Wakhinuddin’s Weblog


TRANSKRIP NOTULEN KEGIATAN FGD (contoh/template)
Mei 16, 2013, 3:41 pm
Filed under: Konsultan, PENELITIAN

TRANSKRIP
FGD KEBUTUHAN PELATIHAN DESAIN BORDIR DAN SULAMAN DI BALAI DIKLAT INDUSTRI REGIONAL II PADANG
KOTA ……………………………..

Wakhinuddin

Lokasi FGD :
Waktu FGD :
Jumlah Peserta FGD :

I. FGD di ……….
Kegiatan FGD pada BDI yang mengikuti kegiatan FGD tersebut adalah sebagai berikut :
No. Nama Umur Pekerjaan Nama Perusahaan (IKM)
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
13
14
15
16
17
18
19
20
21
22
23
24
25
26
27
28
29
30

II. Kegiatan :
Notulen : Assalamualaikum Wr.Wb.

Fasilitator : Assalamualaikum Wr.Wb.

Ibu ……. :

Bapak………. :

Komsiah : …………………….

Fasilitator :

Pak Ujang :

Sdr….. :



Data Kerusakan Akibat Gempa/Tsunami Kab. Aceh Selatan
Januari 8, 2013, 1:04 pm
Filed under: Konsultan, MONEV
Data Kerusakan Akibat Gempa/Tsunami 2007
Di Kabupaten Aceh Selatan Oleh Wakhinuddinm Tim Konsultan Tenaga Ahli Sosial,  PT. PPA – BRR, REKOMPAK, Tapaktuan
Data Kerusakan
No Nama Kecamatan Nama Desa Rumah Menasah Kantor Desa Ket
RB RS RR RR RS RR RB RS RR
1 2 3 4 5 6 7
1.  Sawang Bak U 12 36
2.  Ujung Padang 14 61 1
3.  Kuta Baro 3 20 54
4.  Simpang Tiga 4 38
5.  Bl. Geulinggang 41
6.  Meuligo 22 38
7.  Sawang I 8 10 40
1 Sawang 8.  Sawang II 3 57 1
9.  Ujung Karang 6 46 1 1
10. Lhok Pauh 25 86
11. Panton Luas 6 40 36
12. Trieng Meuduro Tunong 5 67
13. Trieng Meuduro Baroh 6 28
14. Sirkulat 9
15. Mutiara 1 67
Jumlah 109 70 704 0 3 0 0 1 0
1.   Blang Baru 2 24 30
2 2.   Kuta Iboh 14 34 10
3.   Kuta Trieng 24 1 0
Jumlah 16 82 40 0 2 0 0 0 0
1.   Seuleukat 20 20 40 1 1
2.   Sawah Tingkeum 21 67 30 1 1 1
3.   Simpang 121 1 1
3 Bakongan Timur 4.   Ladang Rimba 20 45 40 1 1
5.   Seubadeh 30 52 43 1 1
6.   Ujong Pulo Rayek 31 95 62 1 1
7.   Ujung Pulo Cut 14 62 19 1 1
Jumlah 257 341 234 6 1 1 6 1 0
1.   Ujung Mangki 4 15 25 1
2.   Keude Bakongan 204 244 1 1 1
3.   Gampong Baru 22 5 20 1
4.   Ujong Padang 13 10 1
5.   Gampong Drien 11 1
6.   Buket Gadeng 1
7.   Seuneubok Keuranji
4 Bakongan 8.   Rambong 8 1
9.   Ujong Gunung Rayeuk 1
10. Beutong 1 1
11. Jambo Keupok 10 13 1
12. Ujong Tanah 3 1
13. Ujung Tanoh
14. Seuneubok Alur Buloh
15. Alur Duamas
Jumlah 241 301 67 3 2 3 3 2 0
1.   Krueng Batee 8 11 2
2.   Pulo Paya 3 10 1
3.   Sigleng 2 1
4.   Ujung Tanoh 2 1
5 Trumon 5.   Kampong Teungoh 2 3 1
6.   Gunung Kapo 2 2 1
7.   Kuede Trumon 12 4 1
8.   Kuta Padang 9 1
9.   Teupin Tinggi 11 18 1
Jumlah 47 0 52 1 1 8 0 0


Mekanisme dan Sistem Kerja Konsultan
Agustus 19, 2012, 12:25 pm
Filed under: Konsultan, MONEV

Mekanisme dan Sistem Kerja Konsultan MONEV

Wakhinuddin

 

Mekanisme dan sistem kerja Konsultan dalam Pekerjaan Konsultan Independen Monitoring dan Evaluasi Program yang akan disampaikan dalam hal ini adalah usulan Konsultan terhadap pelaksanaan kegiatan agar dapat berjalan secara efektif, efesien dan sistematis. Fokus utama Konsultan adalah menyajikan metodologi pada “kegiatan-kegiatan pokok dalam pelaksanaan kegiatan” yang menurut pandangan konsultan sangat signifikan terhadap keseluruhan proses Pelaksanaan maupun keberhasilan monitoring dan evaluasi program yang dilaksanakan oleh Direktorat Pembinaan SMP.

 

Skema Pelaksanaan Pekerjaan

 

Seperti telah dijelaskan sebelumnya, bahwa lingkup kegiatan yang akan dilaksanakan oleh Konsultan adalah sebagai berikut :

 

  1. Melakukan kajian awal terhadap kebutuhan kegiatan terkait dengan tujuan, sasaran, dan mekanisme pelaksanaan dari berbagai sumber yang relevan atau aturan-aturan formal lainnya yang terkait.
  2. Menetapkan tolok ukur (indikator) keberhasilan yang akan dimonitor dan dievaluasi berdasarkan target atau sasaran yang telah ditetapkan.
  3. Mengembangkan berbagai alat bantu (tools) monitoring dan evaluasi untuk memperoleh data yang menggambarkan kondisi di lapangan, antara lain dapat berupa panduan observasi, kuesioner, format laporan, termasuk dalam memanfaatkan Sistem Informasi Pelaporan berbasis komputer.
  4. Melakukan sosialisasi dan pelatihan kepada Tim Monitoring dan Evaluasi dalam rangka koordinasi, pemahaman dan penyamaan persepsi terhadap program agar dapat diketahui dengan jelas tugas dan tanggungjawabnya dalam pelaksanaan pekerjaan.
  5. Melakukan kunjungan lapangan dan pengumpulan data-data yang diperlukan dari sumber-sumber yang telah ditetapkan, baik berupa data primer maupun data sekunder.
  6. Melakukan pengolahan dan analisis data dan kajian yang dapat digunakan untuk mengambil keputusan.
  7. Menyususn rekomendasi untuk meningkatkan kinerja atau hasil pelaksanaan kegiatan dalam rangka penyempurnaan pelaksanaan kegiatan berikutnya.

 

Pekerjaan ini akan dilaksanakan dalam jangka waktu 5 bulan, sehingga dalam skema pelaksanaan yang akan dilakukan oleh Konsultan dalam mengawal pekerjaan harus direncanakan dengan matang dengan tetap mempertimbangkan faktor-faktor yang berpengaruh dalam pelaksanaan pekerjaan nantinya dan keterbatasan waktu pelaksanaan yang hanya 5 bulan.



MONITORING DAN PENGUKURANNYA
Agustus 6, 2012, 4:00 pm
Filed under: Konsultan, MONEV

MONITORING DAN PENGUKURANNYA

Wakhinuddin

(Tim Monev PT. AP – Dir. Pembinaan SMP)

Kegiatan monitoring secara umum bertujuan untuk menjamin keberhasilan program dalam mencapai tujuan yang telah ditetapkan. Secara khusus tujuan monitoring adalah untuk :

  1. Mengetahui perkembangan pelaksanaan program dan permasalahannya di lapangan, serta upaya untuk pemecahan/penyelesaian masalah dalam rangka penyempurnaan dan pengambilan kebijakan selanjutnya.
  2. Melihat kinerja pelaksanaan program dari seluruh aspek (teknis, legalitas/administrasi dan keuangan) sebagai bahan untuk meningkatkan kinerja selanjutnya.

Dalam kegiatan monitoring ini, diperlukan tolok ukur/indikator kinerja yang akan dimonitor yang dikembangklan berdasarkan target-terget pencapaian tujuan dan sasaran yang telah ditetapkan. Dari indikator yang kembangkan tersebut, selanjutnya dalam proses monitoring akan dinilai apakah telah sesuai atau terjadi penyimpangan. Bila terjadi penyimpangan, maka perlu digali informasinya mengapa hal itu terjadi. Dari penilaian inilah kemudian timbul koreksi yang perlu dilakukan oleh para pelaksana dan pengambil kebijakan.

Tolok ukur/indikator kinerja adalah variabel yang dapat digunakan untuk mengevaluasi keadaan atau status dan memungkinkan dilakukannya pengukuran terhadap perubahan-perubahan yang terjadi dari waktu ke waktu. Indikator kinerja berperanan sentral didalam proses monitoring pelaksanaan program. Indikator kinerja yang akan dipantau yang dapat bersifat kuantitatif, tetapi bisa juga kualitatif, sehingga indikator mempunyai fungsi untuk :

  1. Memperjelas apa, bagaimana dan dimana yang akan diukur.
  2. Menciptakan kesepakatan/konsensus untuk menghindari interpretasi yang salah dan menghindarkan diskusi selama pelaksanaan kegiatan.
  3. Membangun dasar dalam pelaksanaan kegiatan dan merupakan acuan dalam penyusunan daftar pertanyaan/apa yang akan ditanyakan.

Dengan demikian, maka Indikator kinerja dapat menentukan :

  1. Kuantitas (jumlah dalam satuan ukuran seperti berat, panjang, lebar, isi).
  2. Kualitas (menunjukkan mutu seperti unggul, baik, buruk, dan sebagainya.).
  3. Target/kelompok sasaran (siapa yang akan dinilai, obyek yang akan diukur, biasanya merupakan sumber informasi).
  4. Waktu/periode (kapan dilakukan).
  5. Tempat (dimana akan dilakukan).

Secara khusus, Indikator harus memenuhi syarat sebagai berikut :

  1. Sesifik dan jelas bagi semua pembaca/tidak ada kemungkinan salah interpretasi.
  2. Dapat diukur secara obyektif, yaitu dua orang yang mengukur indikator mempunyai kesimpulan yang sama.
  3. Dapat dicapai, artinya indikator itu wajar sehingga dapat dicapai oleh kegiatan program dan menjelaskan bagaimana cara mengukurnya.
  4. Relevan/substantive, yaitu harus menangani aspek-aspek obyektif yang relevan.
  5. Harus mampu menangkap perubahan yang terjadi baik yang tangible (nyata, dapat diraba) maupun yang intangible (tidak nyata, abstrak).

Dalam pengembangan indikator kinerja, hal-hal yang harus diperhatikan adalah :

  1. Indikator jangan menjadi output kegiatan, karena indikator hanya merupakan alat ukur.
  2. Indikator harus menentukan penggunaan output kegiatan oleh penerima langsung atau yang dituju.
  3. Setiap indikator harus mengandung fakta, dapat dibuktikan dan berkaitan dengan obyektif yang dimaksud.
  4. Setiap indikator harus bersifat spesifik dalam hal jumlah dan waktu.
  5. Jika dikumpulkan, indikator-indikator harus menguraikan semua aspek yang penting dari tujuan yang akan dicapai.
  6. Pengumpulan data-data indikator harus direncanakan sejak awal pelaksanaan (termasuk data dasar).
  7. Sumber informasi indikator harus dapat diakses dan dipercaya.

TABEL : MATRIK PENGEMBANGAN INDIKATOR KINERJA

PENGUKURAN

APA YANG DIUKUR

INDIKATOR

Keluaran (Output) Usaha Pelaksanaan Kegiatan
Hasil (Outcomes) Efektivitas Penggunaan output, manfaat yang berkelanjutan
Dampak (Impact) Perubahan Perbedaannya dengan masalah awal

Monitoring pelaksanaan program dapat dilaksanakan memalui beberapa metode, antara lain sebagai berikut :

  1. Monitoring melalui laporan kemajuan (progess report). Monitoring dilakukan berdasarkan laporan kemajuan pelaksanaan kegiatan (monitoring indikator) dan laporan kemajuan penyerapan dana yang berbasis komputer dengan pemanfaatan aplikasi perangkat lunak (software) (secara detail akan dijelaskan dalam pengembangan sistem pelaporan). Komponen utama yang tertuang dalam laporan kemajuan terdiri dari :
    1. Daftar tujuan dan aktivitas pelaksanaan yang telah dilakukan.
    2. Kemajuan kegiatan dalam bentuk persentase dan rupiah.
    3. Identifikasi permasalahan di lapangan, khususnya terhadap kegiatan yang terlambat atau tidak sesuai dengan yang direncanakan.
    4. Rencana kerja pada periode berikuitnya dan usulan perubahannya (jika ada)
    5. Hal-hal yang perlu tindak lanjut, khususnya menyangkut kunjungan berikutnya
    6. Narasi laporan yang menjelaskan variasi yang terjadi terhadap pencapaian target dan tindak lanjut menyelesaian masalah.
  2. Monitoring melalui kunjungan lapangan (field visits). Monitoring dilakukan dengan melakukan kunjungan lapangan secara regular di lokasi kegiatan dalam rangka melihat proses pelaksanaan kegiatan. Kunjungan lapangan akan menyediakan informasi secara kuantitatif dan kualitatif yang tidak dijelaskan dalam laporan kemajuan. Kunjungan lapangan harus direncanakan berdasarkan beberapa pertimbangan :
    1. Elemen-elemen kegiatan dari rencana kerja pediode berjalan.
    2. Identifikasi/isu permasalahan dari kunjungan sebelumnya yang perlu tindak lanjut.
    3. Kunjungan lapangan dipandu dan dilaksanakan oleh Tim Teknis (Counterpart).
  3. Pemanfaatan hasil temuan dan penyediaan umpan balik (feedback). Temuan hasil monitoring akan digunakan dalam membuat kebijakan program. Untuk hal-hal tertentu dapat dugunakan dalam rangka pemberian umpan balik kepada pengelola di tiap tingkatan. Selanjutnya, hasil monitoring (termasuk laporan kunjungan lapangan) harus dibuat ringkasannya dan didiskusikan dalam rangka kaji ulang (review) pelaksanaan kegiatan dan menjadi bahan dalam penyusunan laporan selanjutnya. Rekomendasi terhadap revisi/penyempurnaan pelaksanaan kegiatan harus tertuang dalam rencana kerja (action plan) periode berikutnya.


ASSESSMENT FISIK GEDUNG SEKOLAH
Juli 27, 2012, 4:58 pm
Filed under: Konsultan, PENGUKURAN (MEASUREMENT)

ASSESSMENT FISIK GEDUNG SEKOLAH

(Scoring  Data Hasil Survai)

 

Wakhinuddin S

Tim AMP (Dinas Dikdas-Jakarta dan PT. Kogas)

 

Data yang didapat oleh surveyor dibawa ke base camp untuk diolah dan dianalisis oleh tenaga ahli yang berkompeten kemudian ditentukan ambang kerusakan dari setiap bangunan sekolah dan prioritas didalam pembangunannya. Penentuan ambang kerusakan dan prioritas ini dapat dilakukan dengan menggunakan metodologi analisis dengan indikator dan faktor-faktor yang sudah disepakati dan dapat dipertanggung-jawabkan.

Ada beberapa bagian dari obyek dalam pekerjaan yang akan disurvai dan dinilai yaitu :

 

  1. Assesment Kondisi Gedung Sekolah

 

Assesment kondisi gedung sekolah merupakan kajian yang dilakukan berkaitan dengan pekerjaan sipil, Arsitektur dan Landscape. Kriteria penilaian terhadap kondisi gedung inipun harus mengacu pada kriteria teknis (sipil, arsitektur dan lanscape) sebuah bangunan gedung yang berlaku di Indonesia.

 

  1. Assesment Ambang Kerusakan

 

Penilaian dilakukan untuk menilai secara ekonomi perhitungan tertentu pada saat tertentu. Hasil yang diperoleh berupa data data kerusakan untuk dilanjutkan ke perencanaan perbaikan secara tepat. Dari data yang telah dikumpulkan surveyor dapat ditentukan skala prioritas pada masing masing elemen dan gedung sekolah serta fasilitas penunjang lainnya yang menghasilkan indeks prioritas. Semakin tinggi indek prioritas maka semakin tinggi pula kebutuhan untuk segera memperbaiki.

Yang dimaksud dengan ambang kerusakan disini adalah melakukan kategorisasi terhadap kondisi eksisting sekolah. Kategorisasi dibagi atas :

  • Kategori Rehabilitasi Ringan
  • Kategori Rehabilitasi Berat
  • Kategori Rehabilitasi Total.

Assesment Ambang kerusakan ini merupakan kegiatan yang dilakukan setelah adanya kegiatan Pendataan Kondisi Gedung Sekolah, karena kajian ini merupakan kajian terhadap data-data hasil survey lapangan. Sedangkan untuk menentukan sebuah sekolah masuk dalam kategori Rehabilitasi Ringan, Berat, Total indikator yang akan dipergunakan adalah :

  1. Kondisi eksisting sekolah (tingkat kerusakan)

Tingkat kerusakan bangunan di bagi atas kriteria :

  • Rusak Ringan adalah kerusakan dengan perbaikan gedung sekolah pada bagian bagian tertentu dalam rangka perawatan untuk memperpanjang usia pemakaian, menjaga keandalan gedung beserta prasarana dan sarananya agar selalu laik fungsi. Dengan tingkat kerusakan kurang dari 30 %.
  • Rusak Sedang adalah kerusakan dengan perbaikan gedung sekolah pada bagian bagian tertentu dalam rangka menjaga keandalan gedung beserta prasarana dan sarananya agar selalu laik fungsi. Dengan tingkat kerusakan berkisar 30 ~ 50 %.
  • Rusak Berat adalah kerusakan dengan perbaikan gedung sekolah secara menyeluruh dalam rangka memperpanjang usia pemakaian. Dalam kegiatan ini memperbaiki dan atau mengganti bagian bangunan gedung, komponen, bahan bangunan serta sarana prasarana agar bangunan gedung tetap laik fungsi. Dengan tingkat kerusakan berkisar > 50 ~ 65 %.
  • Rusak Total adalah kerusakan yang terjadi yang perbaikannya dengan membongkar gedung sekolah yang lama dan membangun kembali gedung baru standart didalam lahan tanah yang ada. Dengan tingkat kerusakan jika melampaui 65 %.

Kriteria gedung sekolah yang harus direhab total adalah :

–          Selalu tergenang banjir baik air pasang maupun waktu hujan.

–          Tingkat kerusakan gedung tersebut sangat parah, rawan ambruk.

–          Gedung sekolah tersebut merupakan bangunan tua dan belum standart.

–          Untuk standarisasi gedung dan bangunan bertingkat untuk pemerataan.

–          Daya tampung murid sudah jauh dibawah kapasitas yang diijinkan.

  1. Rasio jumlah ruangan dengan kebutuhan, rasio jumlah murid dengan guru, rasio lainnya yang berhubungan standart minimal sebuah sekolah. Pengambilan standart dan rasio ini harus merujuk pada peraturan yang berlaku di Indonesia atau aturan lainnya yang dipergunakan oleh Dinas Pendidikan Nasional dan DKI Jakarta. Selain itu dapat dipergunakan, juga teori yang berhubungan dalam pengkategorian sebuah hasil pendataan / survey yang dapat dipertanggung-jawabkan secara ilmiah.

 

  1. Assesment Prioritas

 

Assessment Prioritas merupakan Analisa data final dan Proses penentuan Prioritas yang mana disini adalah melakukan tingkat prioritas sebuah sekolah untuk dilakukan perbaikan / rehabilitasi atau pembangunannya, kategorisasi ini dibagi atas 4 (empat) tingkat kategori yaitu :

  • Prioritas -1 :   mendesak dan segera (urgent), usulan penanganan tahun 2006.
  • Prioritas -2 :   perlu dikerjakan dalam kurun waktu 2 tahun mendatang (esensial), usulan penanganan tahun 2007.
  • Prioritas -3 :   perlu dikerjakan dalam kurun waktu 3 – 5 tahun mendatang (derasibel), usulan penanganan tahun 2008, 2009, 2010, berdasarkan urutan bobot terbesar yang didahulukan.
  • Prioritas -4 :   pekerjaan jangka panjang diatas 5 tahun mendatang. Bangunan gedung yang masuk prioritas 4 ini adalah diluar rencana 500 gedung yang akan diprogramkan pada tahun anggaran 2006 ~ 2010.

Adapun dalam menentukan sebuah sekolah masuk dalam sebuah prioritas 1, 2, 3, atau 4 akan sangat ditentukan oleh beberapa faktor seperti :

  • Faktor ambang kerusakan yang telah ditentukan (sekolah masuk kategori A : Rusak Ringan, B : Rusak Sedang, C : Rusak Berat atau kategori D : Rusak Total).
  • Faktor non teknis (bidang pendidikan, kebijakan). Dalam bidang pendidikan ini penilaian yang akan dilakukan melihat kondisi sekolah dalam : rasio jumlah murid dengan guru, rasio jumlah kelas dengan jumlah murid, rasio kelengkapan alat pendukung sekolah, dan kelengkapan lainnya dala menunjang kegiatan pendidikan.
  • Faktor non teknis (bidang ekonomi). Dalam bidang ekonomi penilaian yang akan dilakukan adalah nilai ekonomi bangunan dalam kondisi sekarang dan perkiraan untuk beberapa tahun ke depan.
  • Faktor keterkaitan lokasi sekolah dengan Rencana Tata Ruang yang ada. Dalam bidang hukum penilaian lebih difokuskan pada legal aspek dan status hukum bangunan dan lahan sekolah. Juga yang tidak kalah pentingnya adalah peruntukan lahan sekolah apakah sudah sesuai dengan rencana tata ruang yang ada di DKI Jakarta.
  • Dan faktor lain diluar faktor fisik bangunan yang mempengaruhi.

Catatan :

­       Formulasi nilai untuk tiap faktor penentu sebuah sekolah juga harus mendapat persetujuan dari Pengguna Jasa.

­       Konsultan akan memberikan usulan dengan berbagai dukungan landasan teori yang sifatnya ilmiah.



INSTRUMEN PENGENALAN REKOMPAK DAN MITRA KERJA
Oktober 28, 2010, 4:19 am
Filed under: Konsultan

INSTRUMEN PENGENALAN REKOMPAK DAN MITRA KERJA

by Wakhinuddin S (social expert, DMC IV Re-kompak, Tapaktuan – Aceh Selatan, 2006)

12. Apakah anda mengetahui adanya program Re Kompak di desa ini?
a) Sangat Mengetahui
b) Mengetahui
c) Kurang Mengetahui
d) Tidak

13. Pernahkah anda diundang untuk mengikuti rembug warga yang membicarakan tentang program RE KOMPAK?
a) Ya
b) Tidak
Jika ‘Ya’, seberapa sering anda diundang?
a) Sangat sering
b) Sering
c) Jarang

14. Apakah kegiatan rembug warga dilaksanakan sebagai sarana musyawarah masyarakat dalam pengenalan Program RE KOMPAK ?
a) Ya
b) Tidak

Jika ‘Ya’, seberapa sering rembug warga tersebut dilakukan?
a) Sangat sering
b) Sering
c) Jarang

Seberapa sering anda diundang dalam rembug warga tersebut:
a) Sangat sering
b) Sering
c) Jarang
d) Tidak pernah

15. Berapa jumlah warga, khususnya warga yang berasal dari Keluarga Korban Gempa dan Tsunami yang terlibat dalam kegiatan rembug warga ?
a) 90 % dari jumlah warga Korban
b) 60 % dari jumlah warga Korban
c) 30 % dari jumlah warga Korban
d) Kurang dari 30 % dari jumlah warga Korban.

16. Apakah Diskusi Kelompok Terfokus (DKT) – sebagai lembaga musyawarah dalam penggalian gagasan warga dilaksanakan di tingkat desa?
a) Ya, ada dan aktif dilaksanakan
b) Ya, ada tapi sudah tidak aktif
c) Telah diganti dengan rembug warga. Mohon jelaskan secara ringkas rembug tersebut_______________________________________________
____________________________________________________________

d) Tidak

Jika ‘Ya’ tetap ada dan aktif, seberapa sering DKT tersebut dilakukan?
a) Sangat sering
b) Sering
c) Jarang

Seberapa sering anda diundang dalam DKT tersebut:
a) Sangat sering
b) Sering
c) Jarang
d) Tidak pernah

17. Berapa banyak warga masyarakat, khususnya warga keluarga korban Gempa atau Tsunami yang terlibat dalam setiap Diskusi yang dilakukan?
a) 90 % dari jumlah warga korban
b) 60 % dari jumlah warga korban
c) 30 % dari jumlah warga korban
d) Kurang dari 30 % dari jumlah warga korban

18. Apakah ada Kelompok Pemukiman (KP) di lingkungan desa Anda, yang bertugas membuat proposal Dokumen Teknik Pembangunan Perumahan (DTPL)?
a) Ya, ada dan aktif
b) Ya, ada tapi tidak aktif.
c) Tidak ada PK tapi telah diganti dengan bentuk kelompok masyarakat (POKMAS) yang lain. Mohon jelaskan secara ringkas tentang keberadaan kelompok tersebut :
Nama Kelompok ______________________________________________
Ketua Kelompok ____________________________________________
Lama berdiri Kelompok________________________________________
d) Tidak ada.

Jika ‘Ya’ dan masih ada dan tetap aktif, apakah KP melanjutkan tugasnya – dalam rangka perguliran modal pembangunan rumah bersumber dari Bank Dunia – sesuai dengan kebutuhan kegiatan yang diusulkan?
a) Sangat Sesuai
b) Sesuai dengan
c) Kurang sesuai
d) Tidak sesuai

19. Apakah pertumbuhan jumlah KP yang terbentuk di awal Program RE KOMPAK sudah mewakili upaya suara/pendapat warga lingkungan Desa ?
a) Sangat mewakili
b) Cukup mewakili
c) Kurang mewakili
d) Tidak mewakili.

20. Apakah anda mengetahui di desa Anda ada Proyek Pengembangan Kecamatan (PPK) sebagai fasilitator membuat proposal Dokumentasi Teknik Pembangunan Lingkungan (DTPL) untuk Pembangunan Perumahan korban Gempa atau Tsunami?
a) Sangat mengetahui
b) Mengetahui
c) Kurang Mengetahui
d) Tidak Mengetahui

21. Apakah anda mengetahui di desa Anda ada Proyek Pengembangan Kecamatan (PP2KP) sebagai fasilitator membuat proposal Dokumentasi Teknik Pembangunan Lingkungan (DTPL) untuk Pembangunan Perumahan korban Gempa atau Tsunami?
a) Sangat mengetahui
b) Mengetahui
c) Kurang Mengetahui
d) Tidak Mengetahui

22. Apakah anda mengetahui di desa Anda ada Penanggung Jawab Operasional Kegiatan (PJOK) yang diangkat Bupati untuk berperan sebagai penanggungjawab administrasi pelaksana Re-Kompak?
a) Sangat mengetahui
b) Mengetahui
c) Kurang Mengetahui
d) Tidak Mengetahui

23. Apakah anda mengetahui di desa Anda ada FASRUM (Fasilitator Perumahan) yang mengorganisir calon penerima hibah dan membuat DTPL?
a) Sangat mengetahui
b) Mengetahui
c) Kurang Mengetahui
d) Tidak Mengetahui.

24. Apakah anda mengetahui di desa Anda ada Tim Relawan Pemukiman TKP/Kerap?
a) Sangat mengetahui
b) Mengetahui
c) Kurang Mengetahui
d) Tidak Mengetahui.

25. Apakah TKP melakukan rembug warga sebagai sarana musyawarah masyarakat dalam kegiatan Program RE KOMPAK ?
a) Ya
b) Tidak

Jika ‘Ya’, seberapa sering rembug warga tersebut dilakukan?
a) Sangat sering
b) Sering
c) Jarang

26. Apakah ada Tim atau kelompok lain di luar yang di atas, tuliskan _______________________________________________________________
______________________________________________________________

E. Bantuan

27. Apakah anda mengetahui bahwa program Re-Kompak dapat memanfaatkan dana bantuan Bank Dunia?
a) Sangat Mengetahui
b) Mengetahui
c) Kurang Mengetahui
d) Tidak Tahu

28. Apakah anda mengetahui besar dana yang didapat dari bantuan Bank Dunia?
e) Sangat Mengetahui
f) Mengetahui
g) Kurang Mengetahui
h) Tidak Tahu

29. Apakah pemanfaatan dana Bank Dunia dalam kegiatan program RE KOMPAK, dilaksanakan secara transparan, partisipatif dan dapat dipertanggungjawabkan?
a) Sangat sesuai
b) Sesuai
c) Kurang sesuai
a) Tidak sesuai.



KONSEP PROFIT DAN BENEFIT SUATU PROGRAM
Agustus 9, 2010, 7:22 am
Filed under: Konsultan, MONEV, PENGUKURAN (MEASUREMENT)

KONSEP PROFIT DAN BENEFIT SUATU PROGRAM
Wakhinuddin S

Penggunaan konsep antara profit dan benefit dalam evaluasi dampak Satuan kerja Program, misalnya peningkatan nilai positif terhadap pengasuhan anak, makin ringannya tugas ibu yang bekerja karena menitipkan anaknya di TPA, peningkatan kualitas kesehatan Ibu dan Anak, dsb. Contoh penggunaan yang dimaksud di atas merupakan keuntungan yang bukan bersifat finansial langsung dan sukar untuk dikuantifikasikan (benefit). Sedangkan pengertian profit merupakan keuntungan finansial yang dapat dihitung secara kuantitatif.
Mengenai dampak langsung pelayanan Program, terutama yang memperoleh manfaat (benefit), maka evalusi dampak secara khusus memperhatikan, sbb:

• Dampak kegiatan Program terhadap kesiapan sekolah
• Dampak peningkatan jangkauan layanan
• Peran guru Program dan kader BKB/Posyandu
• Dampak diseminasi pusat Program di masyarakat
• Pemanfaatan pusat Program secara efektif
• Dampak tingkat kehadiran orang tua dan anak dalam kegiatan BKB/Posyandu
• Keberlangsungan efektif pusat Program
• Partisipasi masyarakat
• Peran pemerintah daerah



ANALISIS SWOT UNTUK ROADMAP IKM
Januari 8, 2010, 2:16 am
Filed under: Konsultan

ANALISIS SWOT UNTUK ROAD MAP IKM
Bagian dari kegiatan
PENYUSUNAN PETA PANDUAN PENGEMBANGAN SENTRA IKM
KERAJINAN SULAMAN BORDIRAN KOTA PAYAKUMBUH (Proyek Roadmap IKM – Deprindag/Tahun 2009

Oleh tim konsultan : Wakhinuddin

Analisis SWOT merupakan identifikasi sistemtis dari faktor dan strategi yang merefleksi keduanya. Berdasarkan analisis SWOT dapat dipilih strategi SO (peluang kekuatan), WO (peluang kelemahan), ST (ancaman kekuatan), WT (ancaman kelemahan).

3.1 Kekuatan (Strength)
• Membordir dan menyulam sudah menjadi budaya masyarakat
• Pangsa pasar besar (ditengah masyarakat Islam dan etnis melayu baik di dalam maupun diluar negeri)
• Citra produk baik (Keunikan dalam produk bordir dan sulaman Nasional, khususnya bordir kerancang dan sulaman terawang Payakumbuh telah dikuasai secara turun temurun).
• Keunikan teknik hias bordir dengan mesin hitam yang memiliki nilai estetis tinggi dan spesifik daerah Sumbar.
• Bermacam jenis produk bordir dan sulaman sudah cukup terkenal di luar negeri (mukena, kebaya, baju kurung, jilbab, baju gunting cina/teluk belanga, lilit songkok haji)
• Tersedianya jumlah tenaga kerja yang cukup memadai dibidang kerajinan bordir dan sulaman (banyak SDM wanita yang menganggur)
• Memiliki peralatan mesin membordir yang memadai (mesin jahit biasa/mesin hitam, mesin puth, mesin yuki).
• Penyebaran unit usaha kerajinan bordir dan sulaman ada disetiap kecamatan
• Tersedianya sumber bahan baku kain alternatif dengan kualitas baik yang bisa dipakai pada kerajinan bordir dan sulaman (seperti: kain tenun Silungkang, tenun Halaban dan tenun Pandai sikek)
• Ditetapkannya sentra IKM kerajinan bordir dan sulaman sebagai salah satu industri prioritas dalam pengembangan industri Nasional (Dukungan pemerintah untuk pengembangan IKM kerajinan bordir dan sulaman)
• Tingginya kemampuan sentra IKM kerajinan bordir dan sulaman dalam penyerapan tenaga kerja dipedesaan.

3.2 Kelemahan (Weakness)
• Kapasitas produksi relatif kecil;
• Penyerapan jumlah tenaga kerja terampil kecil;
• Teknologi produksi relatif sederhana, mengakibatkan tingkat produktivitas rendah dan kapasitas produksi rendah (keterbatasan wawasan dan keterampilan SDM, keterbatasan dana, keterbatasan peralatan dan sarana),
• Teknologi desain dilakukan secara tradisional ( mutu rendah, pemahaman terhadap trend masih lamah, belum menyentuh selera pasar, cendrung menggunakan dan meniru desain yang dibuat pengusaha sejenis, dan masing-masing unit usaha belum memiliki desain yang spesifik);
• Belum adanya standar kualitas ukuran, desain, teknik dan lay-out sistem produksi di sentra IKM kerajinan bordir dan sulaman yang menunjang konsistensi produk dan quality control;
• Sistim produksi dilakukan dengan upah borongan, sehingga tingkat kerapihan terbatas;
• Distribusi bahan baku kain dan benang yang berkualitas baik, kurang lancar (pengadaan bahan baku di pasar Aur Bukitinggi dan Payakumbuh dihadapkan pada harga mahal dan untuk jenis dan kualitas tertentu sulit didapat dipasar lokal);
• Desain, jenis produk bordir dan sulaman monoton (belum menyentuh selera pasar baik untuk luar negeri, regional maupun domestik ).
• Daya saing produk kerajinan bordir dan sulaman Payakumbuh masih rendah dipasar domestik dan regional.
• Diversifikasi produk bordir dan sulaman belum ada dalam bentuk pakaian jadi (pada umumnya dipasarkan masih berupa lembaran meteran);
• Tingkat pendidikan formal rendah, sehingga produk kurang kreativ dan inovatif;
• SDM pengusaha umumnya kurang profesional dalam manajemen (manajemen produksi, pengelolaan usaha, administrasi dan keuangan);
• Keterampilan SDM tenaga kerja masih rendah, sehingga mutu rendah dan produktivitas rendah (kurang terlatih mendesain, teknik membordir, teknik menyulam dan teknik menjahit pakaian jadi);
• Pemasaran terbatas (76% masih mengandalkan pasar lokal dan kurangnya penggarapan pasar potensial terutama negara-negara Islam nilai ekspor rendah);
• Belum berperan lembaga pemasaran: trading house, BDC, otlet, maupun kemitraan berbagai sektor)
• Pelayanan purna jual lemah;
• Lemahnya riset, monitoring dan pengembangan pasar;
• Belum terbentuk sentra, baik sentra formal maupun sentra informal yang dapat mendukung terbentuknya lembaga koperasi, lembaga pemasaran, ataupun kelompok usaha lainnya;
• Dana investasi dan modal kerja terbatas,

3.3 Peluang (Opportunity)
• Permintaan tinggi untuk produk bordir kerancang (mukena, jilbab dan kebaya bagi masyarakat Islam dan etnis melayu luar negeri);
• Kebutuhan tinggi untuk semua jenis produk bordir dan sulaman (terutama pada musim hari-hari besar: lebaran, liburan sekolah);
• Globalisasi (adanya peluang pasar yang sangat luas, baik di dalam negeri maupun di dunia International);
• Tersedianya tenaga terampil yang belum dimanfaatkan secara optimal
• Trend menggunakan busana muslim (peluang meningkatkan produktivitas dan diversifikasi produk);
• Konsumen wanita masa kini lebih cendrung menggunakan pakaian jadi (siap pakai)
• Letak pasar Aur Kuning berdekatan dengan sentra produksi bordir dan sulaman Payakumbuh merupakan peluang peningkatan pemasaran untuk membuka showroom dan promosi. ( pasar konveksi no.2 setelah Tanah Abang);
• Kebijakan pemerintah mendukung;
• Perbankan menyediakan kemudahan kredit yang lebih besar

3.4 Ancaman (Threat)
• Adanya musibah gempa dapat mengurangi daya beli masyarakat domestik;
• Resesi ekonomi dunia, daya beli masyarakat menurun ;
• Mutu desain dan diversifikasi rendah, produk jenuh dipasaran, sehingga tingkat produktivitas menurun dan kapasitas produksi kecil;
• Karena tidak ada kontrak resmi, pasar luar negeri sering tidak jujur (Malaysia: jika tidak laku barang dikembalikan, sering pembayaran macet, keterlambatan pengiriman barang karena keterlambatan kontainer tidak jadi jual beli);
• Saingan produk dari daerah regional (saingan bordir Tasikmalaya dan sulaman Gorontalo);
• Saingan produk dari luar Negeri (produk Cina);
• Munculnya pesaing baru yang potensial, seperti: Malaysia, dan Vietnam
• Jenis produk bordir dan sulaman berupa kebaya, baju kurung dan baju muslim dari Payakumbuh tidak laku dipasaran (karena konsumen wanita masa kini cendrung menyukai bentuk produk siap pakai);
• Dana pemerintah untuk pembinaan bordir dan sulaman terbatas.
Matriks Analisis SWOT pengembangan sentra IKM kerajinan bordir dan sulaman ditunjukan pada Tabel 16 berikut :



ASSESMENT PRIORITAS UNTUK MENYATAKAN TINGKAT KERUSAKAN GEDUNG SEKOLAH
Desember 1, 2009, 6:28 am
Filed under: Konsultan, MONEV, Pendidikan

ASSESMENT PRIORITAS UNTUK MENYATAKAN TINGKAT KERUSAKAN
GEDUNG SEKOLAH

Wakhinuddin S

Banyaknya jumlah gedung dan fasilitas sekolah yang rusak, runtuh, bahkan lululantak diakibatkan gempa di Propinsi Sumbar, Jambi, dan daerah lainnya, membuat proses pembelajaran terhambat, yang akhirnya siswa kurang mendapat pelayanan prima. Sehubungan dengan kondisi ini, saya terpanggil menyampaikan beberapa hal tentang asesmen kerusakan gedung sekolah.

Pada kesempatan ini disampaikan hal tentang penilian fisik gedung sekolah berdasarkan pengamatan. Tulisan ini dikembangkan dari pengalaman saya sebagai tim tenaga ahli dalam Monev Dir. P-SMP (zona 2/2008), AMP (DKI/2006), dan Social impact assesement (DMC IV NAD/2007). Adapun tujuan tulisan semata-mata untuk pencerahan buat masyarakat. . Seperti disebut di atas tadi, asesmen ini hanya berbasis pada observasi, lebih jauh tentang kajian konstruksi gedung, sebaiknya ditanyakan pada ahli konstruksi, tulisan ini hanya
mengusulkan tingkat prioritas dibangun cepat, bukan tingkat kerusakan gedungnya.
Assessment Prioritas merupakan Analisa data final dan Proses penentuan Prioritas yang mana disini adalah melakukan tingkat prioritas sebuah sekolah untuk dilakukan perbaikan / rehabilitasi atau pembangunannya, kategorisasi ini dibagi atas 4 (empat) tingkat kategori yaitu :
• Prioritas -1 : mendesak dan segera (urgent), usulan penanganan tahun 2009.
• Prioritas -2 : perlu dikerjakan dalam kurun waktu 2 tahun mendatang (esensial), usulan penanganan tahun 2010
• Prioritas -3 : perlu dikerjakan dalam kurun waktu 3 – 5 tahun mendatang (derasibel), usulan penanganan tahun 2010-2012, berdasarkan urutan bobot terbesar yang didahulukan.
• Prioritas -4 : pekerjaan jangka panjang diatas 5 tahun mendatang. Bangunan gedung yang masuk prioritas 4 ini adalah diluar rencana gedung yang akan diprogramkan pada tahun anggaran 2009-2013.

Adapun dalam menentukan sebuah sekolah masuk dalam sebuah prioritas 1, 2, 3, atau 4 akan sangat ditentukan oleh beberapa faktor seperti :
• Faktor ambang kerusakan yang telah ditentukan (sekolah masuk kategori A : Rusak Ringan, B : Rusak Sedang, C : Rusak Berat atau kategori D : Rusak Total).
• Faktor non teknis (bidang pendidikan, kebijakan). Dalam bidang pendidikan ini penilaian yang akan dilakukan melihat kondisi sekolah dalam : rasio jumlah murid dengan guru, rasio jumlah kelas dengan jumlah murid, rasio kelengkapan alat pendukung sekolah, dan kelengkapan lainnya dala menunjang kegiatan pendidikan.
• Faktor non teknis (bidang ekonomi). Dalam bidang ekonomi penilaian yang akan dilakukan adalah nilai ekonomi bangunan dalam kondisi sekarang dan perkiraan untuk beberapa tahun ke depan.
• Faktor keterkaitan lokasi sekolah dengan Rencana Tata Ruang yang ada. Dalam bidang hukum penilaian lebih difokuskan pada legal aspek dan status hukum bangunan dan lahan sekolah. Juga yang tidak kalah pentingnya adalah peruntukan lahan sekolah apakah sudah sesuai dengan rencana tata ruang yang ada di Daerah.
• Dan faktor lain diluar faktor fisik bangunan yang mempengaruhi.



ANALISIS GAP
November 24, 2009, 6:18 am
Filed under: Konsultan, PENGUKURAN (MEASUREMENT)

ANALISIS GAP

Wakhinuddin S

Analisis Gap (jarak) adalah suatu metode/alat membantu suatu lembaga membandingkan performansi actual dengan performansi potensi. Operasionalnya dapat diungkapkan dengan dua pertanyaan berikut: “Dimana kita sekarang?” dan “Dimana kita inginkan?”.
Tujuan analisis gap untuk mengidentifikasi gap antara alokasi optimis dan integrasi input, serta ketercapaian sekarang. Analisis gap membantu organisasi/lembaga dalam mengungkapkan yang mana harus diperbaiki. Proses analisis gap mencakup penetapan, dokumentasi, dan sisi positif keragaman keinginan dan kapabilitas (sekarang).
Analisis gap dapat ditinjau dari perbedaan perspektif tentang : lembaga/organisasi, arah organisasi, proses organisasi, teknologi informasi. Analisis gap dapat menjadi dasar untuk mengukur investasi waktu, uang, dan tenaga kerja yang dipakai, variabel ini dapat diukur melalui skala interval: ’baik, rata-rata, dan kurang’. Kebanyakan analisis gap ditinjau dari : gap produk dan gap kompetitif.