidikan tertentu. Nilai ideal APM = 100 % karena adanya murid usia sekolah dari luar daerah tertentu, diperbolehkannya mengulang di setiap tingkat, daerah kota,atau daerah perbatasan.
Rumus :

Jml murid kelp usia sekolah di jenjang pendidikan tententu *
APM = —————————————————— x 100%
Jumlah penduduk kelompok usia tertentu *

*) Keterangan :
• Tingkat Sekolah Dasar (SD) : Kelompok usia 7 – 12 tahun
• Tingkat Sekolah Lanjutan Tingkat Pertama (SLTP) : Kelompok usia 13 – 15 tahun
• Tingkat Sekolah Lanjutan Tingkat Atas (SLTA) : Kelompok usia 16 – 18 tahun

Angka Partisipasi Sekolah (APrS)

Angka Partisipasi Sekolah (APrS) didefinisikan sebagai perbandingan antara jumlah murid kelompok usia sekolah tertentu yang bersekolah pada berbagai jenjang pendidikan dengan penduduk kelompok usia sekolah yang sesuai dan dinyatakan dalam persentase. Indokator ini digunakan untuk mengetahui banyaknya anak usia sekolah yang telah bersekolah di semua jenjang pendidikan.
Makin tinggi AprS berarti makin banyak anak usia sekolah yang bersekolah di suatu daerah. Nilai ideal AprS = 100 % dan tidak akan terjadi lebih besar dari 100 %, karena murid usia sekolah dihitung dari murid yang ada di semua jenjang pendidikan pada suatu daerah.
Rumus :
N1
APrS = — x 100 %
N2
dimana :
N1 = Jumlah murid berbagai jenjang pendidikan pada kelompok usia sekolah tertentu
N2 = Jumlah penduduk pada kelompok usia sekolah tertentu yang sesuai

Angka Mengulang (AU)

Angka Mengulang (AU) didefinisikan sebagai perbandingan antara jumlah murid mengulang pada jenjang pendidikan tertentu (SD, SLTP, SLTA dan sebagainya) dengan murid pada jenjang pendidikan tertentu dan dinyatakan dalam persentase. Hasil perhitungan AU ini digunakan untuk mengetahui banyaknya siswa mengulang di suatu jenjang pendidikan tertentu pada wilayah tertentu.
Semakin tinggi AU berarti semakin banyak siswa yang mengulang di suatu jenjang pendidikan pada suatu wilayah.
Rumus :

Jumlah murid mengulang di tingkat pendidikan tertentu
AU = —————————————————- 100%
Jumlah siswa di tingkat pendidikan tertentu

Angka Putus Sekolah (APtS)

Angka Putus Sekolah (APts) didefinisikan sebagai perbandingan antara jumlah murid putus sekolah pada jenjang pendidikan tertentu (SD, SLTP, SLTA dan sebagainya) dengan jumlah murid pada jenjang pendidikan tertentu dan dinyatakan dalam persentase. Hasil perhitungan APtS ini digunakan untuk mengetahui banyaknya siswa putus sekolah di suatu jenjang pendidikan tertentu pada wilayah tertentu.
Semakin tinggi AptS berarti semakin banyak siswa yang putus sekolah di suatu jenjang pendidikan pada suatu wilayah.
Rumus :

Jumlah murid putus sekolah di tingkat pendidikan tertentu
APtS =—————————————————— x100%
Jumlah siswa di tingkat pendidikan tertentu

Dengan mengetahui tingkat angkat partisipasi kita dapat menilai apakah sekolah, daerah, direktorat/departemen pendidikan tersebut mempunyai kualitas. Angka partisipasi kasar tingkat SMP pada tahun 2009 diharapkan mencapai 96 %.



PELAKSANAAN PRAKERIN SMK
Agustus 7, 2009, 2:09 am
Filed under: Pendidikan, Pendidikan Kejuruan

PELAKSANAAN PRAKERIN SMK

Oleh Wakhinuddin S

a) Kesesuaian penempatan dengan bidang studi siswa
Pelaksanaan Prakerin di DU/Dl dilaksanakan dalam bentuk kegiatan praktek sebagai pendalaman materi keahlian yang telah dipelajari di sekolah. Pembelajaran praktek dilaksanakan dalam keadaan kerja yang sebenarnya dan dilengkapi fasilitas peralatan dan sumber belajar yang ada di DU/DI. Siswa belajar pada kondisi nyata dunia kerja, di mana siswa mendapatkan lingkungan belajar yang berbeda dengan lingkungan sekolah siswa berada di DU/Dl mengalami proses pembelajaran yang berbeda dengan pembelajaran di sekolah. jika siswa berada di DU/Dl, siswa mendapatkan pengalaman serta keterampilan yang tidak diperoleh di sekolah. Hal ini disebabkan oleh karena lingkungan belajar yang berbeda antara sekolah dengan DU/DI. Lingkungan yang ada di DU/DI merupakan kondisi sosial pada lingkungan kerja, dan bukan kondisi lingkungan belajar. Sehingga perlu penyesuaian bagi siswa dalam bersikap dan menampilkan kemampuan diri sebagai tenaga kerja tingkat menengah yang siap pakai.

b) Kesesuaian materi pelajaran dengan tugas prakerin

c) Monitoring oleh pembimbing
Selama siswa melaksanakan Prakerin di DU/Dl, pihak sekolah melakukan pengawasan atau monitoring terhadap siswa satu kali seminggu. Kegiatan monitoring bertujuan untuk melihat kemajuan belajar siswa, baik dari segi sikap maupun keterampilan. Kegiatan monitoring dilaksanakan oleh guru pembimbing sekolah yang dipercayakan oleh panitia Prakerin sebagai pelaksana monitoring siswa.
Monitoring yang dilaksanakan oleh guru yaitu meliputi, monitoring kompetensi yang dilaksanakan siswa di DU/DI, kemajuan belajar siswa, kehadiran, dan kendala-kendala yang ditemui di lapangan selama pelaksanaan Prakerin. Monitoring kompetensi dilakukan untuk melihat kesesuaian materi atau bimbingan yang diberikan oleh pihak DU/DI terhadap siswa dengan pembelajaran yang diperoleh siswa di sekolah. Sedangkan monitoring kemajuan belajar siswa dilakukan untuk mengetahui kegiatan yang dilakukan siswa di DU/DI dan mengetahui kemampuan yang telah diperolehi siswa selama di DU/DI. Monitoring kehadiran ditujukan bagi sikap siswa, termasuk kedisiplinan, sikap kerja selama Prakerin. Monitoring tentang kendala-kendala ditujukan untuk menerima masukan-masukan dari pihak DU/DI terhadap permasalahan siswa atau kendala yang ditemui pihak DU/DI selama pelaksanaan Prakerin.

d) Penjemputan siswa
Berdasarkan uraian di atas, dapat ditarik simpulan bahwa Indikator pelaksanaan praktek kerja industri adalah: 1) Aspek perencanaan meliputi a) pemetaan industri, b) sosialisasi dana, c) pembekalan siswa, d) penempatan siswa, 2) Aspek pelaksanaan meliputi a) kesesuaian penempatan dengan bidang studi siswa, b) kesesuaian materi pelajaran dengan materi prakerin, c) monitoring oleh pembimbing, dan d) penjemputan.



BAB III METODE PENELITIAN PTK (Sub Jenis Penelitian)
Agustus 6, 2009, 9:06 am
Filed under: PENELITIAN

BAB III
METODE PENELITIAN

by Wakhinuddin S

A. Jenis Penelitian
Penelitian ini merupakan penelitian tindakan kelas (classroom action research) dengan menggunakan pendekatan kualitatif. Penelitian tindakan kelas ini berfokus pada upaya untuk mengubah kondisi riil sekarang ke arah kondisi yang diharapkan (improvemen oriented). Dalam kajian ini, penelitian tindakan dilakukan untuk meningkatkan keterampilan seni grafis mahasiswa melalui pendekatan kontekstual. Peningkatan pada aspek keterampilan berimbas juga pada peningkatan hasil belajar seni mahasiswa. Peningkatan keterampilan seni mahasiswa diharapkan terjadi setelah dosen melakukan penyusunan rancangan model pembelajaran seni grafis dan melaksanakannya dengan menggunakan pendekatan kontekstual. Peningkatan tersebut dilihat dari hasil penilaian proses dan hasil karya seni yang dilakukan mahasiswa selama kegiatan pembelajaran berlangsung.
Penelitian tindakan kelas ini dimaksudkan untuk pemecahan masalah dengan ruang lingkup yang tidak terlalu luas berkaitan dengan hal-hal yang dihadapi dosen sendiri dalam kegiatan pembelajaran yang dilaksanakan di kelas. Ciri-ciri penelitian tindakan kelas sebagaimana yang diungkapkan Maryunis (2003:113) adalah: ”diawali dengan adanya hal-hal yang tidak beres dalam praktek pendidikan, dan dapat juga diawali dengan adanya ide atau gagasan untuk melakukan perbaikan atau perubahan”. Berkaitan dengan penelitian ini, perubahan diarahkan pada strategi atau pendekatan pembelajaran yang peneliti lakukan sendiri pada kegiatan pembelajaran di kelas.
Adapun tujuan dilakukannya penelitian ini untuk mengkaji permasalahan yang menyangkut prilaku seseorang atau kelompok tertentu disatu lokasi tertentu dengan penelaahan yang teliti terhadap suatu perlakuan dan mengkaji sampai sejauh mana dampak perlakuan itu dan menghilangkan aspek-aspek negatif dari pelaku yang sedang diteliti. Soedarsono (2001:3) menjelaskan penelitian tindakan kelas merupakan “suatu proses dimana dosen dan mahasiswa menginginkan terjadinya perbaikan, meningkatkan, dan perubahan pembelajaran dapat tercapai secara optimal”.
Penelitian tindakan ini dilakukan dengan mengikuti model yang dikembangkan oleh Kemmis dan Mc Taggart (1988:47), yaitu: ”action reseach is cyclic process of planning, action, observation, and reflection”, atau model yang berdasarkan pada suatu siklus spiral yang terdiri dari empat komponen, yang meliputi: (1) rencana tindakan (planning), (2) pelaksanaan (action), (3) observasi (observtion), (4) refleksi (reflection).
Uraian langkah/tahapan penelitian tindakan kelas di atas adalah sebagai berikut:
1. Perencanaan
Pada tahap perencanaan ini dimulai dari penemuan masalah sampai akhirnya ditentukan rencana tindakan kelas. Secara terperinci langkah-langkah pada tahapan ini dapat diuraikan sebagai berikut:

a. Penemuan masalah di lapangan
Melalui pra-survei peneliti berupaya untuk mendapatkan masalah apa yang dihadapi di dalam kelas, terutama dalam hal pembelajaran seni grafis. Data digali dari wawancara dengan dosen yang mengajar mata kuliah seni maupun melalui pengamatan di lapangan.
b. Pemilihan masalah
Berbagai permasalahan yang diperoleh untuk selanjutnya difokuskan pada suatu permasalahan yang perlu diprioritaskan untuk mendapatkan pemecahan masalah, dalam upaya meningkatkan keterampilan seni grafis mahasiswa PGSD FIP UNP melalui pendekatan kontekstual.
c. Perumusan hipotesis tindakan.
Berdasarkan masalah yang telah dirumuskan dan ditetapkan untuk dicarikan pemecahannya, maka peneliti merumuskan hipotesis tindakan, yakni pendekatan kontekstual dapat meningkatkan keterampilan seni grafis mahasiswa PGSD FIP UNP. Peningkatan keterampilan seni grafis ini berdampak pula pada peningkatan hasil belajar seni mahasiswa yang bersangkutan.
d. Rancangan pemecahan masalah.
Langkah-langkah pemecahan masalah antara lain:
(1) Membuat Satuan Acara Perkuliahan (SAP) sebagai rencana tindakan atas dasar kesepakatan peneliti dengan dosen mata kuliah seni sebagai praktisi.
(2) Menyampaikan pengarahan dan rambu-rambu kepada dosen mata kuliah seni sebagai praktisi agar dalam melaksanakan tindakan sesuai dengan SAP yang sudah dirancang.
2. Pelaksanaan tindakan
Pelaksanaan tindakan di kelas didasarkan rencana perlakuan yang dituangkan pada SAP yang telah disusun. Oleh karena itu, pelaksanaan tindakan diupayakan tidak menyimpang dari rencana perlakuan.
3. Observasi.
Pada saat tindakan berlangsung, peneliti dibantu kolaborator melaksanakan observasi dengan menggunakan instrumen yang telah disiapkan. Pengamatan dilakukan dengan cermat dari awal hingga akhir pembelajaran berlangsung. Selain mencatat data yang ada, peneliti dan kolaborator juga memberikan catatan atas berbagai masalah yang dijumpai dengan menggunakan catatan lapangan.
4. Refleksi
Hasil observasi kelas, rekaman data, maupun catatan lapangan dan data lainnya dianalisis bersama-sama dengan praktisi (kolaborator) yang terlibat dalam penelitian ini. Refleksi dilakukan pada akhir tindakan setiap siklus. Hasil analisis digunakan untuk merencanakan tindakan pada siklus berikutnya. Tindakan yang telah berhasil dapat dilanjutkan pada pembelajaran berikutnya, sedangkan tindakan yang belum berhasil diubah dan diperbaiki.



ANALISIS FAKTOR
Agustus 5, 2009, 6:36 am
Filed under: PASCASARJANA, PENELITIAN, PENGUKURAN (MEASUREMENT)

ANALISIS FAKTOR

Oleh Wakhinuddin S

Analisis faktor adalah suatu analisis variabel ganda yang bertujuan menjelaskan beberapa variabel yang tidak dapat diukur secara langsung dan dalam bentuk beberapa faktor. Analisa faktor dikembangkan berbasis pada teori faktor (ubahan tersebut), atau masih dalam khasana teoretis, dan untuk membuktikan secara empirik, instrument tersebut diberikan dan diujikan pada sebagian sampel penelitian. Analisis faktor, untuk menentukan apakah secara empiris faktor tersebut bagian dari ubahan (variabel), atau apakah butir tersebut mengukur indikator (faktor) yang telah ditetapkan (dalam kontek ekplanasi bukan eksplorasi).Analisis faktor masuk dalam klasifikasi validitas konstuk.
Analisis faktor diperkenalkan oleh Francis Galton dan Charles Spearmean dalam bidang psikologi yaitu dalam mengukur inteligensi (Chatfiedld,1980). Inteligensi seseorang dipengaruhi oleh faktor-faktor tertentu yang tidak dapat diukur secara langsung. Nilai dari faktor-faktor tersebut tercermin dari variabel lain yang terukur langsung.
Dengan analisis faktor dapat diketahui variabel mana yang mewakili
faktor-faktor yang ada. Dalam analisis faktor terdapat dua model faktor
yaitu model faktor ortogonal dan model faktor non ortogonal (oblique). Perbedaan kedua model terletak pada asumsi korelasi antarfaktor. Pada model faktor ortogonal, asumsi bahwa faktor yang dihasilkan tidak saling berkorelasi harus dipenuhi, sedangkan pada model faktor nonortogonal asumsi tidak diperlukan (Kim, 1978).
Variabel (ubahan) acak yang tidak terukur disebut faktor bersama (common factor) ditambah ‘p’ sumber keragaman yang disebut faktor unik. Faktor unik merupakan penjumlahan dari faktor spesifik dan galat. Untuk model faktor oblique, asumsi yang mendasari adalah : F (m x 1) dan c (p x 1) saling bebas, cov (F, s) = 0; Faktor spesifik tidak saling berkorelasi, E (s) = 0; Cov (s) = W; Faktor bersama saling berkorelasi, Cov (F) = 0. Fak-tor bersama adalah faktor yang keragam¬annya menyebar pada beberapa, butir pemyataan (pertanyaan). Faktor unik adalah faktor yang keragamannya berada pada satu butir pemyataan saja.
Analisis faktor utama (principal component) adalah salah satu me¬tode ekstraksi yang dipakai pada analisis faktor. Analisis faktor utama (AFU) digunakan untuk mengekstraksi faktor-faktor sehingga kontribusi keragaman faktor-faktor tersebut terhadap keragaman total dapat maksimal Penggunaan AFU dimulai dari pendugaan komunalitas, yaitu melalui pro¬ses iterasi. Iterasi pertama dilakukan terhadap matriks korelasi R, yaitu mengurangkan nilai matriks korelasi R dengan nilai matriks penduga komunalitas. Proses iterasi dilakukan sampai selisih antara nilai komunalitas metriks yang baru lebih kecil atau sama dengan nilai tereduksi dalam mendapatkan penduga bobot faktor. Ekstraksi faktor bersama, dila¬kukan sampai jumlah kumulatif akar ciri terbesar lebih besar atau sama dengan total komunalitas.
Menurut Dillon dan Goldstein (1984) cara menginterpretasikan fak¬tor yang ada dari analisis faktor adalah sebagai berikut : idenfiftmikan variabel yang memiliki bobot mutlak terbesar pada beberapa faktor, ten¬tukan variabel yang nyata dalam faktor dengan ketentuan nilai bobot yang dianggap nyata > 0,30 untuk ukuran sampel 0,60 dan yang tidak nyata 0,50, dan matriks korelasi sisaan relatif kecil. Analisis ini bertujuan untuk mengetahui faktor-faktor yang membentuk variabel penelitian dengan metode analisis faktor varimax, dan meli¬hat hubungan antarfaktor tersebut.
Dengan adanya software untuk analisis faktor dijual di pasaran, menggunakan analisis faktor lebih praktis dibandingkan KR (Alpha Cronbach); yang dicari secara manual atau bantuan Excel, analisis faktor merupakan bagian dari menu yang ada pada: SPSS, Minitab, SAS, dan Sutrisno Hadi (alm).



ANALISIS DATA OUTLIER
Agustus 5, 2009, 6:01 am
Filed under: EVALUASI PROGRAM DAN LEMBAGA, PENELITIAN

Analisis Data Outlier
Oleh Wakhinuddin S

Outlier (pencilan) merupakan pengamatan yang tidak lazim (aneh) dalam variabel prediktor (X) atau variabel respon (Y). Keanehan pada variabel X disebut leverage dan keanehan pada variabel Y disebut outlier. Outlier dapat dideteksi dengan pengujian standar residual (menggunakan grafis). Untuk keperluan analisis, outlier harus dibuang agar tidak mengganggu. Hasil analisis terhadap adanya outlier dapat dilihat pada grafik 1 sebagai berikut :

Grafik 1. Hasil Analisis Adanya Outlier

maaf blum dapat ditampilkan

Dari grafik di atas dapat dilihat bahwa terdapat 9 outlier yaitu responden nomor 38, 54, 55, 57, 63, 84, 88, 95, dan 107. Untuk keperluan analisis, outlier ini harus dibuang dan pada penelitian ini terjadi 4 kali proses hingga tidak lagi dideteksi adanya outlier. Hasil analisis terhadap adanya outlier dapat dilihat pada lampiran 5. Setelah data outlier tersebut dibuang maka hasilnya dapat dilihat pada grafik 3.2 sebagai berikut :

Grafik 2. Hasil Analisis Adanya Outlier

maaf blum dpt tampil

Dari grafik di atas dapat dilihat bahwa tidak lagi terdapat outlier di dalam penelitian ini, maka analisis data dapat dilakukan.

MAAF GRAFIK TIDAK DAPAT TAMPIL



PTN menjadi PT BHP
Agustus 5, 2009, 4:59 am
Filed under: MANAJEMEN, Pendidikan

PTN menjadi PT BHP

Oleh Wakhinuddin S

Sejalan telah diterbitkannya Undang-undang BHP, pemerintah berusaha menjalan maksud dan tujuan Undang-undang tersebut, banyak cara dan banyak kegiatan yang telah dilakukan pemerintah untuk menjalankan amanat tersebut. Salah satu diantaranya melalui program I-M HERE.

Pada tanggal 28 – 29 Juli 2009, di Hotel Sahid Jaya, Dikti telah melaunching program I M HERE (INDONESIA Managing Higher Education for Relevance and Efficiency Project (I-MHERE – Project), dengan program Strengthening Institutional Management in non-autonomous public Higher Education Institutions Batch-3, dan mengundang 14 perguruan tinggi negeri.

Adapun tujuan umum proyek untuk: 1.Menciptakan lingkungan yang kondusif bagi pengembangan perguruan tinggi negeri yang otonom, akuntabel dan bertaraf internasional; 2.Mengembangkan mekanisme pendukung yang efektif untuk meningkatkan kualitas, relevansi, efisiensi dan perluasan akses pendidikan tinggi. Salah satu sub kompoenen proyek adalah Hibah kompetisi untuk memperkuat manajemen institusi PTN yang belum otonom. Adapun tujuan utama proyek ini untuk, Meningkatkan kapasitas manajemen institusi bagi PTN menuju BHP, sejalan dengan telah diterbitkannya Undang-undang BHP (Batch-3).

Dalam acara tersebut narasumber, baik penceramah maupun tutor berasal dari UI, UGM, IPB dan ITS, mereka umumnya handal, menguasai dan telah berpengalaman dalam hal manajemen perguruan tinggi (PT). Ke 14 PTN diminta membuat proposal tentang manajemen Perguruan tinggi masing-masing, dan proposal tersebut dikompetisikan. Sebelumnya, ada 11 perguruan tinggi telah mendapatkan proyek sejenis, dikenal dengan proyek Hibah Kompetisi B.2a.

Ditinjau dari tujuannya perubahan PTN menjadi PT BHP adalah bagus, cuma apakah masyarakat, stakeholder, civitas akademika, siap meneriman perubahan ini? Mari kita renungkan dan pikirkan !!!



EVALUASI PENGGUNAAN MEDIA PRESENTASI
Agustus 2, 2009, 8:18 am
Filed under: Pendidikan

EVALUASI PENGGUNAAN MEDIA PRESENTASI

Oleh Wakhinuddin

Suatu saat Saudara akan melakukan presentasi, lalu dipersiapkan semua keperluan untuk presentasi, mulai dari : pakaian yang dipakai (apakah matching antara celana, dasi, baju, bahkan dengan suasana meeting), mimik muka (bahkan bahasa tubuh), intonasi suara, potongan rambut, permen. Namun yang sangat penting dalam presentasi adalah media yang dipakai, banyak media yang dapat dipakai: wallchart, OHP, white/black board, power point, model benda, macromedia flash, dan lainnya.
Sebelum saudara presentasi menggunakan media tersebut, cobalah latihan, minta teman atau anggota tim menilai penampilan Saudara dengan kriteria berikut:
a. Ketepatan dalam menggunakan media presentasi
b. Dukungan terhadap isi dan bahan pertemuan (meeting)
c. Kemudahan memperoleh data atau informasi
d. Keterampilan dalam menggunakannya
e. Ketersediaan waktu dalam penggunaannya
f. Sesuai dengan taraf befikir peserta pertemuan.

Cara pensekoran, pakai skala inteval 1 sampai 5, jika sangat bagus centang atau beri angka 5, bagus angka 4, cukup angka 3, kurang angka 2, dan sangat kurang beri angka 1. Dengan demikian jika total nilai saudara 5 x 6 = 30, berarti saudara sudah siap dan okay untuk tampil presentasi, namun bila 1 x 6 = 6, berarti saudara harus terus latihan dan perbaiki media Saudara.