Wakhinuddin’s Weblog


APA TUJUAN EVALUASI?
Oktober 28, 2009, 7:03 am
Filed under: EVALUASI PROGRAM DAN LEMBAGA, MONEV

APA TUJUAN EVALUASI?

Wakhinuddin

Dasar tujuan evaluasi adalah untuk lebih memahami suatu program atau kejadian. Evaluasi program dilaksanakan untuk memperbaiki usaha-usaha yang telah dilakukan, untuk pertanggungjawaban; meneruskan, memperbaiki atau memberhentikan program. Apa tujuan evaluasi yang sering diajukan? (Untuk contoh):

 Membantu : pembayar pajak, administrator, partisipan, kolega, anggota komite; memahami suatu program atau hasilnya?
 Memperbaiki program?
 Memperbaiki pengajaran?
 Mengukur apakah program membuat kehidupan orang berbeda?
 Menetapkan apakah program mahal?
 Jawaban pertanyaan disikapi oleh pendonor?
 Pengaruhnya terhadap anggota komunitas?
 Menentukan tingkatan dan jabatan pekerjaan yang dituntut
 Menentukan harga/nilai program atau objek, dst.



KOMPONEN KUNCI DALAM KLASTER INDUSTRI
Oktober 26, 2009, 12:58 pm
Filed under: Konsultan, MONEV, PENELITIAN

KOMPONEN KUNCI DALAM KLASTER INDUSTRI

Wakhinuddin

1. Industri Inti/ champion, adalah industri produk/jasa yang memiliki nilai strategis dalam pengembangan Klaster selanjutnya. Industri inti memiliki keterkaitan penting dengan industri-industri lainnya di dalam Klaster.
2. Industri Pemasok/Bahan Baku, adalah industri yang memasok bahan baku ke industri inti.
3. Pasar/ konsumen yaitu pengguna produk suatu industri (dapat berupa distributor/ perantara atau pemakai akhir).
4. Industri Pendukung
§ Industri pendukung frequent, adalah industri pendukung yang menghasilkan bahan pendukung (penolong) yang memiliki interaksi intensif dengan industri inti; biasanya berkaitan dengan barang/produk yang terlibat dalam kegiatan produksi industri inti.
§ Industri pendukung non frequent, adalah industri pendukung yang menghasilkan bahan pendukung (penolong), memiliki interaksi relatif kurang intensif; biasanya berkaitan dengan barang/produk yang terlibat dalam kegiatan investasi industri inti.
5. Industri Terkait, adalah industri yang memiliki keterkaitan dengan industri inti karena menggunakan resources yang sama. Kesamaan resources ini bias dalam hal kesamaan bahan baku, teknologi, SDM, jaringan distribusi dan sebagainya. Industri terkait dapat berupa, antara lain:
a. Kompetitor
b. Komplementer
c. Substitutor
6. Instansi / Jasa Terkait, adalah institusi / lembaga yang memiliki interaksi, baik langsung atau tidak langsung, dengan industri inti. Instansi terkait dapat berupa :
§ Lembaga pemerintah, baik pemerintah pusat atau daerah yang merupakan instansi pengatur/penentu kebijakan publik.
§ Asosiasi, adalah perwakilan dari sekumpulan organisasi, baik berupa asosiasi industri, karyawan, ataupun asosiasi pengusaha.



UTILISASI
Oktober 26, 2009, 2:59 am
Filed under: Pendidikan Kejuruan

UTILISASI
Wakhinuddin
Utilisasi berasal dari kata utilization yang berarti pemanfaatan dan penggunaan. Kemudian yang dimaksud dengan utilisasi dalam penelitian ini adalah pemanfaatan peralatan dalam kegiatan praktikum. Salah satu cara untuk melihat apakah lembaga tersebut masih mungkin atau tidaka lagi untuk ditingkatkan daya tampungnya, maka hal ini dapat dilihat dari jumlah pemanfaatan sarana dan prasarana yang ada pada lembaga tersebut atau sering disebut dengan utilisasi fasilitas.
Lalu apa yang dimaksud dengan utilisasi dalam sebuah lembaga pendidikan. Banyak orang mengartikan utilisasi hanya jumlah jam dalam pemanfaatan alat, dibanding dengan jumlah pemanfaatan yang direncanakan. Artinya apabila alat yang dirancanakan untuk pemenfaatan 100 jam/semester dan kenyataanya 50 jam/semester maka utilisasi adalah:
= 0.50 atau 50 %
Ini membicarakan gambaran keseluruhan, angka ini tidak berbicara tentang :
1. Banyak siswa yang memanfaatkan alat tersebut.
2. Kegiatan belajar apa yang dilakukan.
3. Apakah waktu 50 jam semata – mata untuk praktek.
4. Apakah waktu praktikum 50 jam sesuai dengan tujuan yang ditetapkan.
Selanjutnya penyebab rendahnya utilisasi adalah :
1. Berkurang / bertambahnya jurusan yang dibuka.
2. Kesukaran mengatur jam praktek dan teori dimana satu mata pelajaran dengan yang lainya berbeda.
Menurut Davies (1980) faktor utilisasi adalah perbandingan antara aktifitas (actifity) dengan kapasitas ruangan (capability). Jadi utilitas peralatan pada lembaga pendidikan berarti seberapa besar pemanfaatan alat untuk kegiatan belajar mengajar. Lebih tegasnya utilisasi alat berarti perbandingan seberapa besar alat telah dipergunakan / dimanfaatkan dibanding dengan daya tampungnya.
Banyak faktor yang mempengaruhi, diantaranya dalam menentukan satuan waktu yang dipergunakan. Menurut F. Barrow (1983) (Barrow adalah Tenaga ahli Bank Dunia tahun 80\-an untuk proyek Pendidikan Kejuruan di Indonesia) dalam buletinya mengemukakan bahwa utulisasi fasilitas tergantung pada 3 hal :
– Periode / jumlah jam pemakaian peralatan perminggu.
– Jumlah siswa yang menggunakan fasilitas perminggu.
– Jenis kegiatan yang berlangsung.
Dalam hubungan diatas, bila dalam seminggu fasilitas dirancanakan 40 periode, kenyataan 27 periode maka dinyatakan utilisasinya 27 / 40 = 0.65 atau 65%. Agar dapat dikatakan suatu ruangan telah dimanfaatkan secara (full utilized), maka ruangan itu harus dipergunakan sesuai dengan kapasitas dan fungsinya.
Utilisasi ruangan dan peralatan didalamnya hanyalah sebagian dari utilisasi sumber belajar. Secara garis besar ada 4 faktor yang dapat dilihat dan dihitung yaitu ruangan, peralatan, guru, dan siswa. Dengan demikian, agar sumber belajar dapa termanfaatkan dengan baik maka pemanfaatan peralatan dan ruangnany juga harus dioptimalkan terlebih dahulu.



EVALUASI BERBASIS TUJUAN
Oktober 16, 2009, 3:30 am
Filed under: EVALUASI PROGRAM DAN LEMBAGA, MONEV, PENGUKURAN (MEASUREMENT)

EVALUASI BERBASIS TUJUAN
by Wakhinuddin

Pada umumnya suatu program menetapkan dulu tujuan-tujuan progamnya. Tujuan ini sering disampaikan pada perencanaan awal program, dan merupakan usaha-usaha yang akan dilaksanakan dan terukur, yang diturunkan dari misi organisasi tersebut, dan biasanya tujuan suatu program terukur.
Evaluasi berbasis tujuan merupakan penilaian tingkat mana program telah mencapai tujuannya. Pertanyaan untuk saudara jawab sendiri, ketika merancang suatu evaluasi untuk mengungkapkan apa tujuan tercapai:
1. Bagaimana tujuan program dicapai?
2. Apa proses efektif?
3. Apakah status perkembangan program mengarah kepada pencapaian tujuan?
4. Apakah tujuan dicapai sesuai jadwal waktu perencanaan implementasi program? Jika tidak, kenapa?
5. Apakah personil mempunyai kelayakan sumber-sumber/potensi (uang, perlengkapan, fasilitas, pelatihan, dan lainnya) untuk mencapai prestasi tujuan?
6. Apa yang harus diprioritaskan diubah untuk mencapai lebih focus mencapai prestasi tujuan? (Tergantung pada konteks, pertanyaan ini lebih cenderung menilai keputusan manajemen program, daripada pertanyaan eveluasi program)
7. Apakah jadwal berubah (hati-hati tentang perubahan jadwal ini – cari tahu kenapa diubah)?
8. Bagaimana tujuan diubah (hati-hati tentang perubahan ini – tahu kenapa tidak mencapai tujuan)? Apakah beberapa tujuan ditambah atau dikurangi? Kenapa?
9. Bagaimana tujuan disusun untuk masa depan?



PENSKALAAN (SCALING)
Oktober 12, 2009, 5:40 am
Filed under: MONEV, PENGUKURAN (MEASUREMENT)

PENSKALAAN
by Wakhinuddin

Skala adalah seperangkat lambang atau angka yang dibuat sehingga melalui aturan lambang atau angka itu dapat ditempatkan posisi individu atau perilaku yang menjadi sasaran penggunaan skala. Selanjutnya, dapat dikatakan penskalaan (scaling) adalah suatu pengukuran kontinum pada suatu objek, person, atau peristiwa. Sehingga, penskalaan adalah prosedur dalam menentukan letak stimulus atau respon pada suatu garis kontinum. Dengan demikian dapat dikatakan, penskalaan merupakan fasilitas yang sengaja dibuat untuk menghasilkan angka pada kontinum, dan ini dapat dijadikan sekor bagi siswa.
Skala mempunyai informasi, semakin besar informasi yang diberikan semakin tinggi level skalanya, level skala terrendah sampai tertinggi dapat diurut sebagai berikut: skala nominal, skala ordinal, skala interval dan skala rasio. Bila ditinjau dari orientasi pengukuran skala dapat dibagi atas pendekatan sitimulus, pendekatan respons, dan pendekatan subjek. Pendekatan orientasi berpusat pada respons sesuai dengan karakteristik penskalaan penelitian. Karakteristik itu adalah jawaban yang disusun bertingkat, dimulai dari butir jawaban rendah hingga ke butir jawaban tinggi. Prosedur yang demikian dikenal dengan penskalaan Guttman (analisis skalogram). Jika siswa dapat mengerjakan salah satu aktivitas, maka aktivitas yang lebih rendah semestinya dapat juga dikerjakannya.
Dalam proses pengukuran menggunakan skala, yang terjadi adalah skala sebagai stimulus dan mengharapkan ada respons (jawaban) dari siswa atau penilai. Respons dari siswa disebut pengukuran langsung (direct), sedangkan respons melalui penilai (juri) disebut pengukuran tidak langsung (indirect).
Skala pada penelitian ini pada awalnya memakai level rasio, karena memakai bilangan nyata (real-number), skala ini sesuai dengan keadaan sesungguh bahwa siswa yang tidak mempunyai kompetensi dinilai dengan angka nol (0). Dalam kondisi demikian, penilai (juri) harus memberhentikan siswa tampil, bila tidak diberhentikan siswa dapat merusak komponen mesin. Secara numerik dapat dikatakan pemakaian angka nol (0) adalah suatu kewajaran, sebab garis kontinum dimana sajapun berada tetap dimulai dari angka nol; bahkan tidak wajar bila dimulai dari angka bukan nol.
Namun Lee J. Cronbach (dalam Randall E. Schumacker), tidak percaya suatu skala pengukuran mempunyai titik nilai absolut. Seiring dengan itu, opini Cronbach tentang model Rasch menyebut data ‘kotor’ (messy). Kritik ini terutama diarahkan kepada pengukuran unidimensi suatu variabel (faktor), Cronbach mempunyai persepsi bahwa suatu suatu faktor memiliki multidimensi. Peneliti menyolang pendapat Cronbach, karena teknik analisis statistik kecocokan (X2) dan analisis faktor (analisis komponen utama) dapat mendeteksi residu data.
Pada proses pengolahan data, karena mempertimbangkan angka tujuh (7) sebagai kriteria batas lulus pada mata pelajaran produktif di SMK, maka level skala dibuat menjadi ordinal, yang dikategorikan atas empat kelompok kompetensi; kategori pertama siswa tidak kompeten, kategori kedua siswa kurang kompetensi, kategori ketiga siswa mempunyai kompetensi minimal, kategori keempat siswa mempunyai kompetensi bagus.