Wakhinuddin’s Weblog


Pembelajaran Component Display Theory
Juni 26, 2013, 1:53 am
Filed under: EVALUASI HASIL BELAJAR, Materi Ajar, Pembelajaran, Pendidikan Kejuruan

Pembelajaran Component Display Theory
Oleh
Dr. Wakhinuddin S.

Pembelajarn Component Display Theory (CDT) adalah kerangka mengidentifikasi komponen-komponen pembelajaran untuk berbagai jenis tujuan pembelajaran. Pada model pembelajaran component display theory (CDT), hasil belajar diklasifikasikan atas dua dimensi, yaitu: dimensi unjuk-kerja dan dimensi isi. Klasifikasi ini diterapkan dalam belajar domain kognitif. Dimensi tingkat unjuk kerja terdiri atas tiga bagian, yaitu: mengingat, menggunakan dan menemukan, dan dimensi isi pembelajaran dibedakan atas empat bagian, yaitu: fakta, konsep, prosedur dan Prinsip.
Prinsip yang mendasari pembelajaran Merrill didasarkan pada asumsi kondisi pendekatan pembelajaran Gagne (Joyce, 2009:122-123), yaitu ada berbagai jenis hasil belajar dan masing-masing jenis hasil belajar tersebut membutuhkan kondisi yang unik untuk belajar. Hasil belajar dapat berupa : keterampilan intelektual, siasat kognitif, informasi verbal, keterampilan motoris, dan sikap (Munandir, 1990:355).
Tabel 1: Komponen teori tampilan komponen

Dimensi isi
Fakta Konsep Prosedur Prinsip
Dimensi Level
Unjuk Kerja Mengingat
Menggunakan
Menemukan

Isi merupakan materi ajar dalam empat bentuk, yaitu: Fakta adalah informasi yang dihubungkan kenyataan, dapat diungkapkan melalui: menyebutkan nama, kapan, dimana, berapa. Apakah kompetensi dasar (KD) berupa mengingat fakta? Kata kuncinya: nama, jenis, dan jumlah. Konsep merupakan abstraksi dari suatu peristiwa, lambang, dan objek dengan berbagai karakteristik, dan dikenal dengan namanya. Apakah KD mengemukan suatu definisi? Kata kuncinya: definisi, klasifikasi, identifikasi, dan cirri-ciri. Prosedur adalah langkah-langkah yang berurutan untuk memecahkan suatu masalah atau untuk memenuhi suatu tujuan. Apakah menjelaskan langkah-langkah? Atau mengerjakan sesuatu sesuai prosedur. Dengan kata lain mengerjakan sesuatu dengan langkah-langkah tertentu. Kata kunci: langkah-langkah mengerjakan tugas secara prosedural. Prinsip membahas hubungan sebab – akibat maupun hubungan. Prinsip berupa penerapan dalil, hukum, atau rumus, hubungan antar variable. KD berupa menjelaskan hubungan berbagai sebab – akibat. Kata kunci : hubungan, sebab – akibat, jika… maka…
Unjuk kerja adalah usaha siswa untuk mengingat, menggunakan, dan menemukan. Unjuk kerja diklasifikasikan atas ingatan sebagai tingkat yang paling sederhana, menemukan suatu yang paling dutamakan. Ada tiga jenis unjuk kerja, yaitu: Ingatan – siswa diminta mengingat informasi dari suatu kejadian, Penggunaan – siswa langsung memakai informasi pada kasus tertentu. Penemuan – siswa menggunakan informasi untuk menjelaskan konsep, prinsip.
Unjuk kerja adalah cara di mana siswa berperilaku sebagaimana isi. Mengingat – siswa perlu mencari dan mengingat dari memori pengalaman tertentu atau informasi; Menggunakan – siswa secara langsung menerapkan informasi untuk kasus tertentu; Menemukan – siswa menggunakan informasi tersebut untuk mendapatkan abstraksi baru (konsep, prinsip, dll).
Matriks (tabel 1) di atas, untuk menentukan tingkat kinerja yang dibutuhkan untuk ruang lingkup isi pembelajaran. Untuk setiap kategori, ada dalam matriks tersebut, dan merupakan kombinasi dari bentuk-bentuk presentasi primer dan sekunder yang akan memberikan akuisisi yang paling efektif dan efisien keterampilan dan pengetahuan yang tersedia.
Pembelajaran CDT (Merrill) membuat belajar lebih efektif, bila semua komponen-komponen (sel-sel) tersebut berisi. Jadi, pembelajaran yang lengkap akan terdiri dari tujuan, diikuti kombinasi dari peraturan-peraturan, contoh, ingatan, praktek, umpan balik, bantuan, dan mnemonik yang sesuai dengan materi ajar.



HDI INDONESIA
Juni 24, 2013, 3:14 pm
Filed under: PENELITIAN, PENGUKURAN (MEASUREMENT)

HDI Indonesia dari tahun 1984-sekarang
(laporan UNDP)

HDI Indonesia

Human Development Indexs (HDI), Indonesia ranking ke 142 dari 187 negara sampel, dari tahun 1984 s/d sekarang dari laporkan UNDP



PHOTO MONEV SM3T TAPAK TUAN KAB. ACEH SELATAN
Juni 17, 2013, 5:58 am
Filed under: MONEV

FOTO MONEV SM3T TAPAK TUAN, ACEH SELATAN.
TPK21 ACARA MONEV SM3T
TPK21TPK 21 SMT3



MONEV SM3 T KABAS (MID TERM REPORT SM3T KABUPATEN ACEH SELATAN / BAB 2)
Juni 12, 2013, 8:29 am
Filed under: EVALUASI PROGRAM DAN LEMBAGA, MONEV

BAB II.
KONDISI OBJEKTIF DAERAH SASARAN

A. Kondisi Geografis

1. Aceh selatan
Aceh Selatan, sebuah kabupaten pantai di Provinsi Nanggroe Aceh Darussalam dengan panorama alam mempesona. Perbukitan yang sambung-menyambung dalam gugusan bukit barisan, teluk dan lautnya yang biru. Kaya akan sumber daya, dengan keragaman kesenian tradisional dan memiliki legenda yang menarik.

Gambar 1. Lambang Kabupaten Aceh Selatan Gambar 2. Peta lokasi Kabupaten Aceh Selatan

Aceh Selatan sebagai salah satu kabupaten di Provinsi Aceh. Letaknya berbatasan dengan Kabupaten Aceh Tenggara di sebelah utara dan Kabupaten Aceh Barat Daya di sebelah barat. Sedangkan di sebelah selatan berbatasan dengan Samudera Indonesia dan di sebelah timur berbatasan dengan Kota subulussalam dan Kabupaten Singkil. Letak astronomisnya antara 20 dan 40 Lintang Utara dan antara 960 dan 980 Bujur Timur. Luas wilayah Aceh Selatan sebesar 6,91 persen dari total luas daratan Provinsi Aceh.

Kabupaten Aceh Selatan terdiri dari 16 Kecamatan dan 248 desa. Kecamatan yang berbatasan dengan Kota Subulussalam di sisi selatan yaitu Kecamatan Trumon Timur dan Kecamatan Labuhan Haji barat yang berbatasan dengan Kabupaten Aceh Barat Daya di sisi utara.

Suhu udara di Aceh Selatan berkisar antara 28-340C pada tahun 2009. Tempat-tempat yang letaknya berdekatan dengan pantai mempunyai suhu udara yang relatif tinggi Sementara tingkat curah hujan di Aceh Selatan berkisar antara 200-370 mm/tahun. Kecepatan angin di Aceh Selatan berkisar antara 90-140 knot

2) Batas Administrasi

Garis Bujur : 95 00′ – 95 08′ BT
Garis Lintang : 05 02′ – 05 08′ LS

Gambar 3. Peta Kabupaten Aceh Selatan

Perbatasan Utara : Selat Malaka / Kota Banda Aceh
Perbatasan Selatan : Kabupaten Aceh Jaya
Perbatasan Timur : Kabupaten Pidie
Perbatasan Barat : Samudra Hindia

1) Pemerintahan
Nama Bupati : Tgk. Husin Yusuf, A.Ma
Nama Ibukota : Tapaktuan
Luas Wilayah : 4.1350 Km
Jumlah Penduduk : 296.305 jiwa
Jumlah Desa : 364 Desa
Jumlah Kelurahan : 11 Kelurahan
Jumlah Kecamatan : 16 Kecamatan

2) Kecamatan
1) Labuhan Haji Barat
2) Labuhan Haji
3) Labuhan Haji Timur
4) Meukek
5) Sawang
6) Sama Dua
7) Tapak Tuan
8) Pasie Raja
9) Kluet Utara
10) Kluet Tengah
11) Kluet Timur
12) Kluet Selatan
13) Trumon
14) Trumon Timur
15) Trumon Tengah
16) Bakongan
17) Bakongan Timur

2. SMP N 3 TRUMON TIMUR
SMP N 3 TRUMON TIMUR terletak di Gampong atau desa Kapa seusak Kecamatan Trumon Timur, Aceh Selatan. Sekolah ini merupakan sekolah baru dibangun tahun 2002 sesuai dengan SK Depdiknas Kanwail Propinsi Daerah istimewa Aceh tertangga 5 september Tahun 2002 akan tetapi seiring dengan perkembangan daerah yang mana kecamatan trumon timur
Dilihat dari lokasi/letak Geografis SMPN 3 TRUMON TIMUR termasuk sekolah yang strategis karena berada ditengah desa desa yang ada di kecamatan trumon timur dan terletak ± 150 m dari jalan raya Tapaktuan-Medan, Sehingga peserta didik yang ada di kecamatan ini dapat menjangkau sekolah dengan berjalan kaki dan juga menggunakan kendaraan roda dua maupun Bus sekolah yang telah disediakan Pemda setempat.
Disamping itu, karena Posisi gedung sekolah yang berada agak jauh dari pemukiman rumah penduduk juga sangat membantu menciptakan suasana yang nyaman dalam melakukan proses belajar mengajar karena suara bising dari aktifitas keseharian penduduk tidak dapat didengar di lingkungan sekolah.

Adapun Batas-batas geografis sekolah tersebut adalah sebagai berikut:
Sebelah Timur : Berbatas dengan jalan Gampong menuju ke perkebunan sawit penduduk.
Sebelah Barat : Berbatas denga Perkebunan Sawit penduduk
Sebelah Utara : Berbatasan dengan Perkebunan sawit penduduk
Selatan : Berbatas dengan Perkebunan kakao Penduduk

Rute perjalanan menuju lokasi sekolah ini tidak sulit karena terlatak dipusat kota kecamatan. Keadaan jalanan disekitar sekolah sudah beraspal. Transportasi yang digunakan siswa yang rumahnya jauh dari sekolah biasanya pada pagi hari menaiki Bus Sekolah milik PEMDA dan sebagian lagi memakai kendaraan bermotor pribadi dan juga bersepeda Angin. Hal ini disebabkan karna didaerah ini tidak ada kendaraan angkutan umum seperti angkot ataupun ojek.

B. Kondisi Demografis
1. Aceh Selatan

Kabupaten Aceh Selatan merupakan salah satu wilayah yang didiami oleh masyarakat Asli Aceh dan Juga para perantau yang sudah menjadi warga dan penduduk aceh sendri, sebutan untuk para perantau tersebut dikenal dengan Aneuk jame dengan Bahasa pengantar Aneuk Jame seperti bahasa Minangkabau, hal itu diakui oleh para Aneuk Jame bahwasanya Mereka merupakan para perantau yang telah bermukim di daerah ini sejak abad ke-15. Walau sudah tidak lagi menggunakan sistem adat matrilineal, namun mereka masih menggunakan Bahasa Minangkabau dialek Aceh (Bahasa Aneuk Jamee) dalam percakapan sehari-hari.
Komposisi penduduk Aceh Selatan didominasi oleh penduduk usia sekolah (7-19 tahun). Dari piramida penduduk tersebut dapat dilihat bahwa penduduk usia 0-4 tahun lebih kecil dari penduduk usia 5-9 tahun yang berarti tingkat pertumbuhan penduduk yang lebih rendah dibanding sebelumnya. Hal tersebut menunjukkan bahwa pada tahun 2009 pemerintah berhasil menurunkan tingkat pertumbuhan penduduk.

Jumlah penduduk Aceh Selatan mencapai 188.909 jiwa pada tahun 2005. Angka ini terus meningkat sampai pada pertengahan tahun 2009 yang mencapai 211.564 jiwa. Tingkat pertumbuhan penduduk yang paling pesat terjadi tahun 2005 ke 2006 yang mencapai 7,91 persen. Pada kurun waktu 2004-2005 tingkat pertumbuhan penduduk bernilai negatif, ini artinya bahwa pada kurun waktu tersebut jumlah penduduknya mengalami penurunan.

Dengan luas wilayah sekitar 4005,10 km2, setiap km2 ditempati penduduk sebanyak 53 orang pada tahun 2009. Dari tahun ke tahun kepadatan penduduk di Aceh Selatan mengalami peningkatan yaitu dari 47 jiwa per km2 pada 2005 menjadi 53 jiwa per km2 pada 2009. Secara umum jumlah penduduk perempuan lebih banyak dibandingkan jumlah penduduk laki-laki. Hal ini dapat ditunjukkan oleh sex ratio yang nilainya lebih kecil dari 100 pada tahun 2009, artinya untuk setiap 100 penduduk perempuan terdapat 96 penduduk laki-laki.

C. Kondisi Sosial, Ekonomi, dan Budaya
1) Kondisi Sosial dan Budaya
Persebaran dan asal penduduk asli Aceh Selatan dari mana asalnya tidak pernah diketahui secara pasti. menurut legenda di masyarakat di Aceh Selatan ada makhluk yang di sebut dengan Manteu. Ciri-ciri makhluk ini mirip dengan manusia tanpa busana dengan tubuh ditutupi bulu tebal. Makhluk ini memiliki bentuk tubuh kecil. Besar kemungkinan makhluk ini adalah penghuni tua wilayah Aceh Selatan dan merupakan suku terasing yang menghuni rimba Aceh Selatan sampai ke pelosok Aceh Tenggara. Sumber lain menyatakan bahwa suku Manteu ini memeluk agama Islam dan menetap di hutan belantara hampir ke perbatasan Aceh Tengah dan Aceh Tenggara.
Tentang Manteu juga di singgung oleh seorang penulis Belanda bernama Van Langen dalam bukunya Atjehsch Staatsbestuur dan dikomentari oleh Prof. Dr.C. Snock Hurgronje (1857-1936) dalam bukunya De Atjehers. Menurut Snock bahwa kata Manteu atau mantra beliau menyamakan dengan suku Dayak yang hidup di daerah pedalaman Kalimantan, letak penduduk suku Dayak sangat jauh ke pelosok dan sangat sulit di jangkau dalam perjalanan sehari oleh orang luar.
Menurut cerita dari orang tua pernah suatu waktu sepasang suami isteri dari suku Manteu ini ditangkap oleh masyarakat dan dibawa ke hadapan Sultan Aceh. Dengan berbagai cara, makhluk ini diajak bicara tetapi mereka tidak bersedia memberikan informasi tentang keberadaan mereka. Selain penduduk asli yang disebutkan di atas wilayah Aceh Selatan juga di datangi oleh orang-orang migran dari luar. Menurut literatur yang ada para migran dari luar tersebut tiba di Aceh Selatan sudah memeluk satu agama yaitu Islam. Mereka datang dari berbagai daerah yang ada di Aceh sendiri dan dari daerah lain di Nusantara, yakni orang Aceh, Melayu, Gayo, Alas, Minangkabau, Batak, dan Nias.
Umumnya masyarakat Aceh Selatan lebih dikenal dengan istilah etnik Aneuk Jamee dalam bahasa Indonesia bermakna etnik tetamu pendatang karena masyarakat Aceh Selatan bukan penduduk asli.
Pada masa sebelum kemerdekaaan Indonesia, golongan Datuk dan kerabatnya adalah golongan tertinggi dalam lapisan masyarakat kemudian golongan Uleebbalang dan kaum Ulama berada pada lapisan kedua sedangkan lapiasan paling bawah adalah rakyat biasa. Pada masa setlah kemerdekaan Indonesia pola pelapisan status sosial berubah, golongan sosial masyarakat berdasarkan kekayaan, pendidikan, dan, kekuasaan tidak lagi ditentukan oleh garis keturunan.
Pola pelapisan sosial ini berubah seiring dengan perkembangan zaman seiring dengan masyarakat telah memperoleh pendidikan dan sistem yang berlaku dalam masyarakat bukan pelapisan sosial tertutup sehingga masyarakat dapat dengan mudah untuk mengubah status sosial mereka. Golongan yang berada diatas adalah mereka yang patut untuk dijadikan sebagai pemimpin dan pemikiran berdasarkan keturunan tetapi tidak mampu memegang amanat yang diembannya ditakutkan oleh masyarakat akan membawa kehancuran bagi Bentuk kesatuan hidup masyarakat terkecil bagi penduduk aneuk jamee disebut kampung. Tiap kampung ditandai dengan sebuah surau atau meunasah, jika disitu tidak terdapat mesjid. Surau menjadi sarana beribadah disamping sebagai pusat kegiatan kampung seperti tempat bermusyawarah dan penyelesaian masalah yang dihadapi oleh kampung tersebut.
Setelah Indonesia merdeka setiap kampung dikepalai oleh seorang kepala desa dalam bahasa aceh dikenal dengan nama “kechik”. Selain itu seorang “kechik” juga berfungsi sebagai pemimpin adat, juga terdapat pemimpin lain dalam masyarakat yang bertugas mendampingi “kechik” dalam kegiatan sehari-hari. Pemimpin tersebut antara lain “Teungku Meunasah” dan ”Ketua Pemuda”. Teungku Meunasah selain bertugas sebagai imam mesjid, kadangkala juga bertindak sebagai qadhi yang mendampingi kantor urusan agama kecamatan (kuakec). Ketuda pemuda adalah seorang yang memimpin para pemuda kampung dan menggerakkan para pemuda untuk bergotong-royong ketika ada acara kepemudaan, pesta perkawinan dan kematian.

2) Kondisi Ekonomi
a) Pertanian
Produksi padi di Kabupaten Aceh Selatan selama periode 2007-2009, terus mengalami penurunan. Penurunan yang cukup signifikan terjadi pada tahun 2008 yang semula mencapai 94.252,26 ton menjadi 69.783,91. Kemudian mengalami penurunan kembali di tahun berikutnya menjadi 67.426,61 ton pada tahun 2009. Hal ini terjadi karena berkurangnya luas panen padi dalam tiga tahun tersebut. Penurunan produksi padi tersebut tidak mempengaruhi produktivitas padi di Aceh Selatan sebab selama tiga tahun tersebut nilai produktivitas padi relatif tidak mengalami perubahan yang signifikan.

Produktivitas tanaman palawija yang perkembangannya sangat pesat selama kurun waktu 2007-2009 di Kabupaten Aceh Selatan adalah ubi kayu. Peningkatan yang sangat pesat terjadi pada tahun 2008 menuju tahun 2009 yaitu mengalami kenaikan sebesar 7,46. Sementara untuk tanaman palawija yang lainnya yang ada di Aceh Selatan juga rata-rata mengalami peningkatan nilai produktivitas selama periode 2007-2009, namun peningkatannya tidak terlalu signifikan.
b) Perikanan
a. Darat : Tambak 18,82 ha,Kolam 24,83 ha,Sawah 0,70 ha.
b. Laut/Danau/Sungai : 30.000 ton (potensi ikan Laut Aceh Selatan) Potensi laut tomborial (12 mil), Potensi ZEE s/d 200.000 ton, Jumlah Nelayan 16.173, Jumlah Armada penangkapan 3.031 unit (besar dan kecil).
c) Potensi Alam
Perkebunan : Pala 8.507 ha, Kelapa sawit 20.363,8 ha, Karet 7.529,5 ha, Nilam1.910 ha, Kopi 2.381 ha, Kelapa 2.432 ha
Pertanian & Holtikultura : Tehnis 7.822 ha, Semi Tehnis 6.251 ha, Non Tehnis 19.084
Kehutanan : Hutan Produksi,119.500 ha, Hutan Lindung 101.650 ha

d) Pariwisata
1. Air Terjun Tujuh Tingkat dengan keajaiban alamnya
2. Pantai Air Dingin
3. Pantai Batu Berlayar

e) Wisata Spiritual
1. Kuburan Tpk.Tuan
2. Gunung Lampu
3. Perkuburan Raja Trumon
4. Kuburan Tgk. Syech

D. Kondisi Pendidikan
1. Gambaran Umum Pendidikan Di Aceh Selatan
Secara umum kondisi pendidikan terutama pendidikan dasar dan menengah di Aceh selatan sudah mendapat perhatian dari pemda setempat hal ini dapat dilihat dari bangunan pisik dan juga bantuan beasiswa untuk siswa miskin dan anak yatim yang terus diberikan demi kelanjutan pendidikan siswa yang kurang mampu atau yatim tersebut. Akan tetapi yang menjadi permasalahan barangkali dari sisi tenaga guru yang menurut pengamatan kami masih sangat kurang sekali kalaupun ada tenaga honorer maka itupun belum dapat mengatasi kekurangan tersebut, disamping kualifikasinya yang belum memadai dan distribusi yang tidak seimbang (unbalanced distribution), kualifikasi di bawah standar (under qualification), kurang kompeten (low competencies), serta ketidaksesuaian antara kualifikasi pendidikan dengan bidang yang diampu (mismatched) membuat hasil pendidikan belum sepenuhnya menjalankan standar Proses.
Hal tersebut diatas tambah diperburuk lagi dengan kurangnya motivasi dari orang tua/wali siswa untuk menyokong pelaksanaan pendidikan tersebut tentunya dengan berbagai macam alasan yang yang berbeda-beda antara satu dengan lainnya. Hal ini penulis amati dari adanya fenomena 1) rendahnya kemampuan siswa dalam menyerap materi yang telah disampaikan sebelumnya sehingga setiap diadakan ulangan harian lebih dari 50% siswa belum bisa mencapai kriteria Ketuntasan Minimal KD yang di ujikan , 2) masih ada siswa yang kehadiranya dalam mengikuti PBM kurang dari 80% dari jam tatap muka yang direncanakan.
Disamping itu tradisi atau kebiasaan masyarakat yang penuh dengan jiwa persatuan dan sosial yang tinggi dalam komunitasnya terkandang dapat mempengaruhi kegiatan PBM disekolah, misalnya kegiatan perayaan Keagamaan yang melibatkan siswa pada saat jam efektif PBM harus diikuti siswa tersebut dan berakibat meninggalkan bangku pelajaran.

2. Profil Lengkap Sekolah
1. Nama Sekolah
2. Alamat Sekolah

3. Nama Kepala Sekolah
4. Tahun didirikan/Th.Beroperasi
5. Kepemilikan Tanah/Bangunan
: SMP N 3 Trumon Timur
: Jalan Tapaktuan- Medan
: desa kappa seusak
: (Kabupaten) Aceh Selatan
: (Propinsi) Aceh
: Hamdi Razak, S.Pd
: 2001
: Milik Pemerintah/ yang dibeli oleh warga kappa seusak

3. Data Jumlah Guru SMP N 2 TRUMON TIMUR
NO NAMA GURU STATUS T.P JABATAN GURU
1 HAMDI RAZAK, S.Pd PNS SI Kepsek

3 ZULFAHNUR, S.Pd.i PNS SI Guru bidang studi IPA dan w.k Kurikulum
4 ISWADI, S.Pd PNS SI Bidang Studi Matematika dan B.Aceh, Pembina Osis dan Wali kelas
5 ASMARA HASYIMI Honorer Diploma Guru bidang studi bahasa inggris dan Wali Kelas
6 ZAJULI, S.Pd.i Honorer S1 Guru bidang studi agama islam dan Wali Kelas
7 LEVY ARI PRAMANA,S.Pd SM3T SI Guru bidang studi penjaskes, kesenian, bahasa Indonesia dan wali kelas VIIIb
8 RAHMI NOVERIA.S.Pd SM3T SI Guru bidang studi IPS dan Wali Kelas
9 SAFARUL JAMAL PNS. TU Diploma Tata usaha dan Bendahara Sekolah

Tujuh orang guru bidang dan satu tata usaha. Masing- masing guru bidang studi ada yang merangkap bidang studi lain dan jabatan Wakil kurikulum,Wali kelas. Jumlah dewan guru dan kepala sekolah berjumlah sembilan orang diantaranya : satu kepala sekolah sekolah, tujuh guru kelas dan satu tata usaha.

4. Data keadaan Peserta Didik T.P 2011/2012
Berdasarkan data resmi di buku induk dan mutasi siswa SMP N 3 TRUMON TIMUR jumlah peserta didik yang saat ini terdaftar dan aktif mengikuti PBM adalah sebanyak 121 orang dari kelas VII s.d kelas IX dengan jumlah Rombangan Belajar (Rombel) sebanyak 5 Rombel. Berikut ini merupakan rincian jumlah siswa dan pesebarannya menurut

No Kelas Rombel Jmlh Siswa Total Jumlah
lk Pr
1. VII 2 Rombel dengan rincian:

Rombel 1
Rombel 2

27 orang
25 orang

2 VIII 2 Rombel
Dengan rincian:

Rombel 1
Rombel 2

23 orang
20 orang

3 IX 1 Rombel
Dengan rincian:

Rombel 1

26 orang

Total Jumlah Keseluruhan 121 orang
kelas dan jenis kelaminnya:

5. Data Ruangan Belajar
No Nama Ruang Jumlah Rombel Jumlah Ruang Belajar Ket
1 Ruang Belajar Kelas VII 2 2
2 Ruang Belajar Kelas VIII 2 2
3 Ruang Belajar Kelas IX 1 1
Jumlah Total 5 5

Jumlah ruang belajar yang bisa di katakan layak hanya dua lokal saja yaitu lokal kelas satu yang terdiri dari dua lokal, sementara kelas 2 dan kelas tiga kelasnya kurang layak, karena lantainya cuman baru sekedar semen kasar dan lotengnya sudah mulai lapuk.

6. Data Ruang Lainnya
No Jenis Ruang Jumlah Ukuran Kondisi
1 Perpustakaan -1 – Kurang layak
2 Lab. IPA — – –
3 Lab. Komputer – – –
4 Keterampilan — – –
5 Mushalla – – –
6 Ruang osis – – –
7 UKS – – –
8 Aula – – –
9 Gudang -1 – Kurang layak-
10 Asrama guru -2 — Cukup layak
11 WC Guru -1 – -Tidak layak
12 WC Siswa – – –

7. Alat dan Media Pembelajaran
No Nama Alat/media Jumlah/jenis keadaan Keterangan
1 Komputer 1 komputer Baik
2 LCD Proyektor 1 buah Baik
3 Alat Kesenian 10 buah Baik
4 Alat/media Pembelajaran Penjas Cukup lengkap Baik
5 Alat/Media Pembelajaran IPA Cukup lengkap: Kit IPA, Media gambar dan CD Pembelajaran Cukup baik
6 Alat/Media Pembelajaran IPS Cukup lengkap,globe dan CD Pembelajaran Cukup Baik
7 Alat/Media Pembelajaran MTK Cukup Lengkap Cukup Baik
8. Koleksi Buku Perpustakaan :
No Jenis Buku Keadaan
1 Buku Pelajaran Cukup Lengkap
2 Buku Pengetahuan umum Cukup Lengkap

9. Fasilitas Ruang Laboratorium dan Rung guru :
No Jenis ruang jumlah Keadaan
C CB KB TB
1 Lab. IPA 1 CB
2 Lab. Bahasa
3 Lab. Komputer
4 Lab. Audio Visual
5 Ruang Kelas 5 KB
6 Ruang keteramPilan
7 Ruang Perpustakaan 1 KB
8 Ruang Kepala Sekolah 1 KB
9 Ruang Wakil Kepala
10 Ruang Guru 1 KB
11 Ruang tata Usaha 1 KB
12 Kamar Kecil Siswa –
L3 Kamar Kecil Guru 1 TB
14 Kamar Kecil Kepsek –

C : Cukup
CB : Cukup Baik
KB : Kurang Baik
TB : Tidak Baik

Dapat diambil kesimpulan bahwa keadaan fasilitas ruang sekolah dapat di katakan cukup baik, namun masih bany ak kekurangan fasilitas dan ruangan lainnya belum ada.
10. Cerita Monumental Waktu Mengabdi
Selama mengajar di daerah Sasaran SMPN 3 Trumon Timur, banyak pengalaman dan hal-hal baru yang di dapat diperoleh oleh penulis. Pengalaman itu ada suka maupun duka serta mengharukan yang dialami penulis selama ini. Namun semua itu adalah pengalaman yang sangat berharga dan tak terlupakan oleh penulis
Awal penulis datang ke sekolah sasaran rabu 17 oktober 2012 ke SMPN 3 Trumon Timur, kesan pertama yang penulis rasakan adalah tempat dan lokasi sekolah yang tidak terawat, sepi dan minim fasilitas, terutama lapangan di sekolah yang sangat pokok dalam proses kegiatan di sekolah, terutama untuk olahraga, upacara bendera dan kegiatan lainya, namun lapangan tersebut tidak seperti lapangan yang layaknya yang di miliki sekolah-sekolah pada umumnya. Keadaan Lapangan tersebutkan sangat menyedihkan, seperti melihat padang rumput yang luas dan di tumbuhi ilalang dan tempat penduduk mengembalakan kambingnya.Dalam hal ini penulis bersama kepala sekolah, guru-guru dan rekan penulis dari SM3T juga, mengusulkan untuk membenahi keadaan lapangan di sekolah, dan hasilnya lapangan itu sekarang sudah layak untuk di gunakan terutama untuk olahraga dan upacara bendera, walaupun belum sebagus dibanding dengan sekolah yang berada di pusat kecamatan.
Selain itu banyak hal- hal yang terjadi yang penulis alami, pada saat penulis pergi mandi pukul 6 pagi, dimana lokasi tempat mandi agak jauh dari pemukiman, dan harus melewati kebun sawit yang lumayan luas milik penduduk setempat, dan pada saat itu,ada segerombolan babi yang persis lewat di depan penulis, sehingga timbullah pada saat itu reaksi ketakutan dan kaget. Hal itu merupakan pengalaman yang tak terlupakan dan sekaligus menakutkan bagi penulis.
Dalam proses Belajar Mengajar Siswa SMPN 3 Trumon timur, masing-masing siswa menggunakan bahasa yang berbeda-beda diantaranya : bahasa Aceh, Bahasa Singkil, Bahasa Batak dan Bahasa jame ( bahasa pendatang dari daerah sumbar). Sehingga sering terjadi Miss Comunication dan susah menyatukan mereka dalam satu kelompok diskusi, karena mereka lebih cendrung menggunakan bahasa mereka sendiri. Dalam hal ini penulis berusaha menyatukan mereka dalam bahasa Indonesia.
Siswa- siswi SMPN 3 Trumon timur mereka lebih mempunyai kemampuna dalam bidang seni budaya dan Olahraga. Dalam bidang Olahraga yang telah diasuh secara maksimal yang telah menghasilkan prestasi yang membanggakan dalam seni bela diri yaitu Pencak silat, yang menjadi pemenang dan juara umum Se Aceh Selatan, dalam ajang O2SN tahun lalu. Dalam bidang Seni budaya yang penulis asuh sendiri, Penulis lebih melihat dan mengembangkan Kemampuan siswa dalam seni Tari. Penulis mengajarkan Tari dari Sumbar, dan siswa sangat cepat menguasai gerakan tari tersebut. Semua itu merupakan hal-hal yang mengesankan bagi penulis dan menjadi pengalaman yang menarik dan terlupakan oleh penulis selama bertugas di daerah sasaran SMPN 3 Trumon Timur Aceh Selatan.



FOKUS EVALUASI (Apa yang akan dinilai?)
Juni 8, 2013, 2:54 pm
Filed under: EVALUASI PROGRAM DAN LEMBAGA, MONEV

FOKUS EVELUASI
(Apa yang akan dinilai?)

Oleh
Dr. Wakhinuddin S

Batasan apa yang akan maksud dinilai. Ini tidak mudah tergantung atas bagaimana kejelasan batasan suatu program. Untuk contoh, anda berkeinginan mengevaluasi suatu program manajemen keuangan. Pikirkan tentang tujuan dan konten program. Apakah anda ingin menilai keseluruhan program atau hanya komponen utama program? Ringkasnya uraikan apa yang ingin dinilai – tujuan, hasil yang diharapkan (expected outcomes), ingin manfaat dan aktivitas. Apa yang direncanakan berkaitan antara ekstensi input dan keinginan hasil?
Usaha evaluasi seharusnya sesuai usaha program. Dalam beberapa hal, anda kemungkinan hanya berkeinginan mengungkapkan bagaimana komunitas merespon gaya mengajar, atau bagaimana kepuasan mereka dengan kejadian istimewa. Dalam hal lain, anda ingin mendokumentasikan perubahan tingkah laku atau pengaruh yang meminta lebih komprehensif dan tingkat usaha. Intinya mengikat evaluasi anda sesuai progran. Jangan berharap mengukur pengaruh dari bengkel atau perubahan perilaku dari usaha medium terbatas.
Ingat, tidak semua pekerjaan ekstensi membutuhkan evaluasi formal. Evaluasi formal membutuhkan waktu, keuangan, dan sumber daya. Kadang-kadang program kurang layak materi untuk dijamin suatu evaluasi formal, atau itu mungkin terlalu mahal untuk membuktikan kebutuhan pengaruh demonatrasi. Itu mungkin saja tidak salah ketertarikan dalam penemuan.
Kami juga membutuhkan pertimbangan mitra (clientele). Masyarakat dapat letih mengisi format isian (kuesioner) sampai ahkir sesi atau jawaban survey. Selektivitas, mempertimbangkan atau berpikir tentang apa dibutuhkan dan apa yang dibutuhkan dan apa akan digunakan.