Filed under: Pendidikan
DAMPAK PENERAPAN PEMBELAJARAN TRAINING MODEL DAN PENILAIAN PORTOFOLIO TERHADAP PENINGKATAN KREATIVITAS MAHASISWA (Suatu Penelitian Memadupadankan Metode Action Research dengan Penilaian Portofolio)
Oleh: Wakhinuddin S[1]
Abstrak: Kurangnya kemampuan dan kreativitas mahasiswa dalam menuangkan ide dan konsep desain ke dalam gambar desain, kurangnya berlatih menciptakan desain dan membuat tugas, diduga menyebabkan rendah nilai hasil belajar mahasiswa pada mata kuliah Busana daerah, padahal ini matakuliah inti. Rumusan masalah penelitian: Apakah kreativitas mahasiswa dapat ditingkatkan melalui pembelajaran training model dan penilaian portofolio dalam pembuatan desain busana daerah modifikasi. Penelitian bertujuan: untuk mengungkapkan metode pembelajaran training model dan penilain portofolio dapat meningkatkan kreativitas dan hasil belajar mahasiswa. Pengembangan ini merupakan penelitian tindakan kelas, dilaksanakan 3 siklus. Penelitian dilaksanakan di jurusan KK FT UNP. Pengambilan subjek penelitian menggunakan random sederhana, didapat 15 mahasiswi. Data dianalisis dengan cara kualitatif dan statistik. Instrumen digunakan: pedoman observasi, wawancara, dan tes, Hasil Penelitian, kreativitas dan rata-rata hasil belajar mahasiswa dapat ditingkatkan melalui pembelajaran training model dan portofolio. Pada setiap siklus terdapat peningkatan kreativitas mahasiswa.
Kata kunci: Peningkatan, kreativitas, modifikasi, busana daerah, siklus.
Note:
Penelitian ini memadupadankan metode penelitian ACTION RESEARCH dengan Penilaian PORTOFOLIO. File lebih lengkap hubungi : wakhid_nuddin@yahoo.com
Ucapan terimakasih:
Pada kesempatan ini peneliti kami menyampaikan terimakasih kepada pimpinan Depdiknas, khususnya kepada pimpinan Direktorat ketenagaan, Direktorat jenderal pendidikan tinggi dengan surat perjanjian pelaksanaan PPKP nomor: 69/d4.3/k/2008 tanggal 29 Februari 2008, yang telah membiayai penelitian ini.
[1] Wakhinuddin S adalah dosen PPs dan FT UNP Padang
Filed under: EVALUASI PROGRAM DAN LEMBAGA
MENGUNGKAPKAN PERSEPSI ORANGTUA SISWA DAN GURU
TERHADAP PENDIDIKAN DASAR GRATIS DI BUKITTINGGI
Wakhinuddin S (1)
Abstrak
[1] Dr. Wakhinuddin S adalah dosen PPs dan FT UNP; Monev and Research Program spcialist , koordinator study free basic education wilayah kota Bukittinggi yang dibiayai Bapenas-Bank Dunia.
Pemerintah pelaksana amanat UUD 45 berusaha membuat pendidikan dasar gratis, namun terkendala keterbatasan dana. Pendidikan di Bukittinggi merupakan barometer di Sumatera Barat, dan penyelenggaraan pendidikan dasar di Bukittinggi dibiayai anggaran pendidikan daerah dan Pusat (BOS), telah dikucurkan ke sekolah. Namun, itu tidak otomatis dapat meningkatkan kinerja sekolah. Untuk mengetahui sejauh mana persepsi masyarakat tentang pendidikan dasar gratis dilakukan penelitian ini. Pendidikan dasar gratis yang memenuhi standar pelayanan minimal, biaya investasi dan operasional penyelenggaraan pendidikan ditanggung pemerintah. Pemberian insentif program pendidikan gratis ini, oleh pemerintah merupakan cara mengatasi kemiskinan. Kecenderungan berperilaku disebabkan persepsi, orangtua siswa yang mengalami langsung pembiayaan sekolah anak, memiliki persepsi positif dan negatif tentang pendidikan. Ada tiga masalah penelitian: 1. Apa persepsi ke empat kelompok terhadap pendidikan dasar gratis? 2. Apa-apa saja persepsi berbeda dari keempat kelompok? 3. Apa-apa saja persepsi yang sama dari keempat kelompok? Tujuan penelitian mengungkapkan, persepsi Orang tua siswa terhadap pendidikan dasar gratis dari keempat kelompok. Penelitian ini kualitatif-partisipan, pengumpulan informasi menggunakan metode Focus Discussion Group (FDG). Populasi, orangtua siswa SD dan SLTP Bukittinggi. Teknik sampling memakai metode cluster random sampling. Ada empat kelompok peserta FDG, yaitu kelompok orangtua kaya, orangtua menengah, orangtua miskin, dan kelompok praktisi pendidikan, jumlah sampel 48 orang. Data dianalisis secara kualitatif, dalam bentuk transkrip dan tabel kategori. Hasil penelitian, semua orangtua dan praktisi pendidikan merasakan berat beban biaya sekolah, iuran untuk kepentingan anak disesuaikan kemampuan orangtua, bantuan pendidikan gratis dibutuhkan masyarakat miskin, pemakaian dana pendidikan gratis diawasi masyarakat. Direkomendasikan, pemerintah hendaklah melaksanakan pendidikan dasar gratis, ini merupakan batuan buat orang miskin, pemerintah hendaklah mengatur pemungutan iuran di sekolah.
Kata kunci: Persepsi, kemiskinan, program, pendidikan dasar, orangtua.
Lebih lengkap : ada transkrip, instrumen dll hubungi 08159544229
Filed under: Pendidikan
Transkripsi FDG Orang Tua Siswa Kelompok Ekonomi Miskin
Di Kecamatan xxxxxxxxxxx
Lokasi FDG : Rumah Pak Mansur
Waktu FDG : 10 januari pukul 9.00 -12.00 WIB
Jumlah Peserta FDG : 12 orang
I. FDG di Kecamatan xxxxxxxxxxxxx
Kegiatan FDG diikuti oleh masyarakat yang tergolong miskin sebanyak 12 orang. Adapun identitas responden yang mengikuti kegiatan FDG tersebut adalah sebagai berikut :
No. |
Nama |
Umur |
Pekerjaan |
Rincian Sekolah Anak |
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 |
Yusnimar Nurlela Sari Efi Radiman Nurmaini Asminayanti Nurhayanis Kamsiah Fitriyanti Ramadani Ujang ST. Maleca Yetty |
36 thn 34 thn 45 thn 52 thn 37 thn 31 thn 27 thn 35 tahun 28 thn 33 thn 48 thn 37 thn |
Tukang becak Kuli Tani Tukang cuci Jualan Buruh Tani Buruh Buruh Tani Kuli bangunan Tukang cuci |
MIN 2 orang MIN 2 orang SD 1, SMPS 1 SMP 1, SD 1 SD 1 MIN 2 MIN 1 SD 2 SD 1 MIN 2, SD 1 MTSN 1, MIN 1, SD 1 MIN 1 |
Notulen : Assalamualaikum Wr.Wb.
Kemudian salawat dan salam tak lupa kita ucapkan kepada nabi muhammad Saw yang telah memperbaiki budi dan akhlak manusia yang telah rusak. Bapak2 ibu2 yang kami hormati pertama sekali kami atas nama tim dari BAPENAS mengucapkan terima kasih banyak kepada bapak2 dan ibu2 yang telah meluangkan waktu, telah meninggalkan kerja demi untuk menunjukan kegiatan awak ko dan mudah2an dengan pengorbanan bapak2 itu nanti bermanfaat dimasa yang akan datang dan lebih khususnya untuk generasi mendatang dan anak2 kita untuk masa yang akan datang sekali lagi kami ucapkan terima kasih, kemudian selanjutnya kami minta maaf kalau seandainya ada yang tidak terletak pada tempatnya. Kemudian sebelum kita mulai acara barangkali perli kami jelaskan pertama perkenalkan diri jadi kami ko atas nama BAPPENAS tapi bukan orang BAPPENAS ditugaskan ke masyarakat untuk menanya bagaimana persepsi masyarakat terhadap pendidikan dasar gratis, baa pengetahuan masyarakat kalau seandainya berkaitan dengan pendidikan dasar gratis ini yaitu nanti kita berbincang2 tapi santai saja (sambia maota-ota) apo yang takana kok takana sabuik se, kalau paralu sarangkak dalam kambuik a nan taragak sabuik sajo tidak usah sungkan2 dan jangan malu2 apo yang takana se terutama yang berkaitan dengan pendidikan dasar anak kita. Khusus yang SMP dan SD. Jadi kami atas nama tim mengucapkan terima kasih banyak kepada bapak2 ibu2 yang telah meluangkan waktu demi terlaksananya kegiatan kita ini. Dengan harapan mudah2an dengan pengorbanan bapak2 dan ibu2 kini ko semoga bermanfaat bagi orang banyak. Jadi pendapat2 bapak2 dan ibu2 ko bisa nanti menjadi kebijakan, kebijakan itu mudah2an dapat bermanfaat bagi orang banyak khusunya bagi pendidikan generasi kita yang berikutnya. Mudah2an dengan pendapat bapak2 dan ibu2 itu ado manfaatnya utk anak2 kita. Barangkali itu dulu sebagai kata pengantar utk berikutnya kami persilahkan bapak kita Wakhid.
Fasilitator : Assalamualaikum Wr.Wb.
Sesuai dengan pengantar pak khairani tadi, adapun maksud dan tujuan kami ke sini untuk minta pendapat bapak dan ibuk tentang pendidikan gratis. Jadi dari pendapat bapak dan ibu nanti diambil informasi sebagai bahan pertimbangan kebijakan utk membuat program pendidikan gratis. Pengertian gratis ini yang kadang-kadang bermacam-macam bapak-bapak ibu-ibu ada gratis SPG, ada gratis buku, ada gratis seragam sekolah, gratis uang kursus, dan ini intisari dari bapak ibu itu adalah pengetian gratis menurut bapak ibu itu dan pengalaman-pengalaman bapak ibu selama ini bila menyekolahkan anak, adakah anak-anak bapak-bapak ibu-ibu yang sekolah di SD dan SMP?
Ibu efi : ada SD
Rahmadani : SD ada 3 orang
Komsiah : kelas 1 smp
Fasilitator : jadi yang pertama sekali yang ingin ditanya, akan kita diskusikan buat bapak ibu selama ini bagaimana yang ibu alami, kira2 dua tahun belakangan ini apakah biaya sekolah itu bertambah berat atau bertambah ringan ?
Ujang : tambah berat pak
Fasilitator : kalau begitu bagaimana uang sekolahnya ?
Ujang : uang sekolahnyo gratis tapi bali bukunyo banyak, buku yang ada bantuan BOS katanya, tapi itu kami tidak mengetahui sebagai wali penggunaan BOS ini,
Fasilitator : apakah bapak pernah ikut rapat komite ?
Ujang : saya tak pernah cuma istri ada.
Fasilitator : apakah tidak ada laporan ?
Ujang : tidak ada, jadi apa kegunaan, berapa dananya, apa kegunaanya itu kan harus diketahui, jadi berapa bantuannya itukan harus diketahui harusnya.
Fasilitator : bapak anaknya di SD atau SMP
Ujang : anak saya yang di SD 2 yang di MTsN 1
Fasilitator : lalu, apa sama itu buk di negri, apa terasa berat ?
Asminayanti : ya seperti yang dibilang bapak tadi lah, bahwa uang SPPnya gratis, kalau bayar SPP beli bukunya tidak banyak, tapi kalau SPPnya gratis beli buku banyak, dan terasa lebih berat lagi.
Fasilitator : kan mau ujian diminta uang ujian 150 ribu, itu di sanawiyahnya atau dimana itu pak ?
Ujang : di sanawiyah, kemudian pembayarannyapun mendadak sekali, diumumkan hari ini dan diminta hari ini. Jadi seharunya apa yang akan dilaksanakan oleh dinas pendidikan harus dikasih aba2 dulu ! kemudian bagi orang2 mampu mungkin ini tidak apa2, tapi bagi kami orang kelas menengah kebawah apa yang akan dapat kami lakukan.
Fasilitator : tadi yang jadi permasalahan adalah buku , kalau tidak salah ada 3 atau 4 yang dibiayai sekolah, apakah ibuk tau itu ?
Asminayati : tidak tau, jadi buku yang dikasih itu buku kelas 6 yaitu buku fiqih, quran hadits sama akidah akhlak, cuman itu yang dikasih sekolah. Kalau dari kls 1 s/d 5 itu dibeli semuanya.
Fasilitator : berapa rata2 harga satu buku ?
Asminayanti : ada 15 ribu.
Fasilitator : kalau bagi ibu yanti apa yang berat rasanya ? apakah setuju dengan pendapat bapak tadi ?
Asminayanti : sama pak.
Fasilitator : kalau ibu yanti apa yang berat rasanya seragam sekolah, SPP, apa buku ?
Asminayanti : beli buku pak, buku kami beli semua dan dipaksakan dan tidak dikompromikan dengan orang tua.
Ujang : kalau bisa bagi ekonomi lemah hendaknya buku itu bisa kami foto kopi karena kami tidak sanggup untuk membelinya.
Fasilitator : sekolah mau ndak menerimanya ?
Asminayanti : setengah ibuknya mau setengah tidak.
Fasilitator : menurut ibu mana yang lebih berat tahun dahulu dengan sekarang ?
Asminayanti : sama juga.
Fasilitator : dengan tiga tahun yang lalu ?
Asminayanti : kalau dulu memang kami bayar uang SPP tapi bukunya dari sekolah. Karena dulu anak2 bisa pinjam di pustaka tapi sekarang tidak lagi. Karena semua buku dibeli oleh sianak/wali anak.
Fasilitator : buku lama apa ndak bisa dipakai lagi?
Asminayanti : bisa, tapi sekarang kan ganti kurikulum jadi harus beli buku baru, jadi adek2nya tidak bisa pakai buku itu lagi, sehingga buku tersebut tidak bisa digunakan lagi.
Fasilitator : apa bikin perbedaan, kenapa lebih mahal sekarang dari padang yang dulu?
Asminayanti : karena buku juga pak, kan bukunya sekarang mahal dulukan SPPnya tidak seberapa tiap bulan bayar jadi ndak terlalu mahal rasanya. Kini bukunya tiap tahun ganti dan harganya naik juga.
Fasilitator : Tentu pengeluaran ibu ini bertambah lah ya ?
Ujang : ya, pengeluaran bertambah pemasukan berkurang.
Fasilitator : Kenapa itu buk ?
Nurlela : masalah ekonomi juga ya pak, sekarang suami jarang bekerja.
Fasilitator : ibu yanti pekerjaan suaminya apa ?
Asminayanti : sama dengan buk nurlela, sama buruh suaminya, penghasilan tetap ya pak dari tahun ke tahun, tapi pengeluaran banyak.
Fasilitator : kalau ibuk rahmadani ?
Ramadani : sama
Fasilitator : pekerjaan suami ?
Ramadani : sopir.
Fasilitator : ibuk radiman bagaimana buk ?
Buk radiman : menarik barang bekas.
Fasilitator : menurut ibu mana susah dulu dari sekarang ?
Buk radiman : susah sekarang, sekarang ada belajar tambahan komputer, itu 200 ribu membayar.
Fasilitator : itu perpaket ya buk ? lalu bagaimana cara ibu mengatur keuangannya ?
Buk radiman : bapak kerja ibu juga ikut kerja.
Fasilitator : yang lain ada, cara yang lain ?
Buk radiman : belanja dapur dikurangi, jajan anak dikurangi, demi pendidikan anak kami pak.
Fasilitator : kalau bapak ujang bagaimana ?
Ujang : kalu saya mulai dari moneter sampai saat ini lebih jauh merosot, sehingga saya tidak dapat menyekolahkan anak saya dan saya dap cemooh dari orang kampung pemikiran bagi saya saya rasa cukuplah sebagai ketua RT dan pemuka masyarakat, dan ketua adat, tapi lantaran kemiskinan yang saya derita. Tapi kalau saya ini orang berada tentu saya inginkan anak saya ini tidak seperti saya nantiknya bergunalah bagi nusa dan bangsa dan serta masyarakat. dan kalau bisa bagi kami semua ini ada kemampuan anaknya berfikir cerdas tergantung biaya yang ada, sehingga disitulah kami ini sehinga pemikiran anak menjadi stress saya sebagai kuli harian habis kerja habis uang.
Fasilitator : itulah kami sekarang memikirkan bagaimana memuat model sekolah gratis kebetulan dana sekarang ada dana dari Belanda itu dati Bank Dunia untuk membuat pendidkan gratis, jadi BAPPENAS membuat studu ini dan memikirkan bagaimana membuat bentuk pendidikan gratis ini.
Ujang : kalau boleh saya sarankan pada bapak kami inginnya dana langsung atau kami bikin proposal pada bapak jadi jangan seperti Bos, kami tahu dibantu berapa uang dananya di atas jkan ndak tau, manajemennya kami tidak tahu, apa yang dibantu dan untuk apa uang ini kami tidak tahu cuma yang tahu yang di atas yang BOS ya sekolahnya yang BOS anak-anak tidah BOS dia
Fasilitator : bapak2, ibu2 karena mahalnya biaya pendidikan kita apakah ibuk berkurang minat untuk menyekolahkan anak ?
Nurlela : tidak, ya anak saya cuma dua yang bisa sekolah, tapi yang dua lagi tidak sekolah lagi karena biaya tidak cukup, kalau sekolah semua dengan apa dibiayai yang kecil
Fasilitator : ibuk tidak memaksakan anak ke sekolah ?
Nurlela : disuruh terus, sehingga tinggal berdua sekolah lagi dan tinggal dua yang tidak sekolah, kalu disekolahkan semuanya dengan apa disekolahkan yang kecil.
Fasilitator : kalau ibuk fitriyanti, berkurang tidak anaknya sekolah seperti anak ibuk yang tadi ?
Fitriyanti : kalau saya pak anak saya banyak tapi tidak sekolah lagi saya tidak mampu.
Fasilitator : kalau dilihat secara hukum ibuk2 memang masih ingin anaknya sekolah ?
Ibuk2 : ya iyah pak
Fasilitator : tapi karena biaya terpaksa beberapa orang tidak sekolah atau berhenti, itu bukan dari hati Buk ?
Ibukq : tidak kita inginnya anak2 sekolah karena ingin anak2 tidak seperti sya lagi pak
Fasilitator : buk nurlela anaknya cita-citanya apa ?
Nurlela : jadi ustad
Fasilitator : karena kekurangan biaya apakah anak2 ikut juga kerja untuk mencari uang?
Nurlela : tidak pak, biyahlah mereka memikirkan sekolahnya saja, biar kita yang bekerja keras.
Fasilitator : kalau ibuk kamsiah ?
Kamsiah : ada, sambil sekolah bawa nasi goreng ke sekolah
Fasilitator : kalau di luar sekolah adakah anak ibuk fitriyanti ikut kerja ?
Fitriyanti : ada pak
Fasilitator : kalau menurut bapak dan ibuk apa keuntunga anak sekolah ?
Ibuk2 : banyak pak, anak2 jadi pintar, bisa dapat kerja lebih baik dari pada kita, pengalamannya luas dari kita
Fasilitator : ibuk percaya tidak kalau anak2 sekolah nantik hidupnya lebih bagus dari kita ?
Fitriyanti : iyalah pak
Fasilitator : jadi sekolah ini banyak mendapat keuntungan. Menurut prediksi ibuk berdasarkan penghasilan ibuk sekarang dapatkah ibuk menyekolahkan anak kita pada masa yang akan datang ?
Nurlela : saya rasa semakin payah.
Fasilitator : kalau menurut ibuk Kamsiah bagaimana ?
Kamsiah : bertambah sulit dan juga semua kebutuhan hidup juga semakin meningkat
Fasilitator : kalau menurut ibu Fitriyanti bagaimana ?
Fitriyanti : hendaknya pada pada Bapak yang di atas membantu kamilah agar kami dapat menyekolahkan anak-anak kami.
Ujang : jadi yang menjadi masalah yang paling besar adalah masalah ekonomi oleh sebab juga hendaknya kami dibantu karena kebutuhan selalu meningkat.
Fasilitator : bagaimana pendapat bapak dan ibuk kalau sekolah negeri ini dimintak iuran sekolah ?
Fitriyanti : keberatanlah pak.
Ujang : setuju tapi sesuai dengan kemampuan kamilah pak
Fasilitator : jadi kini program ini di buat dari bawah. Bagaimana pendapat bapak ibu?
Ujang : sangat baguslah pak, sehingga dapat dilihat bagaimana yang layak dan yang tidak layak pendidikannya maka orang yang miskin dapat menjadi lebih maju, bukan saja orang yang kaya yang semakin maju. Kalau dapat bantuan yang diberikan dari pemerintah di selarkan ke RT bukan ke kantor lurah yang selalu main takok-takok se (tebak-tebak saja).
PERSIAPAN GAMES
Fasilitator : kita semua ada berapa ini ?
Peserta : 12 pak
Fasilitator : kita bagi dua ya bapak ibu ?
Peserta : ya pak
Fasilitator : ini sama dengan pertanyaan sebelumnya yaitu mintak pendapat ibu-ibu dan bapak contoh tentang bahan dan alat yang habis pakai, mana yang lebih penting bahan dan alat habis pakai dengan perjalanan dinas guru ? jadi nanti bapak dan ibu meletakan mana yang atas dan mana yang bawah. Jadi ada kelompok yang mengurutkan biaya dan ada yang mana dibiayai orang tua dan mana yang dibiayai pemerintah itu kelompok 1. kelompok 2 yaitu mengenai biaya penyelenggaraan sekolah, mana yang lebih atas dan bawahnya.
Nanti bapak dan ibu-ibu, misalnya yang mana yang akan didahulukan dan disini ada pilihannya dan mana yang akan didahulukan dan mana yang akan digratiskan kemudian yang digratiskan yang pertama itu adalah media pembelajaran, misalnya buku, kemudian yang kedua alat tulis sekolah dan ini yang akan digratiskan yang keduanya dan seterusnya yang mana lagi, misalnya guru ini lebih rajin datang ke sekolah, biaya perjalanan dinasnya itu yang digratiskan, misanya ditingkatkan kwalitas guru itu agar anak-anaknya menjadi rajin belajarnya kita tempel pula pada nomor 3 kalau kita setuju misalnya, ini nantik ada sekitar 18 buah dan ada juga yang kosong untuk ibuk isi apa yang merasa ibuk kurang, kemudian bagian dibagi lagi atas dua yaitu bagian SMP dan SD.
Fasilitator : jadi media pembelajaran untuk ujian keperluan siswa dan perjalanan dinas, lalu uang tambahan, apa bedanya dengan uang les ?
Nurlela : lain pak, ada uang les matematik, bahasa inggris. Itu semua lain pula bayarannya pak.
Fasilitator : kok bisa beda ?
Peserta : kayak gitulah guru itu pak. Kalau belajar tambahan itu hanya untuk kelas enam saja.
Peserta sedang berembuk tentang games yang diberikan.
Hasil pembahasan kelompok 2
Pak Ujang : berdasarkan hasil diskusi kelompok kami, menurut kami yang harus disediakan oleh pemerintah adalah urutannya sebagai berikut : biaya investasi media pembelajaran, alat tulis, bahan habis pakai, sarana olah raga, perabot/mobiler, bangunan, listrik, perjalanan dinas, bahan personal, peralatan dan perlengkapan, perbaikan ringan, les komputer, les matematika.
Fasilitator : setuju ibuk-ibuk dengan yang disampaikan pak ujang ?
Peserta : setuju….. pak
Bahasan dari kelompok 1
Efi : berdasarkan hasil diskusi kelompok kami urutannya adalah : media pembelajaran, uang pakaian, uang perpisahan, uang belajar tambahan, penggandaan soal, pramuka, uang les, fasilitas olahraga, alat tulis sekolah, sarana dan prasarana, transportasi dan uang jajan.
Fasilitator : menurut kelompok 1, apa uang perpisahan terlalu besar ?
Efi : memang sekali enam tahun tetapi sekali keluar terlalu besar, terasa berat bagi kami (taraso gadang bagi kami pak)
Fasilitator : yang keempat uang belajar tambahan, ini terlalu besar kenapa ?
Efi : karena membayarnya per satu mata pelajaran seperti, matematik, bahasa inggris dll.
Fasilitator : setuju buk ?
Yetti : setuju
Fasilitator : yang terbesar kelima adalah uang ujian.
Yetti : uang ujian khan 2 kali setahun tetapi kalo anaknya bertiga, agak mahal pak.
Fasilitator : oh iya kita setuju dengan ini ?
Efi : setuju pak
Pak ujang : kalau menurut saya, kalau kita memberatkan kepada pemerintah semua khan dan tidak ada tanggung jawab kita sebagai orang tua.
Fasilitator : kemudian uang pramuka kenapa besar biayanya, apakah tahunan ?
Fitrianti : perbulan pak.
Fasilitator : kemudian uang les, fasilitas olahraga. Ada tambahan lain dari pak ujang ? menurut besarnya biaya .
Pak ujang : tidak pak
Fasilitator : sekarang kita masuk kelompok kedua, berdasarkan mana yang ditanggung orang tua dan mana yang ditanggung pemerintah. Seperti list yang ada. Menurut pak ujang buku teks (buku bacaan) menurut buk Asniati apa alasanya kok setuju-setuju saja ?
Asniati : khan sama dengan yang kami bikinya itu pak, alasanya karena berat untuk beli buku itu.
Fasilitator : kemudian perjalanan dinas negara yang tanggung. Kemudian biaya listrik. Pernah sekolah anak bapak ibu diputus listriknya
Asniati : tidak Pak
Fasilitator : kemudian fasilitas olah raga, sarana dan prasarana. Ada yang pernah mengalami rapat komite yang diminta untuk membangun ?
Ansniati : tidak pak
Fasilitator : lalu biaya bangunan. Lalu bahan dan alat tulis habis pakai.
Pak ujang : kalo untuk siswa ya wali murid yang tanggung, tapi kalo untuk sekolah jangan siswa yang tanggung.
Fasilitator : peralatan dan perawatan sekolah.
Asniati : negara pak.
Jadi hasil listnya adalah :
Urutan biaya yang dikeluarkan orang tua berdasarkan besarnya biaya
SD |
SMP |
1. Uang Jajan Rp. 60.000 2. Uang Baju Rp. 30.000 3. Uang Buku Rp. 30.000 4. Uang Transport Rp. 26.000 5. Uang Kursus Rp. 30.000 6. Uang Keterampilan Rp. 10.000 7. Uang Belajar sore Rp. 15.000 8. Uang Pramuka Rp. 5.000 9. ATK Siswa Rp. 5.000
|
1. Uang Jajan Rp. 80.000 2. Uang Baju Rp. 41.000 3. Uang Buku Rp. 40.000 4. Uang Transport Rp. 50.000 5. Uang Kursus Rp. 30.000 6. Uang KeterampilanRp. 10.000 7. Uang Belajar sore Rp. 10.000 8. Uang Pramuka Rp. 5.000 9. ATK Siswa Rp. 45.000
|
Biaya yang harus ditanggung pemerintah dan orangtua
Pemerintah1. Buku 2. Perjalanan Dinas 3. Fasilitas Olahraga 4. Sarana dan prasarana 5. Bangunan 6. Perabot Peralatan dan perlengkapan 7. Alat tulis sekolah |
Orang tua1. Seragam sekolah 2. Uang les 3. Uang komputer 4. ATK siswa 5. Uang jajan anak 6. Uang transport |
Fasilitator : jadi menurut kita semua apa yang dimaksud dengan sekolah gratis itu?
Pak ujang : baju seragam kita (awak) tanggung supaya ada pula tanggung jawab orang tua.
Nan bagarih nan ka di paek
Nan barakuak nan ka ditabang
Yang sakik nan ka di ubek
Yang dibantu yang miskin
Kalau dapat buku jangan sering bertukar (kok dapek buku jan batuka taruih)
Yang kaya harus bayar uang sekolah jangan samakan dengan orang miskin. Yang pantas di gratiskan ya digratiskan.
Nurlela : yang gratis itu adalah yang kebutuhan di sekolah sajo
Pak ujang : kalo ada biaya gratis. Perlu transparan kepada orang tua, sekolah yang mengelola, tetapi perlu masyarakat yang mengawasinya.
Peserta yang lain setuju.
Filed under: Uncategorized