Wakhinuddin’s Weblog


CIRI STANDAR KOMPETENSI
Oktober 16, 2014, 3:35 pm
Filed under: Pendidikan, PENGUKURAN (MEASUREMENT)

CIRI STANDAR KOMPETENSI

Pendekatan standard kompetensi memiliki ciri, antara lain:
 Adanya visi, misi dan tujuan pendidikan yang disepakati secara bersama ditingkat nasional.
 Adanya standard kompetensi lulusan (exit outcome) yang secara konsisten dan jelas dijabarkan dari tujuan pendidikan.
 Adanya kerangka kurikulum dan silabus yang merupakan artikulasi yang ketat dari kompetensi lulusan.
 Adanya sistem penilaian acuan kriteria (criterion-referenced assessment) dan standard pencapaian (performance standard) yang diterapkan secara konsisten



ANALISIS KOMPONEN UTAMA
Mei 12, 2014, 1:51 pm
Filed under: PENELITIAN, PENGUKURAN (MEASUREMENT)

ANALISIS KOMPONEN UTAMA
(AKU)

Oleh Wakhinuddin S

A. Tujuan AKU
Menurut Tabachnick, AKU adalah teknik statistik yang digunakan manakala peneliti tertarik pada sekumpulan data yang saling berkorelasi. Tujuannya ialah untuk menemukan sejumlah variabel yang koheren dalam subkelompok, yang secara relatif independen terhadap yang lain. Selanjutnya, dikatakan bahwa penggunaan utama dari AKU adalah untuk pengembangan alat ukur yang berkaitan dengan kepribadian, dan inteligensi. AKU kebalikan dari analisis faktor, AKU bersifat kovergen sedangkan Analisis faktor divergen.
Peneliti memulai dengan sejumlah besar butir-butir yang merefleksikan sifat-sifat yang hendak diukur, dan ingin menunjukkan bahwa butir-butir itu benar-benar berguna dalam pengukuran. Sedangkan tujuan khusus analisis komponen utama adalah meringkaskan bentuk hubungan di antara variabel-variabel teramati, mereduksi jumlah variabel yang banyak menjadi lebih sedikit, atau dari dimensi yang besar menjadi dimensi yang kecil, sehingga mudah diinterpretasikan (Tabachnick and Fidell, 1989: 597-598).
Analisis Komponen Utama (AKU) bertujuan menerangkan struktur variansi-kovariansi melalui kombinasi linear dari variabel-variabel asal. AKU biasanya digunakan untuk : (1) Mengidentifikasi variabel-variabel baru yang mendasari data variabel ganda. (2) Mengurangi banyaknya dimensi himpunan variabel asal yang terdiri atas banyak variabel dan saling berkorelasi. (3) Menetralisir variabel-variabel asal yang memberikan sumbangan informasi yang relatif kecil. Variabel baru yang dimaksud di sini disebut dengan komponen utama, yang berciri: (a) merupakan kombinasi linear variabel-variabel asal; (b) jumlah kuadrat koefisien dalam kombinasi linear bernilai 1; (c) tidak berkorelasi; (d) mempunyai variansi terurut dari terbesar ke yang terkecil (Siswadi dan Suharjo, 1997: 10-11).

Menurut Johnson dan Dean, AKU terkonsentrasi pada penjelasan struktur variansi dan kovariansi melalui suatu kombinasi linear variabel-variabel asal, dengan tujuan utama melakukan reduksi data dan membuat interpretasi. Analisis komponen utama lebih baik digunakan jika variabel-variabel asal saling berkorelasi (1988: 340).

AKU akan cukup efektif jika antar p variabel asal terdapat korelasi yang cukup tinggi (2002: 5-1).

Menurut Dillon dan Goldsetin, ketika kita berhadapan dengan variabel dalam jumlah yang besar, bagaimanapun, akan timbul beberapa masalah praktis. Misalnya, untuk 10 variabel saja kita berhadapan dengan 45 korelasi yang harus dipertimbangkan; dengan 20 variabel terdapat 190 korelasi yang harus diperhatikan; dengan 40 variabel maka sebanyak 780 korelasi antarvariabel itu yang harus diekstraksi. Meningkatnya jumlah variabel akan meningkatkan banyaknya koefsiein korelasi yang harus diperhitungkan. Karena jumlah variabel yang begitu besar, maka beberapa teknik reduksi data sangat diperlukan (1984: 23). Salah satu teknik statistik yang dapat digunakan untuk mereduksi data ialah analisis komponen utama (Johnson and Dean,1988 : 340).



Jenis Asesmen Alternatif
Desember 22, 2013, 5:56 am
Filed under: EVALUASI HASIL BELAJAR, PENGUKURAN (MEASUREMENT)

JENIS ASESMEN ALTERNATIF

Pada kurikulum 2013 penilaian hasil belajar tidak hanya pada ranah kognitif, tetapi juga ranah psikomotor dan ranah afektif (sikap). Ke-tiga ranah mendapat tempat yang sama pada rapor siswa. Untuk dapat mengukur dan menilai dengan tepat hasil belajar siswa perlu dipahami beberapa jenis asesmen lainnya, asesmen demikian disebut asesmen alternatif. Asesmen alternatif hakekatnya merupakan Penilaian Otentik.

Ada beberapa jenis asesmen alternatif,  jenis asesmen alternatif antara lain; a) Asesmen kinerja (Performance assessment), b) Observasi dan pertanyaan (Observation and Questioning), c) Presentasi dan Diskusi (Presentation and Discussion), d) Proyek dan Investigasi, e) Portofolio dan Jurnal, f) Wawancara (interview) dan konferensi, g) Evaluasi diri oleh siswa, h) Tes buatan siswa, i) Pekerjaan Rumah.

 



Pengembangan perangkat penilaian unjuk kerja SMK kelas XII untuk materi sistem injeksi bahan bakar motor diesel
September 27, 2013, 2:25 pm
Filed under: EVALUASI HASIL BELAJAR, PENELITIAN, PENGUKURAN (MEASUREMENT)

PENGEMBANGAN PERANGKAT ASESMEN UNJUK KERJA

PADA JURUSAN TEKNIK KENDARAAN RINGAN SMK.

Wakhinuddin S.

FT UNP

email : wakhid_nuddin@yahoo.com

Abstract:

Wakhinuddin S. 2013. “The Development of Performance Assessment for diesel engines injection pump system – automotive at Vocational High School Class XII”.

One of purpose of automotive (small engines)  study listed in content standards and national education standar is for students to get authentic assessment. Because of doesn,t enough compentency for assessment on workshop make automotive assessment not correct or invalid. To solve this problem, so it is needed to develop of performance assessment to assess student performance in the workshop.

This research aimed at developing a valid performance assessment. Related to the aim, this research belongs to research and development. The development model that was applied was 4-D model. It consisted  of four stages, they are: define, design, develop, and disseminate. Expert validation was used to know the validity of the developed materials. The research data were collaected by using validation sheet, observation sheet, questionnaire, and achievement test. The data were analyzed by using descriptive statistical analysis.

Based on the data validation, the average of the materials validation is 84%. It showed that performance assessment which has been developed has valid categorized. In conclusion, the performance assessment which have been developed for automotive, especially at Diesel injection pump of solutionis valid.

Abstrak :

“Pengembangan perangkat penilaian unjuk kerja SMK kelas XII untuk materi sistem injeksi bahan bakar motor diesel”

Wakhinuddin S, 2013

Salah satu kualitas pembelajaran Teknik Kendaraan Ringan (otomotif) tercantum dalam standar isi standar Nasional pendidikan adalah agar peserta didik dapat memperoleh penilaian yang otentik dan akurat. Karena kompetensi guru belum memadai dalam mengembangkan perangkat asesmen unjuk kerja dan fasilitas bengkel yang kurang memadai mengakibatkan pelaksanaan asesmen kurang tepat. Untuk mengatasi permasalahan tersebut maka perlu dikembangkan suatu perangkat asesmen unjuk kerja untuk menentukan nilai siswa yang akurat.

Penelitian ini bertujuan untuk menghasilkan perangkat asesmen unjuk kerja yang valid. Berdasarkan tujuan tersebut, penelitian ini termasuk jenis penelitian pengembangan. Model pengembangan yang dipakai adalah model 4-D (four-D model). Model 4-D terdiri dari 4 tahap yaitu: define, design,develop, dan disseminate. Akan tetapi karena keterbatasan waktu dan biaya, penelitian ini hanya dilakukan sampai pada tahap develop saja. Validasi oleh pakar digunakan untuk mengetahui validitas perangkat asesmen unjuk kerja yang dikembangkan. Data yang diperoleh dianalisis dengan analisis statistik deskriptif.

Berdasarkan data dari lembar validasi diperoleh rata-rata validasi sebesar 84%. Angka ini menunjukan perangkat asesmen unjuk kerja yang dikembangkan tergolong valid. Dari hasil penelitian ini dapat disimpulkan bahwa perangkat asesmen unjuk kerja SMK untuk materi inkjeksi bahan bakar motor diesel yang dikembangkan sudah valid.

 

 



HDI INDONESIA
Juni 24, 2013, 3:14 pm
Filed under: PENELITIAN, PENGUKURAN (MEASUREMENT)

HDI Indonesia dari tahun 1984-sekarang
(laporan UNDP)

HDI Indonesia

Human Development Indexs (HDI), Indonesia ranking ke 142 dari 187 negara sampel, dari tahun 1984 s/d sekarang dari laporkan UNDP



MENGGUNAKAN DIAGRAM BATANG UNTUK ANALISIS GAP
Agustus 23, 2012, 5:23 pm
Filed under: PENELITIAN, PENGUKURAN (MEASUREMENT)

MENGGUNAKAN DIAGRAM BATANG UNTUK ANALISIS GAP

Wakhinuddin

Pelaksanaan program dapat menggunakan analisis gap mengidentifikasi prioritas untuk perbaikan. Kesenjangan antara kepentingan dan kepuasan, di mana diagram kepuasan (satisfaction) lebih pendek dari diagram penting (importance). Diagram batang, seperti yang diilustrasikan di bawah ini adalah kesederhanaannya. Peneliti dapat melihat, memahami dan menarik kesimpulan yang tepat.

Gambar : Gap analisis menggunakan bar chart

Diagram batang

 

Pada contoh diilustrasikan oleh Gambar, kesenjangan terbesar adalah aspek pelayanan cepat. Kecepatan pelayanan menerima skor pentingnya 4.5 dari 5, namun skor kepuasan hanya 2,5 dari 5, berarti aspek ini perlu diperhatikan.



TEORI RESPONS BUTIR
Agustus 19, 2012, 12:15 pm
Filed under: EVALUASI HASIL BELAJAR, PENGUKURAN (MEASUREMENT)

TEORI RESPONS BUTIR

Wakhinuddin

Teori respons butir (TRB) menggunakan distribusi probabilitas dalam bentuk kumulatif, dan secara empiris menunjukkan  bahwa probabilitas jawaban betul pada butir ke–i berhubungan dengan kemampuan siswa,  andaikata data-data hubungan keduanya digambarkan akan terbentuk grafik ojaif normal.  Dari data probabilitas jawaban betul dan kemampuan responden dapat membuat bentuk grafik ojaif beraneka, ada yang landai dan adapula yang curam. Setiap grafik (kurva) menggambarkan bagaimana keadaan nilai parameter butir (b, а, c) dan parameter kemampuan (θ) responden.

Model ideal atau skala sempurna suatu variabel terpendam ada dalam kondisi  Θ <  bi dimana Pi(Θ) = 0 dan Θ ≥ dimana Pi (Θ) = 1, digambarkan

 

P (θ)

1,00

 

 

Probabilitas respons positif

 

0,00

bi

(Karakteristik latent )

Gambar: Kaitan antara probabilitas respons positif dan

       karakteristik terpendam dengan model sempurna.

Gambar di atas merupakan model sempurna pengukuran variabel terpendam, sangat jarang hasil pengukuran memenuhi persyaratan model ideal. Gambar di atas merupakan tampilan penskalaan Guttman yang mengukur variabel latent sikap. Secara empirik (data siswa dan data butir) sesuai dengan teori respons butir modern. Karakter skala Guttman adalah penskalaan teknik kumulatif, pengukuran tunggal-matra (unidimensional), menggunakan sekor individu  dan sekor total.



ASSESSMENT FISIK GEDUNG SEKOLAH
Juli 27, 2012, 4:58 pm
Filed under: Konsultan, PENGUKURAN (MEASUREMENT)

ASSESSMENT FISIK GEDUNG SEKOLAH

(Scoring  Data Hasil Survai)

 

Wakhinuddin S

Tim AMP (Dinas Dikdas-Jakarta dan PT. Kogas)

 

Data yang didapat oleh surveyor dibawa ke base camp untuk diolah dan dianalisis oleh tenaga ahli yang berkompeten kemudian ditentukan ambang kerusakan dari setiap bangunan sekolah dan prioritas didalam pembangunannya. Penentuan ambang kerusakan dan prioritas ini dapat dilakukan dengan menggunakan metodologi analisis dengan indikator dan faktor-faktor yang sudah disepakati dan dapat dipertanggung-jawabkan.

Ada beberapa bagian dari obyek dalam pekerjaan yang akan disurvai dan dinilai yaitu :

 

  1. Assesment Kondisi Gedung Sekolah

 

Assesment kondisi gedung sekolah merupakan kajian yang dilakukan berkaitan dengan pekerjaan sipil, Arsitektur dan Landscape. Kriteria penilaian terhadap kondisi gedung inipun harus mengacu pada kriteria teknis (sipil, arsitektur dan lanscape) sebuah bangunan gedung yang berlaku di Indonesia.

 

  1. Assesment Ambang Kerusakan

 

Penilaian dilakukan untuk menilai secara ekonomi perhitungan tertentu pada saat tertentu. Hasil yang diperoleh berupa data data kerusakan untuk dilanjutkan ke perencanaan perbaikan secara tepat. Dari data yang telah dikumpulkan surveyor dapat ditentukan skala prioritas pada masing masing elemen dan gedung sekolah serta fasilitas penunjang lainnya yang menghasilkan indeks prioritas. Semakin tinggi indek prioritas maka semakin tinggi pula kebutuhan untuk segera memperbaiki.

Yang dimaksud dengan ambang kerusakan disini adalah melakukan kategorisasi terhadap kondisi eksisting sekolah. Kategorisasi dibagi atas :

  • Kategori Rehabilitasi Ringan
  • Kategori Rehabilitasi Berat
  • Kategori Rehabilitasi Total.

Assesment Ambang kerusakan ini merupakan kegiatan yang dilakukan setelah adanya kegiatan Pendataan Kondisi Gedung Sekolah, karena kajian ini merupakan kajian terhadap data-data hasil survey lapangan. Sedangkan untuk menentukan sebuah sekolah masuk dalam kategori Rehabilitasi Ringan, Berat, Total indikator yang akan dipergunakan adalah :

  1. Kondisi eksisting sekolah (tingkat kerusakan)

Tingkat kerusakan bangunan di bagi atas kriteria :

  • Rusak Ringan adalah kerusakan dengan perbaikan gedung sekolah pada bagian bagian tertentu dalam rangka perawatan untuk memperpanjang usia pemakaian, menjaga keandalan gedung beserta prasarana dan sarananya agar selalu laik fungsi. Dengan tingkat kerusakan kurang dari 30 %.
  • Rusak Sedang adalah kerusakan dengan perbaikan gedung sekolah pada bagian bagian tertentu dalam rangka menjaga keandalan gedung beserta prasarana dan sarananya agar selalu laik fungsi. Dengan tingkat kerusakan berkisar 30 ~ 50 %.
  • Rusak Berat adalah kerusakan dengan perbaikan gedung sekolah secara menyeluruh dalam rangka memperpanjang usia pemakaian. Dalam kegiatan ini memperbaiki dan atau mengganti bagian bangunan gedung, komponen, bahan bangunan serta sarana prasarana agar bangunan gedung tetap laik fungsi. Dengan tingkat kerusakan berkisar > 50 ~ 65 %.
  • Rusak Total adalah kerusakan yang terjadi yang perbaikannya dengan membongkar gedung sekolah yang lama dan membangun kembali gedung baru standart didalam lahan tanah yang ada. Dengan tingkat kerusakan jika melampaui 65 %.

Kriteria gedung sekolah yang harus direhab total adalah :

–          Selalu tergenang banjir baik air pasang maupun waktu hujan.

–          Tingkat kerusakan gedung tersebut sangat parah, rawan ambruk.

–          Gedung sekolah tersebut merupakan bangunan tua dan belum standart.

–          Untuk standarisasi gedung dan bangunan bertingkat untuk pemerataan.

–          Daya tampung murid sudah jauh dibawah kapasitas yang diijinkan.

  1. Rasio jumlah ruangan dengan kebutuhan, rasio jumlah murid dengan guru, rasio lainnya yang berhubungan standart minimal sebuah sekolah. Pengambilan standart dan rasio ini harus merujuk pada peraturan yang berlaku di Indonesia atau aturan lainnya yang dipergunakan oleh Dinas Pendidikan Nasional dan DKI Jakarta. Selain itu dapat dipergunakan, juga teori yang berhubungan dalam pengkategorian sebuah hasil pendataan / survey yang dapat dipertanggung-jawabkan secara ilmiah.

 

  1. Assesment Prioritas

 

Assessment Prioritas merupakan Analisa data final dan Proses penentuan Prioritas yang mana disini adalah melakukan tingkat prioritas sebuah sekolah untuk dilakukan perbaikan / rehabilitasi atau pembangunannya, kategorisasi ini dibagi atas 4 (empat) tingkat kategori yaitu :

  • Prioritas -1 :   mendesak dan segera (urgent), usulan penanganan tahun 2006.
  • Prioritas -2 :   perlu dikerjakan dalam kurun waktu 2 tahun mendatang (esensial), usulan penanganan tahun 2007.
  • Prioritas -3 :   perlu dikerjakan dalam kurun waktu 3 – 5 tahun mendatang (derasibel), usulan penanganan tahun 2008, 2009, 2010, berdasarkan urutan bobot terbesar yang didahulukan.
  • Prioritas -4 :   pekerjaan jangka panjang diatas 5 tahun mendatang. Bangunan gedung yang masuk prioritas 4 ini adalah diluar rencana 500 gedung yang akan diprogramkan pada tahun anggaran 2006 ~ 2010.

Adapun dalam menentukan sebuah sekolah masuk dalam sebuah prioritas 1, 2, 3, atau 4 akan sangat ditentukan oleh beberapa faktor seperti :

  • Faktor ambang kerusakan yang telah ditentukan (sekolah masuk kategori A : Rusak Ringan, B : Rusak Sedang, C : Rusak Berat atau kategori D : Rusak Total).
  • Faktor non teknis (bidang pendidikan, kebijakan). Dalam bidang pendidikan ini penilaian yang akan dilakukan melihat kondisi sekolah dalam : rasio jumlah murid dengan guru, rasio jumlah kelas dengan jumlah murid, rasio kelengkapan alat pendukung sekolah, dan kelengkapan lainnya dala menunjang kegiatan pendidikan.
  • Faktor non teknis (bidang ekonomi). Dalam bidang ekonomi penilaian yang akan dilakukan adalah nilai ekonomi bangunan dalam kondisi sekarang dan perkiraan untuk beberapa tahun ke depan.
  • Faktor keterkaitan lokasi sekolah dengan Rencana Tata Ruang yang ada. Dalam bidang hukum penilaian lebih difokuskan pada legal aspek dan status hukum bangunan dan lahan sekolah. Juga yang tidak kalah pentingnya adalah peruntukan lahan sekolah apakah sudah sesuai dengan rencana tata ruang yang ada di DKI Jakarta.
  • Dan faktor lain diluar faktor fisik bangunan yang mempengaruhi.

Catatan :

­       Formulasi nilai untuk tiap faktor penentu sebuah sekolah juga harus mendapat persetujuan dari Pengguna Jasa.

­       Konsultan akan memberikan usulan dengan berbagai dukungan landasan teori yang sifatnya ilmiah.



PENGEMBANGAN, IMPLEMENTASI DAN PEMBUATAN PERANGKAT ASESMEN BERBASIS KELAS UNTUK PEMBELAJARAN MATA KULIAH SISTEM PEMINDAH TENAGA
Januari 8, 2012, 3:44 am
Filed under: EVALUASI HASIL BELAJAR, PENELITIAN, PENGUKURAN (MEASUREMENT)

PENGEMBANGAN, IMPLEMENTASI DAN PEMBUATAN PERANGKAT ASESMEN BERBASIS KELAS UNTUK PEMBELAJARAN MATA KULIAH SISTEM PEMINDAH TENAGA
by Wakhinuddin

Abstrak

Penelitian ini bertujuan mengembangkan, mengimplementasikan dan membuat perangkat asesmen berbasis kelas yang valid, praktis, dan efektif untuk menilai pemahaman konsep, kemampuan pemecahan masalah, penalaran, komunikasi, serta koneksi mahasiswa dalam pembelajaran Sistem Pemindah Tenaga (SPT) di Jurusan Teknik Otomotif FT UNP Padang. Perangkat asesmen dirancang guna menunjang pelaksanaan asesmen di jurusan, sesuai tuntutan kurikulum. Berdasarkan hasil ini dirancang prototipe perangkat asesmen berbasis kelas. Metode penelitian yang digunakan adalah gabungan penelitian pengembangan dan eksperimen. Metode eksperimen digunakan rancangan treatment by design. Dalam eksperimen ini dipilih sampel kelas dan mahasiswa secara random. Di kelas eksperimen digunakan perangkat asesmen berbasis kelas, sedangkan di kelas kontrol dilakukan tes tertulis. Data penelitian dikumpulkan melalui observasi kelas, wawancara dengan dosen dan mahasiswa dan tes. Hasil penelitan ditemukan bahwa : kelompok hasil belajar mahasiswa dinilai dengan perangkat asesmen berbasis kelas lebih tinggi daripada kelompok mahasiswa dinilai dengan paper and pencil test. Perangkat asesmen berbasis kelas efektif meningkatkan pemahaman konsep, kemampuan komunikasi, penalaran dan pemecahan masalah mahasiswa.

Kata kunci: Asesmen Berbasis Kelas, Perangkat Penilaian, Validitas, Praktikalitas, dan efektivitas.



TEORI RESPON BUTIR
Mei 27, 2011, 3:59 pm
Filed under: EVALUASI HASIL BELAJAR, PENGUKURAN (MEASUREMENT)

Teori Respons Butir
Wakhinuddin

Variabel terpendam (latent) adalah konsep yang mempunyai nilai, namun tidak dapat diukur langsung. Variabel terpendam memiliki konstruk, dan mempunyai parameter-parameter (indikator) yang membangun variabel tersebut. Pengukuran terhadap variabel terpendam dapat dilakukan melalui parameter-parameter ini. Dalam pendidikan, kemampuan (ability) merupakan variabel terpendam. Kemampuan siswa merupakan hasil dari proses-proses pembelajaran di kelas. Dalam pendidikan kejuruan hasil pembelajaran lebih cenderung disebut kompetensi. Lebih jauh dapat dikatakan, hasil pembelajaran pada program keahlian mekanik otomotif SMK adalah kompetensi siswa pada bidang otomotif. Pengukuran kompetensi mekanik otomotif dapat dilakukan melalui tugas-tugas yang membentuk kompetensi.
Para ahli telah banyak menemukan metode dan teknik analisis yang dapat mengungkapkan parameter-parameter dari suatuvariabel terpendam, seperti: analisis komponen utama , model persamaan struktural , Perkembangan teknik analisis multivariat menjanjikan dapat lebih mengungkapkan sekor-sekor parameter dari suatu variabel terpendam.
Teori respons butir tergolong teknik analisis yang dapat mengungkapkan variabel terpendam. Teori respons butir (TRB) banyak dipakai dalam evaluasi pembelajaran terutama membahas kaitan butir dengan respons siswa, dan teori respons butir dapat mengukur kombinasi kemampuan siswa dengan kesukaran aktivitas (butir) melalui parameter siswa dan parameter aktivitas.
Ada dua dalil teori respons butir, yaitu: (a) Performansi siswa pada satu aktivitas dapat diprediksi melalui satu kumpulan faktor kemampuan; (b) hubungan antara performansi siswa dan kesukaran aktivitas dapat disampaikan melalui suatu kurva karakteristik aktivitas. Ke-dua dalil ini merupakan suatu alasan untuk membuktikan kebenaran teori respons butir. Kurva karakteristik aktivitas (butir) biasanya diiringi kurva probabilitas, kurva kategorikal, kurva fungsi informasi aktivitas dan kurva fungsi informasi tugas.
Parameter siswa adalah sekor nilai siswa, cerminan kemampuan siswa, makin tinggi kemampuan siswa, seharusnya makin tinggi sekor nilai siswa. Parameter kemampuan siswa (siswa dalam konteks lain disebut responden) dinotasikan (Θ). Parameter aktivitas ada dalam bentuk tingkat kesukaran aktivitas, ada aktivitas yang sukar dan ada aktivitas yang mudah, dan makin tinggi taraf sukar aktivitas diperlukan kemampuan siswa makin tinggi untuk mengerjakan (menjawab) betul. Taraf sukar aktivitas dinotasikan (bi). Kaitan kemampuan siswa dengan taraf sukar butir dapat dirumuskan sebagai berikut, Pi (Θ) = f (Θ – bi), persamaan ini disebut model 1 Parameter